Suara.com - Uji coba vaksin Oxford-AstraZeneca Covid pada anak-anak di Inggris ditunda, selagi regulator obat-obatan di negara itu menyelidiki kemungkinan kaitan vaksin tersebut dengan kasus pembekuan darah yang langka pada orang dewasa.
Profesor Andrew Pollard dari Universitas Oxford mengatakan kepada BBC bahwa tidak ada masalah keamanan dengan uji coba itu sendiri, tetapi para ilmuwan sedang menunggu informasi lebih lanjut.
Sekitar 300 relawan mendaftar dalam uji coba tersebut.
Lebih dari 31,6 juta orang di Inggris telah disuntik vaksin dosis pertama dan total 5,4 juta orang telah menerima dosis kedua.
Dua vaksin - yang dikembangkan oleh Oxford-AstraZeneca dan Pfizer-BioNtech - telah digunakan di Inggris, sementara yang ketiga - dari Moderna - baru saja mendapat izin.
- Vaksin AstraZeneca: Apakah ada risiko pembekuan darah?
- Vaksinasi Covid-19 di Australia berjalan lamban, apa sebabnya?
- India tunda ekspor vaksin AstraZeneca untuk penuhi kebutuhan domestik
Uji coba vaksin Oxford-AstraZeneca pada anak-anak, yang dimulai pada Februari, bertujuan mencari tahu apakah vaksin tersebut dapat menghasilkan respons imun yang kuat pada anak-anak berusia antara enam dan 17 tahun.
Uji coba itu ditangguhkan setelah seorang pejabat Badan Kesehatan Eropa (EMA), yang berbicara dalam kapasitas pribadi, mengatakan tampaknya ada hubungan antara vaksin dengan kasus pembekuan darah yang langka.
Mengkonfirmasi bahwa uji coba pada anak-anak dihentikan sementara, Prof. Pollard mengatakan: "Meskipun tidak ada masalah keamanan dalam uji klinis pada anak-anak, kami menunggu informasi tambahan dari MHRA tentang peninjauan terhadap kasus langka trombosis/trombositopenia yang dilaporkan pada orang dewasa, sebelum memberikan vaksinasi lebih lanjut dalam uji coba. "
Para relawan diminta untuk terus menghadiri semua kunjungan terjadwal dan dapat menghubungi pihak penyelenggara uji coba jika ada pertanyaan.
Baca Juga: Uji Coba AstraZeneca ke Anak-anak Distop karena Risiko Pembekuan Darah
Kabar terbaru dari EMA dan regulator Inggris, Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency (MHRA), diperkirakan datang dalam beberapa hari ke depan.
EMA mengatakan komite keamanannya "belum mencapai kesimpulan dan peninjauan saat ini masih berlangsung".
MHRA mengatakan manfaat vaksin tetap lebih besar daripada risikonya.
Sejumlah negara lain telah menangguhkan penggunaan vaksin Oxford-AstraZeneca di kalangan anak muda, termasuk Jerman, yang telah menghentikan penggunaan vaksin untuk warga berusia di bawah 60 tahun, dan Kanada, yang tidak memberikan vaksin kepada warga berusia di bawah 55 tahun.
Perlu informasi lebih lanjut
Analisis Nick Triggle, koresponden kesehatan BBC News
Semua obat, dari vaksin sampai parasetamol, berpotensi menimbulkan efek samping yang parah.
Vaksin flu musiman, misalnya, dapat menyebabkan gangguan saraf sindrom Guillain-Barre dengan kemungkinan satu banding sejuta.
Pertanyaan kuncinya: Apakah risikonya sepadan dengan manfaatnya?
Bahkan jika vaksin adalah penyebabnya, dan ini masih belum terbukti, angka tersebut menunjukkan sekitar satu kematian dari setiap 2,5 juta orang yang divaksinasi di Inggris.
Untuk setiap orang terinfeksi yang berusia di atas 75 tahun, ada satu kematian per delapan infeksi Covid.
Bagi mereka yang berusia 40-an, angka kematiannya satu per-1000.
Jadi pada dasarnya, rasio risiko-manfaat jelas mendukung vaksinasi - jika Anda berasumsi bahwa Anda akan terinfeksi pada suatu waktu.
Tetapi yang dibutuhkan sekarang ialah informasi lebih lanjut tentang orang-orang yang menderita pembekuan darah yang langka ini. Berapa usia mereka? Apakah mereka mengidap kondisi kesehatan bawaan yang dapat menjelaskan apa yang terjadi?
Ini akan membantu mempersempit skala potensi risiko.
Kabar terbaru dari regulator Inggris - serta regulator Eropa - diharapkan muncul dalam beberapa hari mendatang.
Berita Terkait
-
Jadi Penyebab Utama Kematian, AstraZeneca dan Kemenkes RI Fokus Tangani Penyakit Tidak Menular
-
AstraZeneca Indonesia Gandeng Kimia Farma Trading & Distribution untuk Transformasi Layanan Kesehatan Primer
-
Penyakit Ginjal Kronis Duduki Peringkat ke-2, Habiskan Anggaran Rp 1,9 Triliun
-
AstraZeneca Indonesia Tekankan Pentingnya Menjaga Kualitas Hidup Bayi Prematur
-
AstraZeneca Indonesia Diakui Sebagai Best Places to Work
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Nasib 8 ABK di Ujung Tanduk, Kapal Terbakar di Lampung, Tim SAR Sisir Lautan
-
30 Tahun Jadi TPS, Lahan Tiba-tiba Diklaim Pribadi, Warga Pondok Kelapa 'Ngamuk' Robohkan Pagar
-
Baju Basah Demi Sekolah, Curhat Pilu Siswa Nias Seberangi Sungai Deras di Depan Wapres Gibran
-
Mubes NU Tegaskan Konflik Internal Tanpa Campur Pemerintah, Isu Daftarkan SK ke Kemenkum Mencuat
-
Mendagri Bersama Menteri PKP Resmikan Pembangunan Hunian Tetap Korban Bencana di Tapanuli Tengah
-
Percepat Pemulihan Pascabencana, Mendagri Instruksikan Pendataan Hunian Rusak di Tapanuli Utara
-
Jabotabek Mulai Ditinggalkan, Setengah Juta Kendaraan 'Eksodus' H-5 Natal
-
Mubes Warga NU Keluarkan 9 Rekomendasi: Percepat Muktamar Hingga Kembalikan Tambang ke Negara
-
BNI Bersama BUMN Peduli Hadir Cepat Salurkan Bantuan Nyata bagi Warga Terdampak Bencana di Sumatra
-
Relawan BNI Bergabung dalam Aksi BUMN Peduli, Dukung Pemulihan Warga Terdampak Bencana di Aceh