Suara.com - Di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, dalam seminggu terakhir muncul 10 klaster keluarga. Ini menunjukkan laju persebaran Covid-19 belum berhenti sehingga masyarakat harus lebih disiplin menjalankan protokol kesehatan.
Informasi yang dihimpun Solopos.com, Senin (10/5/2021), kesepuluh klaster keluarga itu muncul di sejumlah daerah di Sukoharjo. Jumlah pasien positif klaster keluarga terbanyak di wilayah Kecamatan Sukoharjo yakni tujuh orang.
Kemudian dua klaster keluarga di wilayah Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, masing-masing dengan kasus positif Covid-19 empat orang. Sementara jumlah pasien positif klaster keluarga dari wilayah Kartasura, Grogol, dan Tawangsari masing-masing dua orang-tiga orang.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Sukoharjo, Yunia Wahdiyati, mengatakan penularan Covid-19 dalam lingkungan keluarga lebih mudah terjadi.
Anggota keluarga yang terinfeksi virus tak sengaja menularkan ke anggota keluarga lain atau kerabat keluarga dalam satu rumah.
Mobilitas Penduduk
"Apalagi saat ini tak sedikit perantau atau kaum boro yang telah tiba di kampung halaman. Mereka harus menjalani isolasi mandiri selama lima hari sebelum bertemu anggota keluarga. Ini salah satu potensi munculnya klaster keluarga," katanya.
Pada sisi lain, mobilitas penduduk juga memengaruhi munculnya klaster keluarga di sejumlah daerah Sukoharjo. Saat Ramadan dan menjelang Lebaran, masyarakat kerap bepergian dan berkumpul bersama kerabat keluarga.
Ada kecenderungan masyarakat lengah dan mengabaikan protokol kesehatan seperti memakai masker dan jaga jarak. Hal ini juga menjadi salah satu pemicu munculnya klaster keluarga.
Baca Juga: Melihat Pembuatan Arang Batok Kelapa di Gang Sentiong
Karena itu, masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan terhadap munculnya klaster keluarga. "Protokol kesehatan pencegahan Covid-19 tak hanya dijalankan saat beraktivitas di luar rumah melainkan saat berkumpul dengan anggota keluarga di dalam rumah," ujarnya.
Tanpa Gejala
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo ini menyampaikan sebagian besar pasien positif dari klaster keluarga itu tanpa gejala. Mereka tak mengalami gejala seperti demam tinggi dan gangguan pernapasan sehingga anggota keluarga lain berinteraksi dengan pasien positif.
Persebaran Covid-19 dari klaster keluarga juga mengancam kelompok masyarakat berisiko tinggi seperti ibu hamil, warga lanjut usia, dan masyarakat penderita penyakit kronis.
"Kunci untuk memutus mata rantai penularan Covid-19 hanya disiplin menjalankan protokol kesehatan," katanya.
Penjabat Sekda Sukoharjo, Budi Santoso, mengatakan umat muslim yang menunaikan kegiatan ibadah di masjid dan musala harus memperhatikan protokol kesehatan. Budi tak ingin muncul klaster jemaah masjid lain saat Ramadan.
Berita Terkait
-
Korupsi Wastafel, Anggota DPRK Aceh Besar jadi Tersangka usai Polisi Dapat 'Restu' Muzakir Manaf
-
Indonesia Nomor 2 Dunia Kasus TBC, Menko PMK Minta Daerah Bertindak Seperti Pandemi!
-
Korupsi Wastafel Rp43,59 Miliar saat Pagebluk Covid-19, SMY Ditahan Polisi
-
Katanya Ekonomi Tumbuh 5,12 Persen, Kok BI Pakai Skema saat Covid-19 demi Biayai Program Pemerintah?
-
Profil Carina Joe, Pahlawan Vaksin Covid-19 Raih Bintang Jasa Utama dari Presiden Prabowo
Terpopuler
- Karawang di Ujung Tanduk Sengketa Tanah: Pemerintah-BPN Turun Gunung Bahas Solusi Cepat
- 5 Fakta Heboh Kasus Video Panas Hilda Pricillya dan Pratu Risal yang Guncang Media Sosial
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 6 Oktober 2025, Banjir Ribuan Gems dan Kesempatan Klaim Ballon d'Or
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga Mulai Rp6 Jutaan, Ramah Lingkungan dan Aman Digunakan saat Hujan
Pilihan
-
Waketum PSI Dapat Tugas dari Jokowi Usai Laporkan Penyelewengan Dana PIP
-
Ole Romeny Diragukan, Siapa Penyerang Timnas Indonesia vs Arab Saudi?
-
Wasapada! Trio Mematikan Arab Saudi Siap Uji Ketangguhan Timnas Indonesia
-
Panjatkan Doa Khusus Menghadap Kabah, Gus Miftah Berharap Timnas Indonesia Lolos Piala Dunia
-
Profil PT Mega Manunggal Property Tbk (MMLP): Emiten Resmi Dicaplok ASII
Terkini
-
Sidang Praperadilan Nadiem Makariem, Hotman Paris Cecar Ahli Hukum Soal Kerugian Negara
-
Yayat Supriatna Sebut Pembangunan Infrastruktur Pangan Bukan Domain Pemerintah
-
Revisi UU Ketenagakerjaan Jadi Kunci Nasib Pekerja Digital, Rieke Diah Pitaloka: Mari Kawal Bersama
-
Gubernur Pramono Tolak Atlet Israel, Menlu 'Lempar Bola' ke Persani dan Imigrasi
-
Bantah Menteri Pigai, Komnas HAM Tegaskan Kasus Keracunan MBG Adalah Pelanggaran Hak Asasi
-
Gus Yasin Buka Kartu: 'Dalang' Islah PPP Ternyata Caleg, Istana Tak Ikut Campur
-
Gebrakan Gibran di Tangerang: Tanam Jagung Pakai Traktor, Minta Bulog Inovasi Demi Swasembada
-
UU PDP Dinilai Bisa Jadi 'Tameng' Pejabat Korup, Koalisi Sipil Minta MK Beri Pengecualian
-
Belum Kelar Soal Ijazah Palsu, Kini Dokter Tifa Curiga Sudjiatmi Bukan Ibu Kandung Jokowi
-
Presiden Prabowo Subianto Lantik Wamendagri III, Mendagri: Perkuat Kinerja Kemendagri