Suara.com - Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Hindra Irawan mengatakan ada tiga kasus kematian pasca vaksin AstraZeneca. Dua kasus berada di Jakarta, sementara satu lainnya di Ambon, Maluku.
Kematian Trio Fauqi Firdaus, pemuda 22 tahun sehari usai mendapat vaksin AstraZeneca di Gelora Bung Karno, Jakarta sempat menjadi sorotan. Kasus kedua dialami pengemudi ojok daring berusia 57 tahun di Jakarta dan terakhir menimpa warga paruh baya berusia 45 tahun di Ambon.
Terkait kematian Trio, Hindra mengatakan sulit memastikan bahwa Trio meninggal akibat AstraZeneca. Hal itu setelah melihat gejala yang dialami Trio sebelum menghembuskan napas terakhir, salah satu di antaranya ialah demam tinggi. Terlebih tidak ada catatan medis Trio.
"Jadi sulit untuk menentukan penyebab kematiannya karena enggak ada data, enggak pernah diperiksa dokter, datang sudah meninggal enggak ada lab, enggak ada rontgen, enggak ada CT Scan kepala. Jadi sulit menyatakan ini terkait imunisasi," kata dia.
"Namun juga sulit ini tidak terkait imunisasi karena kita AstraZeneca karena kuncinya blood clot. Blood clot itu di susunan syaraf pusat di otak, di paru-paru, di perut atau di tungkai," sambungnya.
Hindra menuturkan, jenazah Trio yang kadung dimakamkan itu sedang menunggu proses untuk autopsi guna mengidentifikasi lebih jauh penyebab kematian.
Sementara itu terkait kematian pengemudi ojol, Hindra memastikan pengemudi tersebut tidak meninggal akibat AstraZeneca. Melainkan akibat radang paru. Hal itu diketahui lewat hasil rontgen dari puskesmas.
"Jadi bukan gara-gara vaksin tapi dia radang paru, radang paru sebelum divaksin. Kemudian tidak terdeteksi sesak dapat pengobatan gak bisa dirujuk kemudian menolak tindakan. Tentu saja kalau daya tubuh kurang baik dia meninggal," ujar Hindra.
Sedangkan untuk kasus kematian di Ambon dikatakan Hindra akibat terinfeksi Covid-19.
Baca Juga: Sudah Divaksin, Satu Nakes di Jakarta Positif Varian Baru Covid-19 India
"Di Ambon itu 45 tahun disuntik besoknya dia demam, batuk, pilek kemudian makin memberat diperiksa Covid positif setelah tiga hari. Jadi dia terpapar Covid-19 sebelum divaksin. Covid-nya berat akhirnya meninggal karena Covid," kata Hindra.
Meninggal Usai Divaksin Sinovac
Hindra menuturkan sebanyak 27 orang mengalami KIPI serius hingga mengakibatkan kematian, usai mendapat vaksin Sinovac.
Namun berdasarkan hasil identifikasi, 27 orang itu meninggal bukan karena vaksin Sinovac. Melainkan karena disebabkan berbagai penyakit bawaan lainnya, termasuk sedang terinfeksi Covid-19.
"Sekarang yang meninggal itu dari Sinovac ada 27. Dari 27 itu 10 orang karena terinfeksi Covid-19, 14 orang karena jantung dan pembuluh darah," kata dia.
Sementara itu, lanjut Hindra, satu orang akibat gangguan fungsi ginjal secara mendadak dan dua orang lainnya karena diabetes militus dan hipertensi yang tidak terkontrol.
Hindra kemudian menjelaskan kenapa Komnas KIPI mendapat kesimpulan akhir bahwa kematian 27 orang bukan karena Sinovac, melainkan penyakit.
"Kenapa kami bisa membuat diagnosis itu karena datanya lengkap, diperiksa dirawat, di-rontgen, periksa lab, CT Scan. Jadi dapat diagnosisnya. Dari tadi yang ribuan tadi yang meninggal 27 dan semua ada diganosisnya dan semua tertangani," kata Hindra.
Hindra memaparkan Komnas KIPI melakukan audit tiga kali dalam satu pekan besama Komisi Daerah KIPI. Karena itu pihaknya mendapat data kematian 27 orang yang meninggal, dari total ribuan laporan KIPI.
"Secara online alhamdulillah dan ada hikmahnya bisa audit sama Malut, DKI, Jatim dan Babel hingga Papua. Kerja mau malam atau hari Minggu. Tiga kali semingggu rata-rata, jadi kami bukan hanya penerima laporan tapi mengadakan audit," kata Hindra.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pecah Bisu Setelah Satu Dekade, Ayu Ting Ting Bongkar Hubungannya dengan Enji Baskoro
- Profil dan Rekam Jejak Alimin Ribut Sujono, Pernah Vonis Mati Sambo dan Kini Gagal Jadi Hakim Agung
- Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
- Ditunjuk Prabowo Reformasi Polri: Sosok Ahmad Dofiri Jenderal Rp7 Miliar Berani Pecat Ferdy Sambo!
- Sosok Kompol Anggraini, Polwan Diduga Jadi 'Badai' di Karier Irjen Krishna Murti, Siapa Dia?
Pilihan
-
3 Catatan Menarik Liverpool Tumbangkan Everton: Start Sempurna The Reds
-
Dari Baper Sampai Teriak Bareng: 10+ Tontonan Netflix Buat Quality Time Makin Lengket
-
Menkeu Purbaya Janji Lindungi Industri Rokok Lokal, Mau Evaluasi Cukai Hingga Berantas Rokok China
-
Usai Dicopot dari Kepala PCO, Danantara Tunjuk Hasan Nasbi jadi Komisaris Pertamina
-
4 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan Baterai Besar Minimal 6000 mAh, Terbaik September 2025
Terkini
-
Tragedi Freeport: 2 Pekerja Ditemukan Tewas, 5 Hilang di Tambang Maut Grasberg
-
Hitung-hitungan Jelang Muktamar X PPP: Mardiono Disebut Masih Kuat dari Agus Suparmanto
-
Jokowi Beri Arahan 'Prabowo-Gibran 2 Periode', Relawan Prabowo: Tergantung Masyarakat Memilih
-
DPR Desak Penghentian Sementara PSN Kebun Tebu Merauke: Hak Adat Tak Boleh Dikorbankan
-
Usai Pecat Anggota DPRD Gorontalo, PDIP Beri Pesan: Jangan Cederai Hati Rakyat!
-
Mahasiswa Green Leadership Academy Tanam Semangat Baru di Tabung Harmoni Hijau
-
Profil Alvin Akawijaya Putra, Bupati Buton Kontroversial yang Hilang Sebulan saat Dicari Mahasiswa
-
Mendagri Tito Sebut Bakal Ada 806 SPPG Baru: Lahannya Sudah Siap
-
'Warga Peduli Warga', 98 Resolution Network Bagikan Seribu Sembako untuk Ojol Jakarta
-
Perlindungan Pekerja: Menaker Ingatkan Pengemudi ODOL Pentingnya BPJS Ketenagakerjaan