Suara.com - Seekor tikus berkantung Afrika raksasa yang telah mengabdi selama hampir 5 tahun mendeteksi ranjau darat di Kamboja akhirnya pensiun.
Menyadur Deutch Welle, Rabu (9/6/2021) tikus berkantung bernama Magawa tersebut menjadi hewan pengerat paling sukses yang dilatih dan diawasi oleh organisasi nirlaba Belgia, APOPO, untuk mendeteksi ranjau darat.
Tikus yang berasal dari Tanzania tersebut juga bisa memperingatkan para penambang sehingga mereka dapat mengeluarkan bahan peledak dengan aman.
Setelah mengabdi selama hampir 5 tahun, APOPO mengatakan Magawa resmi pensiun pada Sabtu (5/6). Tikus itu dilaporkan telah membantu membersihkan ranjau dari lahan seluas 225.000 meter persegi.
Selama lima tahun berkarir, Magawa mampu mencium dan mendeteksi 71 ranjau darat dan 38 item persenjataan yang tidak meledak.
Michael Heiman, manajer APOPO di Kamboja, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa tikus tersebut "mulai sedikit lelah," dan waktunya pensiun. "Hal terbaik yang harus dilakukan adalah memensiunkannya." ujar Heiman.
APPO sebelumnya mengatakan bahwa tikus 7 tahun itu masih dalam kondisi sehat. Namun, ia menambahkan: "Dia telah mencapai usia pensiun dan jelas mulai melambat." jelasnya.
Rentang hidup rata-rata tikus kantong Afrika raksasa adalah delapan tahun.
Pada bulan September, badan amal veteriner Inggris PDSA memberikan medali emas kepada Magawa untuk "pengabdian yang menyelamatkan jiwa dan pembersihan ranjau darat yang mematikan di Kamboja."
Baca Juga: Legenda Men Brayut Besarkan 18 Anak, Kisah Perempuan Kuat Bali
Magawa adalah tikus pertama yang memenangkan penghargaan tersebut, sebuah kehormatan yang sebelumnya hanya diberikan untuk anjing.
Ukuran tikus berkantung raksasa Afrika memungkinkan mereka berjalan melintasi ladang ranjau tanpa memicu bahan peledak — dan jauh lebih cepat daripada manusia dengan detektor logam.
APPO mengatakan 20 hewan pengerat yang baru dilatih yang baru-baru ini tiba di Kamboja telah menerima akreditasi dari pihak berwenang untuk memulai deteksi ranjau darat.
Ranjau yang tersisa di Kamboja adalah warisan perang saudara brutal yang terjadi pada tahun 1970-an hingga 1980-an.
Hingga saat ini 6 juta ranjau dilaporkan masih belum ditemukan, menurut data dari Pusat Pekerjaan Ranjau Kamboja (CMAC).
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Bima Arya: PLBN Sebatik Harus Mampu Dongkrak Ekonomi Masyarakat Perbatasan
-
Jangan Lewatkan! HUT ke-80 TNI di Monas Ada Doorprize 200 Motor, Makanan Gratis dan Atraksi Militer
-
Menhan Bocorkan Isi Pertemuan Para Tokoh di Rumah Prabowo, Begini Katanya
-
Efek Revisi UU TNI? KontraS Ungkap Lonjakan Drastis Kekerasan Aparat, Papua Jadi Episentrum
-
Ajudan Ungkap Pertemuan 4 Mata Jokowi dan Prabowo di Kertanegara, Setelah Itu Pamit
-
SK Menkum Sahkan Mardiono Ketum, Muncul Seruan Rekonsiliasi: Jangan Ada Tarik-Menarik Kepentingan!
-
Jokowi Sambangi Prabowo di Kertanegara Siang Tadi Lakukan Pertemuan Hampir 2 Jam, Bahas Apa?
-
Catatan Hitam KontraS di HUT TNI: Profesionalisme Tergerus, Pelibatan di Urusan Sipil Kian Meluas!
-
SDA Jamin Jakarta Tak Berpotensi Banjir Rob pada Bulan Ini, Apa Alasannya?
-
Beri Kontribusi Besar, DPRD DKI Usul Tempat Pengolahan Sampah Mandiri di Kawasan Ini