Suara.com - Ketua Departemen Politik DPP PKS Nabil Ahmad Fauzi menilai masih ada tindakan intimidasi terhadap mahasiswa karena mengkritik pemerintah. Pernyataan Nabil menyusul adanya ancaman dari rektorat terhadap Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (BEM KM Unnes) setelah memberikan julukan kepada Presiden Joko Widodo, Wapres Maruf Amin, dan Ketua DPR RI Puan Maharani.
Menurut Fauzi kritikan dari mahasiswa terhadap situasi sosial politik bangsa adalah penting untuk memotret dinamika demokrasi Indonesia. Karena itu ia meminta tidak ada intimidasi yang dilakukan terhadap mahasiswa yang kritis.
"Jangan ada intimidasi dan pemanggilan terhadap kelompok kritis, apalagi itu datang dari mahasiswa sebagai kekuatan moral bangsa. Jangan sampai tindakan-tindakan yang berlebihan dalam menangani kritik ini semakin mengonfirmasi betapa kehidupan demokrasi kita semakin cacat," kata Fauzi kepada wartawan, Kamis (8/7/2021).
Fauzi memandang seharusnya pemerintah baik di eksekutif maupun legislatif dapat menyikapi kritik dengan lebih bijak, yakni menjadikan kritik sebagai bahan untuk mengoreksi diri.
"Karenanya sikap terbaik adalah jadikan kritik sebagai instrospeksi. Pesannya tentu agar pemerintah lebih serius dalam mengatasi berbagai permasalahan bangsa saat ini. Khususnya dalam menangani pandemi Covid-19 dan berbagai dampak akibatnya," kata Fauzi.
Diancam Rektor
Presiden BEM KM Unnes, Wahyu Suryono Pratama sebelumnya mengaku mendapatkan tekanan dari rektorat usai mengkritik Presiden Joko Widodo, Wapres Maruf Amin, dan Ketua DPR RI Puan Maharani di media sosial.
Wahyu mengungkapkan setelah kritik itu diunggah di akun @bemkmunnes, sekitar pukul 10.29 WIB Wakil Dekan 3 sekaligus Koordinator Kemahasiswaan Unnes, Wirawan Sambodo mengirimkan pesan tendensius via WhatsApp kepada Wahyu, isinya;
"Kalau bisa BEM KM tidak dijadikan kendaraan Parpol atau oposisi....pikirkan masa depan mhs Unnes utk hidup di. Masyarakat" Tambah lagi Mohon siang ini ketemu saya....jangan sampai berhadapan masa PDI....mohon ditarik dulu," ungkap Wahyu dalam keterangannya, Rabu (7/7/2021).
Baca Juga: Tak Setuju Usulan Rumah Sakit Khusus Pejabat, PKS: Harusnya Berkorban untuk Rakyat
Di waktu yang sama, Pembina BEM KM Unnes 2021, Rusyanto juga memohon Wahyu melalui WA untuk tidak ikut BEM lain yang sebelumnya juga mengkritik pemerintah.
"Mas Wahyu, sebaiknya dalam berekspresi tidak usah ikut2 kampus lain njih, hati2 mas Wahyu, jejak digital tidak akan hilang, mohon dipikirkan nih dgn tim, tks" kata Rusyanto disampaikan Wahyu.
Tak lama berselang, Rektor Unnes Fathur Rokhman juga mengontak Wahyu melalui WA untuk mencabut postingan yang menurutnya bernuansa penghinaan dan pelecehan agama.
"Mas mohon dipertimbangkan matang-matang dg nuranimu. Unggahan ini bernuansa penghinaan dan pelecehan agama. Sebagai Rektor saya minta Ketua BEM UNNES untuk menurunkannya. Mohon unggahan yang edukatif," pesan Fathur disampaikan Wahyu.
Menurut Wahyu, tiga pesan tekanan dari rektorat Unnes ini berlebihan dan diluar akal sehat, sebab kritik mereka berbasis data dan dapat dipertanggungjawabkan.
"BEM KM UNNES menegaskan bahwa apa yang BEM lakukan adalah bagian dari kebebasan berekspresi dan kebebasan akademik yang dilindungi oleh konstitusi dan Undang-Undang. Bahkan , kritikan itu bersifat sangat wajar dalam tradisi negara demokrasi," tegas Wahyu.
Berita Terkait
-
Jokowi Diterpa Isu Pengkhianatan Mundurnya Menteri di Tengah PPKM
-
Kritik Jokowi, Rektorat Kecam BEM Unnes: Jangan Sampai Berhadapan dengan Massa PDI
-
Usai Kritik Jokowi-Maruf dan Puan Maharani, Akun Instagram BEM Unnes Mendadak Lenyap
-
Wapres Ma'ruf Tertawa Saat Dijuluki The King of Silent oleh BEM KM Unnes
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Kriminalisasi Masyarakat Adat Penentang Tambang Ilegal PT Position, Jatam Ajukan Amicus Curiae
-
Drama PPP Belum Usai: Jateng Tolak SK Mardiono, 'Spill' Fakta Sebenarnya di Muktamar X
-
Horor MBG Terulang Lagi! Dinas KPKP Bongkar 'Dosa' Dapur Umum: SOP Diabaikan!
-
Jalani Kebijakan 'Koplaknomics', Ekonom Prediksi Indonesia Hadapi Ancaman Resesi dan Gejolak Sosial
-
Mensos Gus Ipul Bebas Tugaskan Staf Ahli yang Jadi Tersangka Korupsi Bansos di KPK
-
Detik-detik Bus DAMRI Ludes Terbakar di Tol Cikampek, Semua Penumpang Selamat
-
Titik Didih Krisis Puncak! Penutupan Belasan Tempat Wisata KLH Picu PHK Massal, Mulyadi Geram
-
Minta Pendampingan KPK, Gus Irfan Pastikan Ibadah Haji dan Umrah Bebas Rasuah
-
Misteri Keracunan 1.315 Siswa Terpecahkan: BGN Temukan Kadar Nitrit Hampir 4 Kali Lipat Batas Aman
-
Wali Kota Semarang Dorong Sekolah Rakyat Jadi Wadah Lahirkan Generasi Hebat