Suara.com - Mobil ambulans, dalam beberapa waktu ke belakang, menjadi semacam penanda jika setiap harinya, kasus positif maupun kematian akibat Covid-19 masih terjadi. Termutakhir, pada Senin (9/8/2021) kemarin, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mengumumkan kasus positif COVID-19 di Indonesia kembali bertambah sebanyak 20.709 orang, sehingga total kasus telah menembus 3.686.740 orang.
Dari jumlah itu, terdapat pula tambahan 1.475 orang meninggal dunia. Sehingga total kasus kematian akibat Covid-19 menjadi 108.571 jiwa meninggal dunia.
Tentunya, jalan raya di kawasan DKI Jakarta dan sekitarnya sangat tidak ramah bagi mobil ambulans. Meski masuk dalam kategori kendaraan prioritas, tak jarang mobil ambulas kerap terjebak macet dan terhambat menuju tempat tujuan, misalnya rumah sakit atau Tempat Pemakaman Umum (TPU).
Fenomena tersebut memancing sekelompok pemuda untuk membikin satu gerakan yang bergerak di ranah pengawalan mobil ambulans. Suara.com pun mendapat kesempatan bertemu gerakan relawan pengawalan mobil ambulans bernama Patwal Ambulance Depok (P.A.D.E).
Sebelum wabah Covid-19 melanda Tanah Air, gerakan kemanusiaan berupa pengawalan mobil ambulans sudah dilakukan oleh P.A.D.E. Berangkat dari sebuah keresahan mengenai kesulitan mobil ambulans kesulitan menembus kemacetan Ibu Kota, P.A.D.E resmi berdiri pada 14 Januari 2018 lalu.
"Melihat adanya kesadaran masyarakat akan ambulans yang melintas masih rendah, kadang terhambat di jalan karena kemacetan, jadi kurang kesadaran masyarakat, kami membikin perkumpulan relawan Patwal Ambulance Depok," ungkap Sank Putra Rochutomo (34) selaku Ketua Umum P.A.D.E saat dijumpai Suara.com, Senin (9/8/2021) malam.
Seiring melonjaknya kasus kematian akibat virus Corona, kerja-kerja sosial komunitas P.A.D.E tentunya semakin sibuk. Putra yang juga berprofesi sebagai sopir ambulans di RSU Aulia, Jagakarsa, Jakarta Selatan itu mengungkapkan, dalam sehari, P.A.D.E bisa mengawal tiga sampai empat ambulans menuju TPU.
Rutenya pun beragam, terkadang personel P.A.D.E kerap mengawal ambulans menuju TPU di kawasan Tapos, Depok, Jawa Barat. Tak jarang, P.A.D.E juga turut mengawal ambulans menuju TPU khusus Covid-19 di Ibu Kota seperti TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur atau TPU Rorotan, Jakarta Utara.
"Sehari bisa tiga sampai empat rute. Paling sering ke TPU Tapos dan Cilangkap, itu di Depok. Kalau di Jakarta kami biasa ke TPU Pondok Ranggon sampai Rorotan juga," ungkap Putra.
Baca Juga: Asrama Haji Medan Jadi Isoter, Edy Rahmayadi: Gratis-Taati Aturan
Untuk teknis bagi masyarakat agar bisa mendapat pengawalan, kata Putra, tinggal mengirim pesan ke akun Instagram P.A.D.E. Nantinya, pesan tersebut akan diteruskan kepada personel atau relawan yang berjaga setiap saat.
"Jadi kami follow-up lalu kami share ke grup. Jadi ketika ada teman-teman yang sedang free atau senggang bisa turun untuk melakukan pengawalan," sambungnya.
Gratis
Pada kesempatan itu, Putra menyatakan jika jasa pengawalan ambulans dari P.A.D.E adalah gratis atau tanpa biaya. Kata dia, pihaknya tidak pernah memungut biaya sepeser pun kepada pihak keluarga atau pasien yang membutuhkan jasa pengawalan.
"Kami tidak pernah mematok tarif, tidak pernah meminta biaya sepeser pun untuk biaya pengawalan ambulans," ungkap dia.
Sejak sebelum pandemi Covid-19 berlangsung, P.A.D.E telah memberikan pengawalan teehadap ambulans secara cuma-cuma.
Berita Terkait
-
Asrama Haji Medan Jadi Isoter, Edy Rahmayadi: Gratis-Taati Aturan
-
Permintaan Ambulans dan Olah Limbah Medis Selter Meningkat, Jogja Dapat Tambahan Rp1,3 M
-
Perampok Petugas Ambulans COVID-19 Ditembak, Polisi Ultimatum Para Buronan
-
Percepat Mobilisasi Pasien Covid-19, Grup Astra Serahkan Ambulans ke BNPB
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott Gantikan Mees Hilgers Bela Timnas Indonesia, Peluangnya Sangat Besar
- KPK: Perusahaan Biro Travel Jual 20.000 Kuota Haji Tambahan, Duit Mengalir Sampai...
- Jangan Ketinggalan Tren! Begini Cara Cepat Ubah Foto Jadi Miniatur AI yang Lagi Viral
- Hari Pelanggan Nasional 2025: Nikmati Promo Spesial BRI, Diskon Sampai 25%
- Maki-Maki Prabowo dan Ingin Anies Baswedan Jadi Presiden, Ibu Jilbab Pink Viral Disebut Korban AI
Pilihan
-
Media Lokal: AS Trencin Dapat Berlian, Marselino Ferdinan Bikin Eksposur Liga Slovakia Meledak
-
Rieke Diah Pitaloka Bela Uya Kuya dan Eko Patrio: 'Konyol Sih, tapi Mereka Tulus!'
-
Dari Anak Ajaib Jadi Pesakitan: Ironi Perjalanan Karier Nadiem Makarim Sebelum Terjerat Korupsi
-
Nonaktif Hanya Akal-akalan, Tokoh Pergerakan Solo Desak Ahmad Sahroni hingga Eko Patrio Dipecat
-
Paspor Sehari Jadi: Jurus Sat-set untuk yang Kepepet, tapi Siap-siap Dompet Kaget!
Terkini
-
Pengamat Intelijen: Kinerja Listyo Sigit Bagus tapi Tetap Harus Diganti, Ini Alasannya
-
Terungkap! Rontgen Gigi Hingga Tato Bantu Identifikasi WNA Korban Helikopter Kalsel
-
Misteri Dosen UPI Hilang Terpecahkan: Ditemukan di Lembang dengan Kondisi Memprihatinkan
-
Dugaan Badai PHK Gudang Garam, Benarkah Tanda-tanda Keruntuhan Industri Kretek?
-
Israel Bunuh 15 Jurnalis Palestina Sepanjang Agustus 2025, PJS Ungkap Deretan Pelanggaran Berat
-
Mengenal Tuntutan 17+8 yang Sukses Bikin DPR Pangkas Fasilitas Mewah
-
IPI: Desakan Pencopotan Kapolri Tak Relevan, Prabowo Butuh Listyo Sigit Jaga Stabilitas
-
Arie Total Politik Jengkel Lihat Ulah Jerome Polin saat Demo: Jangan Nyari Heroiknya Doang!
-
Sekarang 'Cuma' Dapat Rp65,5 Juta Per Bulan, Berapa Perbandingan Gaji DPR yang Dulu?
-
SBY: Seni Bukan Hanya Indah, Tapi 'Senjata' Perdamaian dan Masa Depan Lebih Baik