Suara.com - Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri berbicara terkait demokrasi Indonesia yang ia sebut berkembang sedemikian rupa, tetapi sayangnya melupakan makna fundamental dari demorkasi.
Makna fundamental yang dimaksud Salim, yaitu lahirnya kesejahteraan sebagai manifestasi dari cita-cita adil dan makmur. Salim menyoroti turunnya indeks demorkasi Indonesia dan anggapan masyarakat serta para pengamat bahwa Indonesia saat ini menuju ke otoritarianisme.
"Demokrasi kita baru menampakan wajah prosedural itupun banyak pengamat, akademisi, dan kalamgan masyarakat sipil yang menilai akhir-akhir ini cenderung mengarah kepada otoritarianisme. Cenderung mengarah kepada otoritarianisme baru sehingga menempatkan indeks demokrasi Indonesia mengalami penurunan," kata Salim dalam Mimbar Demokrasi Kebangsaan yang disiarkan secara daring oleh Fraksi PKS, Jumat (27/8/2021).
Salim kemudian mengingatkan watak demokrasi Indonesia dalam pernyataan-pernyataan yang disampaikan Soekarno dan Hatta. Di mana dikutip Salim, sesungguhnya adalah demokrasi kerakyatan yang secara baik dimanifestasikan dalam sila keempat Pancasila.
Salim mengatakan berbicara mengenai demokrais bukan semata menyoal politik, melainkan juga tentang ekonomi dan sosial budaya yang mampu mendatangkan kesejahteraan sosial. Sehingga dikatakan Salim bukan saja persamaan politik yang dituntut, akan tetapi juga persamaan di bidang ekonomi dan sosial budaya berupa kesejahteraan yang adil.
"Demokrasi kerakyatan juga bukan soal menang-menangan suara. Bung Hatta mengingatkan kita bahwa kerakyatan yang dianut oleh bangsa Indonesia bukanlah kerakyatan yang mencari suara terbanyak saja. Tetapi kerakyatan yang dipimpin oleh khidmat, kebijaksanaan dalam perwusyawaratan dan perwakilan," kata Salim.
Karena itu Salim menegaskan bahwa demokrasi Indonesia bukan demokrasi liberal dan bukan juga demokrasi totaliter karena berkaitan secara menyeluruh dengan sila-sila Pancasila lainnya.
"Demokrasi kerakyatan bukan relasi menang kalah, bukan saling adu kuat sehingga mencegah kekuasaan dikendalikan oleh golongan mayoritas dan kekuatan minoritas, elite politik dan pemodal. Demokrasi kerakyatan adalah demokrasi yang berdiri tegap di atas orientasi etnis, daya, rasionalitas, dan kearifan untum mencapai konsensus," tandasnya.
Baca Juga: Koruptor Jadi Penyuluh Antikorupsi, Mardani: Seolah Mereka Sebagai Korban
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Sepatu Lokal Senyaman On Cloud Ori, Harga Lebih Terjangkau
- 5 Body Lotion Niacinamide untuk Cerahkan Kulit, Harganya Ramah Kantong Ibu Rumah Tangga
- Menguak PT Minas Pagai Lumber, Jejak Keluarga Cendana dan Konsesi Raksasa di Balik Kayu Terdampar
- 5 HP Murah Terbaik 2025 Rekomendasi David GadgetIn: Chip Mumpuni, Kamera Bagus
- 55 Kode Redeem FF Terbaru 9 Desember: Ada Ribuan Diamond, Item Winterlands, dan Woof Bundle
Pilihan
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
-
PT Tusam Hutani Lestari Punya Siapa? Menguasai Lahan Hutan Aceh Sejak Era Soeharto
-
Harga Minyak Melonjak: AS Sita Kapal Tanker di Lepas Pantai Venezuela
Terkini
-
Imbas Insiden Mobil Terabas Pagar, Siswa SDN Kalibaru 01 Belajar Daring
-
RSUD Aceh Tamiang Kembali Buka, Warga Keluhkan Penyakit Kulit dan Gangguan Pernapasan Pascabanjir
-
BGN Tegaskan Mitra MBG Jangan Ambil Untung Berlebihan: Semangka Jangan Setipis Tisu!
-
Plus Minus Kapolri Ditunjuk Presiden Tanpa Restu DPR, Solusi Anti Utang Budi atau Sama Saja?
-
Polisi Buka Peluang Tersangka Baru dalam Tragedi Kebakaran Ruko Terra Drone
-
Puslabfor 'Bongkar' Ulang TKP Kebakaran, Buru Bukti Jerat Bos Terra Drone
-
Korban Tewas Bencana di Agam Tembus 192 Orang, 72 Masih Hilang
-
Lonjakan Pemilih Muda dan Deepfake Jadi Tantangan Pemilu 2029: Siapkah Indonesia Menghadapinya?
-
MKMK Tegaskan Arsul Sani Tak Terbukti Palsukan Ijazah Doktoral
-
Polisi Kembali Lakukan Olah TKP Terra Drone, Apa yang Dicari Puslabfor?