Suara.com - Pertempuran antara junta militer Myanmar dan pasukan oposisi dalam beberapa pekan terakhir membuat jumlah pengungsi yang melarikan diri meningkat. DW berkesempatan bertemu dengan beberapa dari mereka yang lari ke India.
Pada pertengahan September lalu, ratusan orang yang menentang kekuasaan militer di Myanmar mengungsi ke negara bagian Mizoram, India.
Pertempuran sengit antara junta militer dan pasukan oposisi memaksa mereka untuk minggat ke negara tetangga. India dan Myanmar diketahui berbagi perbatasan sepanjang 1.600 kilometer.
Dan negara bagian Mizoram mencakup hampir sepertiga perbatasan tersebut.
DW berkesempatan bertemu langsung dengan para pengungsi di salah satu desa di distrik Hnahthial yang terletak di negara bagian Mizoram.
Mereka yang melarikan diri dari kekerasan militer ditampung di sana. Kemana warga melarikan diri?
Warga Myanmar melarikan diri ke desa-desa terdekat di India. Salah satunya adalah Desa Thingsai di negara bagian Mizoram, tidak jauh dari perbatasan.
Untuk sampai ke wilayah perbatasan India, warga Myanmar harus menyeberangi Sungai Tiau – yang menjadi bagian dari perbatasan internasional kedua negara.
Pawan Singh, seorang anggota paramiliter Assam Rifles yang bertugas menjaga sisi perbatasan India yang ditemui DW mengatakan, ada sekitar 20-25 orang yang melintasi perbatasan setiap harinya sejak kekerasan di Myanmar pecah pada pertengahan September lalu.
Baca Juga: Dorr! Pemimpin Muslim Rohingya Mohib Ullah Ditembak Mati di Kamp Bangladesh
Menurut Singh, dalam beberapa hari terakhir ada sekitar 1.000 orang yang telah melarikan diri ke Desa Thingsai.
Bagaimana mereka hidup di pengungsian?
Agar bisa sampai ke kamp pengungsian di Thingsai, para perempuan dari Myanmar biasanya memakai sepeda motor untuk menyeberang sungai.
Para perempuan pergi bersama anak-anak, sementara para pria tinggal di belakang untuk berjaga-jaga melawan junta militer.
Mereka yang berhasil mencapai desa-desa di India, diberikan bahan makanan pokok seperti kentang, nasi, dan sup lentil.
Bantuan ini diberikan oleh sukarelawan dari Asosiasi Pemuda Mizo (YMA), sebuah organisasi lokal yang sebagian besar tugasnya adalah untuk membantu pengungsi dari Myanmar.
Berita Terkait
-
Ancaman Bencana Kedua Sumatra: Saat Wabah Penyakit Mengintai di Tenda Pengungsian
-
Timnas Voli Indonesia Bidik Juara Grup B, Siap Lawan Siapa Pun di Semifinal SEA Games 2025
-
Timnas Futsal Indonesia Bantai Myanmar di Laga Perdana SEA Games 2025
-
Timnas Voli Indonesia Hajar Myanmar 3-0, Lolos ke Semifinal SEA Games 2025
-
Pilu, Air Mata Jens Raven Usai Kegagalan Timnas Indonesia U-22
Terpopuler
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
- 7 Sepatu Murah Lokal Buat Jogging Mulai Rp100 Ribuan, Ada Pilihan Dokter Tirta
Pilihan
-
Indosat Gandeng Arsari dan Northstar Bangun FiberCo Independent, Dana Rp14,6 Triliun Dikucurkan!
-
Kredit Nganggur Tembus Rp2,509 Triliun, Ini Penyebabnya
-
Uang Beredar Tembus Rp9891,6 Triliun per November 2025, Ini Faktornya
-
Pertamina Patra Niaga Siapkan Operasional Jelang Merger dengan PIS dan KPI
-
Mengenang Sosok Ustaz Jazir ASP: Inspirasi di Balik Kejayaan Masjid Jogokariyan
Terkini
-
KPK Ungkap Kepala Dinas Sengaja Hapus Jejak Korupsi Eks Bupati Bekasi
-
Bupati Bekasi di Tengah Pusaran Kasus Suap, Mengapa Harta Kekayaannya Janggal?
-
6 Fakta Tabrakan Bus Kru KRI Soeharso di Medan: 12 Personel Terluka
-
Pesan di Ponsel Dihapus, KPK Telusuri Jejak Komunikasi Bupati Bekasi
-
Rotasi 187 Perwira Tinggi TNI Akhir 2025, Kapuspen Hingga Pangkodau Berganti
-
KPK Geledah Rumah Bupati Bekasi dan Kantor Ayahnya
-
Kejari Bogor Musnahkan 5 Kilogram Keripik Pisang Bercampur Narkotika
-
Pemerintah Tunda Kenaikan Cukai Rokok 2026: Kebijakan Hati-Hati atau Keberpihakan ke Industri?
-
Tren Kenaikan Arus Lalu Lintas di Ruas Regional Nusantara, Tol Jogja-Solo Naik 37 Persen
-
Geger Teror Bom, Ini Daftar 10 SMA di Depok yang Disisir Tim Gegana