Suara.com - Tanggal 1 Oktober selalu diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Penetapan Hari Kesaktian Pancasila tersebut punya kaitan dengan peristiwa Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia atau G30S/PKI.
Di sisi lain, ada yang menyebut pula dengan sebutan G30S saja, tanpa embel-embel PKI. Penyebutan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan pandangan mengenai sejarah kelam yang menewaskan tujuh petinggi militer Republik Indonesia dalam tragedi G30S 1965 silam.
Seorang ibu bernama Lilis (45) bersama anak perempuannya hari ini datang ke Monumen Pancasila Sakti, kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur. Dia mengaku, kunjungannya kali ini bertujuan agar sang anak tahu soal sejarah peristiwa tersebut.
"Kalau saya sih dari kecil memang sering ke sini. Kalau anak saya kan belum pernah. Ini masih SD, karena pandemi juga kan jadi baru sempat ke sini," kata Lilis di lokasi, Jumat siang.
Ketika peristiwa G30S pecah, Lilis memang belum lahir. Dia hanya mengetahui peristiwa itu lewat pelajaran sejarah sejak bangku SD hingga SMA. Selama menelan materi sejarah itu, Lilis punya kesimpulan kalau, "PKI kan kejam, jenderal-jenderal militer dibunuh."
Pemahaman Lilis soal kejamnya PKI semakin ditambah oleh adanya film "Penumpasan Penghianatan G30S PKI" yang diproduksi Perum Produksi Film Negara atau PFN pada 1984 silam. Film yang disutradarai oleh Arifin C. Noer dan dibintangi sejumlah aktor mulai dari Umar Kayam, Amoroso Katamsi, hingga Syubah Asa menghabiskan dana sekitar Rp800 juta.
"Apalagi kalau di film itu, jenderal-jenderal di-siletin," beber Lilis.
Pandangan berbeda disampaikan oleh Maulana (31). Kami bertemu dirinya di sebuah warung kopi tidak jauh dari Monumen Pancasila Sakti.
Menurut dia, duduk perkara soal penculikan dan pembunuhan terhadap para jenderal itu harus disampaikan dalam sejarah yang benar. Menurut Maulana, sejarah soal G30S/PKI, khususnya di bangku sekolah, hanya disampaikan dalam satu versi saja.
Baca Juga: 3 Cara Rayakan Hari Kesaktian Pancasila ala Milenial dan Generasi Z
"Kalau menurut saya sih, harus jelas ya kalau kita berbicara soal penculikan dan pembunuhan itu," papar Maulana.
Sebagai masyarakat, Maulana berpendapat jika pelajaran sejarah akan menentukan seseorang dalam melihat sebuah peristiwa. Terhadap peristiwa G30S, dia, jika tidak merujuk pada pelajaran di bangku sekolah, tidak bisa mengambil kesimpulan bahwa PKI yang menyebabkan peristiwa itu terjadi.
"Pandangan saya, kita sebagai pemuda harus clear dengan sejarah, karena itu yang akan menentukan langkah kita ke depan," pungkas dia.
Warga lainnya, Bachtiar (24) ogah berkomentar soal siapa biang keladi peristiwa kelam bangsa tersebut. Menurut dia, isu soal PKI adalah wacana usang yang terus digaungkan setiap tahun.
"Sudahlah, itu wacana basi tiap tahun," kata dia.
Bachtiar, sejak kecil tinggal di kawasan Lubang Buaya, tidak jauh dari Monumen Pancasila Sakti. Bahkan, sejak TK, dia mengaku sering melihat replika maupun diorama terkait penculikan dan pembunuhan terhadap para jenderal tersebut.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- Belanja Mainan Hemat! Diskon 90% di Kidz Station Kraziest Sale, Bayar Pakai BRI Makin Untung
Pilihan
-
Tak Mau Ceplas-ceplos Lagi! Menkeu Purbaya: Nanti Saya Dimarahin!
-
H-6 Kick Off: Ini Jadwal Lengkap Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17 2025
-
Harga Emas Hari Ini Turun: Antam Belum Tersedia, Galeri 24 dan UBS Anjlok!
-
5 Fakta Wakil Ketua DPRD OKU Parwanto: Kader Gerindra, Tersangka KPK dan Punya Utang Rp1,5 Miliar
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
Terkini
-
Bobby Nasution: Intervensi Harga Cabai Merah Semata-mata untuk Kepentingan Masyarakat
-
Mendikdasmen Soroti Fenomena 'Xenomania', Sebut Anak Muda Lebih Bangga Bahasa Asing
-
DPR Hormati Sanksi DKPP untuk KPU Soal Jet Pribadi: Harus Sensitif pada Publik!
-
Geger Dugaan Korupsi Whoosh, Mahfud MD Sentil KPK: Dugaan Saya Takut, Entah Pada Siapa
-
11 Jenderal 'Geruduk' Kantor Mahfud MD, Desak Reformasi dan Kembalikan Kepercayaan Polri
-
15 Golongan Warga Jakarta Masih Nikmati Transportasi Gratis, Daerah Penyangga Harap Sabar!
-
Omongan Jokowi Pilih Tinggal di Rumah Solo Ketimbang Colomadu Sulit Dipercaya, Mengapa?
-
Amien Rais 'Ngamuk', Tuding Jokowi-Luhut-Sri Mulyani Perusak Indonesia dan Layak Dihukum Mati!
-
DPR Ultimatum Pimpinan KPU usai Kena Sanksi DKPP: Kalau Ada Pesawat Biasa Kenapa Pakai Jet Pribadi?
-
Skandal Vonis Lepas Suap CPO, Eks Ketua PN Jaksel Arif Nuryanta Dituntut 15 Tahun Bui