Suara.com - Wakil Ketua Komisi IX DPR Fraksi Partai Golkar Melki Laka Lena mengatakan potensi gelombang ketiga Covid-19 mungkin saja terjadi dan melanda Indonesia. Potensi itu bisa bertambah besar apabila tidak diiringi adanya pencegahan sedini mungkin.
"Tentu kalau kita bicara potensi gelombang ketiga itu hal yang pasti terjadi kalau kita tidak melakukan pencegahan dengan baik," kata Melki di DPP Parta Golkar, Jakarta, Jumat (22/10/2021).
Pemeirntah kata Melki, harus bisa membuat aturan sebaik mungkin dalam rangka pencegahan gelombang ketiga. Tidak cuma sekadar membuat, Melki berujar aturan tersebut harus diselaraskan dengan masyarakat.
Dengan begitu diharapkan masyarakat dapat turut andil dalam menjalankan dan memathui aturan.
"Saya kira kembali kepada kita harus membuat aturan yang mana kita sama sama sepakati baik pemerintah maupun masyarakat," ujar Melki.
Meski demikan, Melki menilai masyarakat sudah lebih tertib dalam menjalankan protokol kesehatan. Hal itu jauh berbeda dibanding awal pandemi.
"Di awal-awal pandemi kita belum tertib tapi sekarang jauh lebih tertib. Masyarakat kita sadar bahwa urusan pandemi ini butuh kerja sama kita semua. Sekali lagi pemerintah bisa membuat berbagai aturan yang baik," tutur Melki.
Sebuah Keniscayaan
Kementerian Kesehatan menilai lonjakan covid-19 gelombang ketiga adalah sebuah keniscayaan yang mungkin saja terjadi jika masyarakat lengah, alias terlalu euforia dengan penurunan kasus saat ini.
Baca Juga: Pandemi Covid-19 Belum Selesai, Kemenkes Sebut Shaf Salat Belum Bisa Dirapatkan
Juru Bicara Vaksinasi dari Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, menjelaskan beberapa ahli telah menyatakan bahwa pandemi Covid-19 tidak akan hanya membentuk satu puncak kasus saja.
"Gelombang ketiga itu adalah sebuah keniscayaan, karena kita lihat salah satu publikasi ilmiah sudah mengatakan bahwa pola penyakit covid-19 ini akan menimbulkan beberapa gelombang," kata Nadia dalam diskusi virtual.
Direktur Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes itu mencontohkan di negara dengan cakupan vaksinasi tinggi saja tetap bisa terjadi gelombang ketiga karena pelonggaran protokol kesehatan yang terlalu masif seperti Inggris, Amerika, dan Israel.
"Mereka juga terjadi peningkatan kasus, walaupun kematian dan kesakitannya relatif lebih rendah, jadi sudah ada contoh negara-negara yang masuk gelombang ketiga," ucapnya.
Dia menyebut gelombang ketiga juga bisa terjadi di Indonesia jika protokol kesehatan di masyarakat semakin lengah, terlebih akan ada libur akhir tahun dan beberapa hari raya keagamaan yang meningkatkan mobilitas.
"Potensi-potensi ini yang menyebabkan keniscayaan akan gelombang ketiga itu pasti terjadi, tentunya kita harus terus menerus mengingat ke masyarakat bahwa pandemi belum selesai," jelasnya.
Berita Terkait
-
Asyik Pembelajaran Daring Gegara Pandemi Covid-19, Ratusan Pelajar di Kalteng Menikah
-
PHRI DIY Waspadai Pariwisata Jadi Faktor Gelombang Ketiga Covid-19
-
Pandemi Covid-19 Belum Selesai, Kemenkes Sebut Shaf Salat Belum Bisa Dirapatkan
-
Kemenkes: Gelombang Ketiga Covid-19 Adalah Sebuah Keniscayaan
-
Meski Pandemi Covid-19, Penjualan Mobil di Badung Bali Justru Semakin Meningkat
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga 7 Seater Mulai Rp30 Jutaan, Irit dan Mudah Perawatan
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 19 Oktober: Klaim 19 Ribu Gems dan Player 111-113
- Bukan Main-Main! Ini 3 Alasan Nusakambangan, Penjara Ammar Zoni Dijuluki Alcatraz Versi Indonesia
Pilihan
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
-
Pembelaan Memalukan Alex Pastoor, Pandai Bersilat Lidah Tutupi Kebobrokan
-
China Sindir Menkeu Purbaya Soal Emoh Bayar Utang Whoosh: Untung Tak Cuma Soal Angka!
Terkini
-
Nekat Beraksi di Siang Bolong, Begini Tampang Maling HP di Jaktim: Berpeci dan Jaket Ojol
-
Panggil Para Komisioner KPU, Komisi II DPR Bakal Pertanyakan Penggunaan Jet Pribadi Rp90 Miliar
-
PLN dan KAI Tandatangani Nota Kesepahaman Rencana Kerja, Siap Elektrifikasi Jalur Kereta Indonesia
-
KPK Beberkan Biang Kerok Penyidikan Korupsi Kuota Haji Berlarut-larut, Ternyata Ini Alasannya
-
Gurita Korupsi Pertamina: KPK Ungkap Kaitan Eks Direktur dengan Riza Chalid di Kasus Suap Katalis
-
Dana DKI Jakarta Rp14,6 Triliun Mengendap di Bank: Gubernur Pramono Ungkap Alasannya!
-
Lukas Enembe Sudah Meninggal, KPK Ungkap Alasan Periksa Tukang Cukur Langganannya
-
KPK Bantah Cuma Tunggu Laporan Mahfud MD Usut Dugaan Korupsi Whoosh: Informasi Kami Cari
-
Dalami Dugaan Mark Up Proyek Kereta Cepat Whoosh, KPK Tak Hanya Tunggu Laporan Mahfud MD
-
Dukung Revitalisasi Kota Tua, Veronica Usul Ada Pendongeng hingga Musisi di Alun-Alun Fatahillah