Suara.com - Seorang asisten profesor di universitas terkemuka di Afghanistan kini sedang bergelut dengan pekerjaan barunya sebagai buruh bangunan.
Menyadur Euro News Rabu (3/11/2021), Khalilullah Tawhidyar mendapat 300 afghani (Rp 47 ribu) hari itu dan ia menggunakannya untuk membeli kebutuhan keluarga.
Tawhidyar adalah mantan anggota satuan tugas pemerintah untuk reformasi pendidikan, yang mengajar bahasa Inggris di Universitas Parwan di utara Kabul.
Mirisnya, ia adalah satu dari ribuan kelas menengah, warga Afghanistan berpendidikan yang memerangi kemiskinan saat ekonomi negara itu goyah.
"Saya tidak punya pilihan," kata Tawhidyar pada Reuters, sambil menambahkan dia belum menerima gaji selama tiga bulan. “Ini adalah kisah banyak orang terpelajar di sini sekarang.”
Tawhidyar, yang memiliki gelar master dari India dan mengikuti kursus di Malaysia dan Sri Lanka mengambil pekerjaan ini setelah kehabisan uang untuk makan.
Seperti keluarga lain di Afghanistan, Tawhidyar tinggal bersama keluarga besar dan 17 orang bergantung pada gajinya.
“Saya menghasilkan cukup uang untuk memenuhi kebutuhan saya,” kata pria berusia 36 tahun itu. Ketika gaji berhenti, dia meminjam dari teman dan kerabat, tapi itu habis beberapa minggu yang lalu.
Istrinya yang sedang hamil besar melewatkan dua janji dengan dokter. “Situasinya datang kami tidak punya roti… kami hanya menanak nasi dan kemudian nasinya juga habis,” katanya.
Baca Juga: Taliban Segera Izinkan Anak Perempuan Afghanistan Kembali Bersekolah
Krisis keuangan Afghanistan memburuk sejak Taliban kembali ke tampuk kekuasaan dengan bantuan internasional berhenti mengalir dan miliaran dolar lainnya dalam cadangan mata uang asing terkunci di brankas di Barat.
“Anda melihat dokter, guru, hakim dipaksa bekerja sebagai penjaga toko, sopir taksi, atau buruh,” kata Victor Moses, direktur negara Afghanistan untuk kelompok nirlaba CARE.
Laporan CARE bulan lalu mengatakan hampir setengah dari populasi Afghanistan menghadapi kelaparan akut dan PBB mengatakan 97% dari populasi akan tenggelam di bawah garis kemiskinan pada pertengahan 2022.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- 7 Parfum Wangi Bayi untuk Orang Dewasa: Segar Tahan Lama, Mulai Rp35 Ribuan Saja
- 3 Pelatih Kelas Dunia yang Tolak Pinangan Timnas Indonesia
Pilihan
-
Zahaby Gholy Starter! Ini Susunan Pemain Timnas Indonesia U-17 vs Honduras
-
Tinggal Klik! Ini Link Live Streaming Timnas Indonesia U-17 vs Honduras
-
Siapa Justen Kranthove? Eks Leicester City Keturunan Indonesia Rekan Marselino Ferdinan
-
Menko Airlangga Ungkap Dampak Rencana Purbaya Mau Ubah Rp1.000 Jadi Rp1
-
Modal Tambahan Garuda dari Danantara Dipangkas, Rencana Ekspansi Armada Kandas
Terkini
-
Buntut Rumah Hakim Dibakar, Jaksa KPK di Medan Kini Dikawal Ketat Selama Sidang Korupsi PUPR Sumut
-
Tak Ingin Insiden SMA 72 Terulang, Gubernur Pramono Tegaskan Setop Praktik Bullying di Sekolah
-
DPR Dukung BGN Tutup Dapur SPPG Penyebab Keracunan MBG: Keselamatan Anak-anak Prioritas Utama
-
BMKG Peringatkan Potensi Cuaca Ekstrem Selama Seminggu, Jakarta Hujan Lebat dan Angin Kencang
-
Setelah Gelar Pahlawan, Kisah Soeharto, Gus Dur, hingga Marsinah akan Dibukukan Pemerintah
-
Dari Kelapa Gading ke Senayan: Ledakan SMA 72 Jakarta Picu Perdebatan Pemblokiran Game Kekerasan
-
Terungkap! Terduga Pelaku Bom SMA 72 Jakarta Bertindak Sendiri, Polisi Dalami Latar Belakang
-
Skandal Terlupakan? Sepatu Kets asal Banten Terpapar Radioaktif Jauh Sebelum Kasus Udang Mencuat
-
GeoDipa Dorong Budaya Transformasi Berkelanjutan: Perubahan Harus Dimulai dari Mindset
-
Usai Soeharto dan Gus Dur, Giliran BJ Habibie Diusulkan Dapat Gelar Pahlawan Nasional