Suara.com - Aktivis Tuli, Surya Sahetapy menilai kalau Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini seharusnya tidak memaksa penyandang disabilitas rungu wicara berbicara dengan argumen untuk bisa melindungi diri. Alih-alih memaksa, menurut Surya, seharusnya Risma bisa memikirkan solusi lain dengan pihak kepolisian untuk menyediakan fasilitas yang mempermudah teman-teman rungu wicara mencari pertolongan saat mengalami kekerasan seksual.
Dalam argumennya, Risma mengatakan ingin teman-teman tuna rungu wicara itu bisa berbicara supaya bisa melindungi diri. Itu didasari dengan adanya kasus seorang tuna wicara yang tidak bisa berteriak saat menjadi korban perkosaan.
"Mungkin ibu Risma tidak mengeluarkan statement seperti itu tapi harusnya duduk bersama dengan polisi untuk mendiskusikan bagaimana caranya membuat aplikasi supaya masyarakat bisa melindungi diri dengan mudahnya," kata Surya dalam acara Konferensi Pers Koalisi Organisasi Penyandang Disabilitas Anti Audism secara virtual, Jumat (3/12/2021).
Berkaca dari negara-negara lain, terdapat aplikasi yang dibuat khusus untuk para penyadang disabilitas mudah menghubungi pihak kepolisian ketika berada di tengah ancaman. Di Indonesia sendiri, menurut Surya para penyandang disabilitas rungu wicara masih sulit untuk melakukannya karena hanya ada saluran telepon saja yang tersedia.
Karena itu, Surya menilai ketimbang harus memaksakan kondisi manusianya, alangkah baiknya Risma juga memperbaiki fasilitas yang ada.
"Jadi tidak hanya fokus ke manusianya kita harus memperbaiki orang ini agar dia bisa bersuara, bukan, itu bukan hal yang penting, kalau misalnya sistemnya baik, diberikan fasilitas yang baik, otomatis ke depannya akan jadi lebih baik juga," ujarnya.
Klaim Risma Paksa Rungu Wicara Bicara
Risma memiliki prinsip dalam hidupnya kalau Tuhan memberikan anugerah kepada manusia mata, telinga, dan mulut untuk membantu diri sendiri. Ia ingin apabila penyandang disabilitas rungu wicara itu juga bisa berbicara demi melindungi diri sendiri.
Hal tersebut didasari oleh peristiwa yang terjadi di Surabaya. Ketika ia masih menjabat sebagai walikota Surabaya, Risma menemukan kasus di mana seorang penyandang rungu wicara menjadi korban perkosaan.
Baca Juga: Tidak Minta Maaf, Ini Respons Risma terhadap Kritik saat Dirinya Paksa Tunarungu Bicara
Risma juga pernah menemukan kasus penyandang rungu wicara yang tenggelam saat bencana banjir.
Kejadian-kejadian itu membuatnya sedih karena mereka yang tidak bisa berbicara.
"Itu yang saya sedih kenapa saya mengajarkan. Minimal dia bisa bilang tolong," tutur Risma di Kantor Kementerian Sosial (Kemensos), Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat, Kamis (2/12/2021).
Alih-alih memaksa batas, Risma justru berangkat dari kesedihan ketika melihat penyadang rungu wicara tidak bisa melindungi dirinya sendiri sehingga mengajak penyandang tunarungu lainnya untuk belajar berbicara.
"Saya enggak maksa. Untuk apa saya maksa. Tidak ada niat apapun dari saya. Sedih saya terus terang," ujarnya.
Paksa Rungu Wicara Bicara
Tag
Berita Terkait
-
Tidak Minta Maaf, Ini Respons Risma terhadap Kritik saat Dirinya Paksa Tunarungu Bicara
-
Buntut Aksi Risma Paksa Anak Tunarungu Bicara, Para Pejuang Tuli: Kami Kecewa
-
Dianggap Menghina Tunarungu, Mensos Risma Didesak Minta Maaf dan Perlu Diberi Wawasan
-
Mensos Risma Paksa Anak Tunarungu Bicara, Kiai Muda NU Lontarkan Kritik Keras
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Selevel Innova Budget Rp60 Jutaan untuk Keluarga Besar
- 5 Pilihan Ban Motor Bebas Licin, Solusi Aman dan Nyaman buat Musim Hujan
- 5 HP Memori 128 GB Paling Murah untuk Penggunaan Jangka Panjang, Terbaik November 2025
- 5 Mobil Keluarga Bekas Kuat Tanjakan, Aman dan Nyaman Temani Jalan Jauh
- Cara Cek NIK KTP Apakah Terdaftar Bansos 2025? Ini Cara Mudahnya!
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Mau Bekukan Peran Bea Cukai dan Ganti dengan Perusahaan Asal Swiss
-
4 HP dengan Kamera Selfie Beresolusi Tinggi Paling Murah, Cocok untuk Kantong Pelajar dan Mahasiswa
-
4 Rekomendasi HP Layar AMOLED Paling Murah Terbaru, Nyaman di Mata dan Cocok untuk Nonton Film
-
Hasil Liga Champions: Kalahkan Bayern Muenchen, Arsenal Kokoh di Puncak Klasemen
-
Menkeu Purbaya Diminta Jangan Banyak Omon-omon, Janji Tak Tercapai Bisa Jadi Bumerang
Terkini
-
Waspada! Bahaya Tersembunyi Chatbot AI yang Dipakai Anak Muda untuk 'Mendiagnosis' Kesehatan Mental
-
Drama Tumbler Hilang Makin Panjang: Setelah Petugas KAI, Kini Anita Diduga Ikut Kehilangan Pekerjaan
-
Dokter Tifa Jawab Isu RRT Retak Usai Jadi Tersangka: Kami Tetap Solid, Ini Cuma Strategi!
-
Utang Rp500 Ribu Berujung Maut: Dibentak dan Diludahi, SA Gorok Leher Teman Saat Tertidur
-
Rencana Kubur Gagal, Ketakutan yang Memuncak: Ini Jejak Gelap Alex Tutupi Kematian Alvaro
-
Pengacara Ungkap Arya Daru Pangayunan Check In dengan Wanita V, Minta Kasus Naik Sidik
-
Mengintip Rumah Setya Novanto di Kupang yang Dilelang KPK, Harganya Miliaran!
-
Kebakaran Maut Hong Kong: 44 Tewas Terpanggang, 279 Hilang, Kelalaian Renovasi Jadi Penyebab?
-
Polri Prediksi 2,9 Juta Kendaraan Keluar Jakarta Saat Libur Nataru, Rekayasa Lalin Disiapkan
-
Kebakaran Dahsyat di Hong Kong: 2 WNI Tewas, Ratusan Orang Masih Hilang