Suara.com - Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan mengatakan, bahwa PAN siap membuka pintu untuk Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil jika ingin bergabung menjadi kader. Hal itu menyusul keinginan Ridwan Kamil ingin masuk partai politik di 2022 mendatang.
"Ya kalau kang Emil (Ridwan Kamil) bersedia mah Alhamdulillah kita, kita kasih karpet biru atuh. Alhamdulillah, itu kehormatan besar sekali," kata Zulhas di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (9/11/2021).
Zulhas diketahui pada Minggu (5/12) sempat bertemu dengan Ridwan Kamil, namun ia membantah dalam pertemuan itu PAN beri ajakan untuk bergabung. Menurutnya, dalam pertemuan itu hanya bicara soal prestasi Ridwan di Jawa Barat.
"Ya kita yang bicara itu sebagian besar itu prestasi kang Emil di Jawa barat agar kita paham kunci kuncinya, kita di parpol harus mengerti bisa menjelaskan kepada kader kader," ungkapnya.
Lebih lanjut, Zulhas mengaku sangat bersahabat dengan pria yang akrab disapa Emil tersebut. Menurutnya, Emil merupakan salah satu Gubernur yang memiliki integritas.
"Iya saya setiap ke Bandung itu saya jumpa. Saya sahabatan deket dengan kang Emil. Kang Emil ini kan saya nilai salah satu gubernur yang memiliki integritas dan kemampuan. Bayangin Jawa Barat itu kan besar rumit. Tapi kang Emil bisa menyederhanakan menjadikan sukses," tandasnya.
RK Ingin Masuk Parpol
Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, memberikan kode bakal bergabung ke partai politik tahun depan. Hal ini terkait dengan peluangnya maju pemilihan presiden 2024.
Awalnya, Kang Emil--sapaan karib Ridwan Kamil--berbicara soal peluang dirinya maju dalam pemilihan presiden 2024. Kang Emil mengaku dihadapkan pada dua pintu berbeda dalam kariernya.
Baca Juga: Kutuk Aksi Kekerasan Seksual Terhadap Santriwati, Kang Emil Minta Pelaku Dihukum Berat
"Pintu pertama yakni melanjutkan periode 2, karena saya gubernur baru satu periode. Berarti di 2024, saya mengikuti pilgub lagi untuk lima tahun mendatang," ujar Ridwan Kamil dalam acara Fisipol Leadership Forum: Road to 2024, Kamis (12/2/2021).
"Atau pintu kedua, kepemimpinan nasional karena pak Jokowi kan selesai 2 periode. Berarti siapakah yang melanjutkan? Bisa dari kepala daerah, bisa dari para menteri, partai politik atau sumber kepemimpinan lainnya."
Ridwan Kamil mengatakan ada 3 syarat untuk menjadi pemimpin di Indonesia. Pertama, Elektabilitas atau kesukaan. Kedua, ada logistik. Ketiga, partai yang mengusung karena sistem demokrasinya.
"Nah, yang kedua saya belum punya, apalagi untuk pilpres butuh duit triliunan. Yang saya miliki sekarang adalah harta nomor satu, yakni elektabilitas dan kesukaan. Ternyata, setelah saya teliti, elektabilitas dan kesukaan itu berbanding lurus dengan kinerja," ujar Ridwan Kamil.
Ridwan Kamil melanjutkan, jika diusung partai, tidak akan menolak. Namun, jika tidak ada partai yang mengusung, menurut Ridwan Kamil, yang paling realistis adalah melanjutkan periode ke-2 sebagai gubernur.
"Kalau ada partai yang butuh tokoh yang elektabilitasnya lumayan, mungkin sosok saya akan dihitung, ya saya bismillah. Maka, saya putuskan tahun depan saya akan masuk parpol," tegas Ridwan Kamil.
Ridwan Kamil pun memberikan bocoran partai seperti apa yang akan dipilih. Dia memastikan pilihannya akan jatuh ke partai yang paling Pancasilais dan menganut politik jalan tengah.
"Warna yang mana, apakah warna taplak ini, atau warna baju satpam, atau baju hijab merah, yang pasti yang pancasilais, saya akan di situ. Karena menurut saya, Pancasila itu harga mati, tidak boleh ke kiri atau ke kanan, politik jalan tengah yang saya pilih. Bagi saya, dengan memilih tengah, bisa merangkul yang terlalu kanan dan merangkul yang terlalu kiri," ujar dia.
Dengan tegas, Ridwan Kamil mengatakan, jika ingin mencalonkan diri, dia menunggu pintu tersebut terbuka.
"Saya tidak bisa membuka kunci, karena yang membuka kunci bukan saya. Dengan dua kali pilkada, saya memiliki cara untuk memenangkan kompetisi demokrasi lah, bismillah."
Berita Terkait
-
Kutuk Aksi Kekerasan Seksual Terhadap Santriwati, Kang Emil Minta Pelaku Dihukum Berat
-
5 Poin Ridwan Kamil soal Guru Perkosa Belasan Santriwati: Semoga Dihukum Seberat-beratnya
-
Soal Reshuffle Kabinet, Zulhas: Kita Nggak Pernah Nunggu
-
Ajak Para Mubalig Jaga Persatuan, Zulhas: Jangan Justru Melahirkan Cebong dan Kampret
-
Kenang Momen Bertemu Santriwati Korban Pemerkosaan, Istri Ridwan Kamil: Hati Teriris-iris
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Semua Agama Dapat Porsi, Menag Nazaruddin Umar: Libur Nasional 2026 Sudah Adil
-
Presiden Prabowo 'Ketok Palu!' IKN Resmi Jadi Ibu Kota Politik 2028 Lewat Perpres Baru
-
Penggugat Ijazah Gibran Bantah Bagian dari Musuh Keluarga Jokowi: Saya Tidak Sedang Mencari Musuh!
-
Rekam Jejak Wahyudin Anggota DPRD Gorontalo, Narkoba hingga Video Rampok Uang Negara
-
Bongkar Gurita Korupsi Pertamina, Kejagung Periksa Jaringan Lintas Lembaga
-
Guntur Romli Murka, Politikus PDIP 'Rampok Uang Negara' Terancam Sanksi Berat: Sudah Masuk Evaluasi!
-
Dasco: UU Anti-Flexing Bukan Sekadar Aturan, tapi Soal Kesadaran Moral Pejabat
-
Harta Kekayaan Minus Wahyudin Moridu di LHKPN, Anggota DPRD Ngaku Mau Rampok Uang Negara
-
Dapat Kesempatan Berpidato di Sidang Umum PBB, Presiden Prabowo Bakal Terbang ke New York?
-
SPBU Swasta Wajib Beli BBM ke Pertamina, DPR Sebut Logikanya 'Nasi Goreng'