Suara.com - Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken menegaskan Putin harus ambil sikap terkait permasalahannya dengan Ukraina.
Menyadur CNN Senin (10/1/2022), AS dan Rusia berunding di Jenewa untuk pembicaraan mencegah perang, karena Rusia terus mengumpulkan pasukan di dekat perbatasan Ukraina.
Diplomat AS ini membantah gagasan risiko di mana Rusia dapat menciptakan pengaruh dengan membangun kekuatan di perbatasan negara-negara tetangga. "Ini justru sebaliknya," katanya kepada Jake Tapper dari CNN.
Ia menyebut Rusia telah melakukan tindakan agresi terhadap tetangga seperti Georgia, Moldova dan Ukraina pada 2014. "Dan sekarang ancaman baru tentang Ukraina hari ini," ujarnya.
"Kedua, ada prinsip-prinsip besar yang dipertaruhkan yang menjadi dasar perdamaian dan keamanan internasional."
Ia mencatat AS bergabung dengan mitra internasional untuk menjelaskan kepada Rusia bahwa agresi ini tidak akan diterima, tidak akan ditoleransi.
"Ini juga bukan tentang membuat konsesi. Ini tentang melihat apakah, dalam konteks dialog dan diplomasi, ada hal-hal yang dapat dilakukan oleh kedua belah pihak, semua pihak untuk mengurangi ketegangan," kata Blinken.
Blinken mengesampingkan diskusi tentang penarikan pasukan dari Eropa timur dan menjamin bahwa NATO tidak akan memperluas untuk memasukkan Ukraina.
“Ketika menyangkut pengerahan pasukan dan tingkat pasukan, kami tidak melihat tingkat pasukan. Sebaliknya, jika Rusia melakukan agresi baru terhadap Ukraina, saya pikir itu adalah prospek yang sangat adil bahwa NATO akan memperkuat posisinya di sepanjang sayap timurnya," kata Blinken di acara ABC "This Week."
Baca Juga: Mengenal Volodymyr Zelensky, Komedian yang Menjadi Presiden Ukraina
Sebelumnya, ia mengatakan akan sulit untuk mencapai kemajuan apapun dalam pertemuan ini kecuali jika Rusia mengurangi eskalasi di perbatasan dengan Ukraina.
"Sulit untuk melihat membuat kemajuan yang sebenarnya, dibandingkan dengan berbicara, dalam suasana eskalasi dengan pistol di kepala Ukraina."
"Jadi, jika kita benar-benar akan membuat kemajuan, kita harus melihat de-eskalasi, Rusia menarik diri dari ancaman yang saat ini ditimbulkannya ke Ukraina," katanya di "State of the Union" CNN pada hari Minggu.
Berita Terkait
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Geger Keraton Solo: Putra PB XIII Dinobatkan Mendadak Jadi PB XIV, Berujung Walkout dan Keributan
-
Cetak 33 Gol dari 26 Laga, Pemain Keturunan Indonesia Ini Siap Bela Garuda
-
Jawaban GoTo Usai Beredar Usul Patrick Walujo Diganti
-
Waduh, Rupiah Jadi Paling Lemah di Asia Lawan Dolar Amerika Serikat
Terkini
-
Tok! DPR-Pemerintah Sepakati Bawa RUU KUHAP ke Paripurna untuk Disahkan, Ini Substansinya
-
Jelang Hari HAM Sedunia, Yusril Sebut Tak Ada Bahasan Amnesti-Abolisi untuk Aktivis Demo Agustus
-
Jelaskan Ada Pengkondisian dalam Akuisisi Kapal, KPK Bantah Kriminalisasi Kasus ASDP
-
Bakal Rombak Sistem Rujukan BPJS, Menkes Budi Tak Mau Bertele-tele: Nanti Pasien Keburu Wafat
-
Aktivis Feminis Desak Negara Akui Femisida Sebagai Kejahatan Khusus dan Masuk UU
-
Menkes Wacanakan Kelas Standar Bagi Peserta BPJS: Nggak Usah Cover yang Kaya, Fokus yang Bawah Aja
-
Satu Korban Ledakan SMAN 72 Jakarta Jalani Operasi Bedah Plastik, Total 20 Siswa Masih Dirawat
-
Soal Tim Reformasi, DPR Harap Bukan Cuma 'Kosmetik': Polri Harus Kembali ke Mandat Konstitusi
-
Menko Yusril: Pemerintah Harus Berhati-hati Menentukan Siapa yang Layak Menerima Pengampunan Negara
-
Demi Netralitas, Anggota Komisi III DPR Sebut Polri Harus Tetap di Bawah Presiden