Suara.com - Seorang ibu di Tangerang Selatan (LF) tega memenjarakan sang anak, S (24) hanya karena persolan kulkas yang dijual.
Kasus tersebut sudah diupayakan untuk mediasi, namun gagal lantaran LF mengaku merasa tersinggung diusir oleh sang anak. Kasus ini dimulai pada Desember 2020 di mana LF melaporkan S perkara Pencurian dalam Keluarga.
Namun pengakuan LF nyatanya disebut sebagai kebohongan, kebenaran lambat laun terungkap di permukaan.
"Ibu (LF) benci banget sama anak kandungnya (S) difitnah sampai dia dipenjarain karena jual kulkas bekas untuk makan. Cuma karena muka si S mirip bapaknya dan dia terlahir sebagai laki-laki. Berita udah diedit kesal kan bacanya. Apa lagi nih cerita aslinya," ungkap @mazzini_gsp di Twitternya.
Pengakuan dari Pihak Anak
Pada sebuah utas, akun Twitter @mazzini_gsp mengungkapkan kronologi kejadian.
Muanya pada Oktober 2020, orang-orang di Tangerang Selatan terkena dampak PSBB akibat pandemi Covid-19. Hal tersebut memicu berbagai dampak ekonomi dan sosial.
Dalam keadaan sulit tersebut, S dan V (kakaknya) terjebak lockdown tanpa makanan dan uang. Ayahnya sudah meninggal, dan LF sebagai ibu malah sibuk keluyuran.
Kemudian kakaknya, yakni V berinisiatif meminta S menjual kulkas yang tak pernah ada isinya itu untuk makan.
Baca Juga: Samsung Family Hub Meluncur di Indonesia, Gabungan Kulkas dan Tablet Seharga Rp 30 Juta
Siapa sangka kulkas yang cuma terjual Rp 500 ribu itu malah mengantarkan S ke jeruji besi. Ia dipolisikan pada 23 Desember oleh ibunya selama dua bulan.
Dalam hal ini, om dan tante dari S siap mengganti kerugian LF soal kulkas tersebut. Mereka berharap bahwa kasus ini tak perlu berakhir ke jeruji besi.
Tak Hanya Terjadi Sekali
Pelaporan anak atas dasar kulkas bukan pertama kali yang dilakukan LF. Sebelumnya, S perah tiga kali digerebek polisi dengan tuduhan memakai obat-obatan terlarang.
Padahal melalui penggeledahan, pemeriksaan, dan tes urin menyatakan bahwa S bersih dari penggunaan narkotika. Laporan itu diduga ulah dari LF yang ingin menjebloskan ke penjara.
Hal ini terjadi karena S menolak keras penjualan rumah peninggalan almarhum ayahnya. Laporan penjulan kulkas menjadi pintu masuk LF untuk menjebloskan S ke penjara.
Meski dua anaknya yang terlibat dalam penjualan kulkas, LF tidak melaporkan V karena anaknya tersebut diterima kuliah di Italia.
"Pemicu dan dampak sosial dari kasus ini rumit sekali ya. Banyak pihak yang ingin mendamaikan kasus ini, tapi si ibu ngotot memenjarakan," ungkap Muhammad Mualimin, pengacara dari S dalam keterangan tertulisnya, dikutip dari unggahan akun @Mazzini_gsp.
"Kami menduga ini semua disebabkan motif ekonomi di mana si ibu mati-matian ingin menguasai aset yang ada tanpa menyisakan sedikitpun untuk anak-anaknya," imbuhnya.
Sebelumnya, LF juga tercatat pernah menjual rumah senilai Rp 650 juta, namun tak memberikan seikitpun hasilnya pada anak-anak.
Kebencian LF Tumbuh Sejak S lahir
Berdasarkan pengakuan seorang tante S, kebencian LF pada S memang telah tumbuh sejak lama.
Bermula dari pertengan tahun 1990-an di mana LF dan suaminya, MM mendambakan seorang anak perempuan karena dua anak sebelumnya laki-laki.
Tapi, anak ketiga yang lahir 1997 itu berjenis kelamin laki-laki lagi, yakni S. Karena bukan perempuan, pasangan tersebut kecewa, sering terlibat cekcok dan saling menyalahkan.
Pernikahan keduanya berakhir tahun 1999.
Sejak umur 18 bulan, S diasuh oleh neneknya karena LF malah sibuk keluyuran. Biaya sekolah S juga dibantu oleh panti asuhan Nurul Qomar.
Kebencian LF semakin besar karena S memiliki wajah yang begitu mirip dengan ayahnya.
Ditelantarkan sejak kecil S membanu neneknya mencari uang sejak SMP, mulai dari juru parkir, jadi Pak Ogah di jalan raya, dan lain sebagainya.
Selain penjulan kulkas, S juga digugat perdata senilai Rp 2,8 miliar oleh ibunya karena menerima uang kontrakan dari penyewa. Kontrakan tersebut merupakan peninggalan sang ayah.
"LF ini menggugat 2,8 M ke S. Jadi kebencian si ibu pada S ini seperti sudah masuk ke tulang, segala langkah hukum diluncurkan untuk menjatujan dan menghabisi S yang dibencinya sejak bayi," ungkap Sekretaris tim Pengacara Pembela Anak Terlantar (PPAT), Aditya Harry Prabowo.
"Di Pengadilan Agama Tigakarsa, V akhirnya mengajukan permohonan batal hibah tanah dan bangunan peninggalan ayahnya kepada LF. V dan S tidak ingin semua harta dikuasi ibu sedangkan anak-anaknya hidup dalam kesengsaraan," imbuhnya.
Kini S berstatus terdakwa atas kasus kulkas tersebut.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Sadis! Pembunuh Guru di OKU Ternyata Mantan Penjaga Kos, Jerat Leher Korban Demi Ponsel
-
Gebrakan Menhan-Panglima di Tambang Ilegal Babel Dikritik Imparsial: Pelanggaran Hukum, Tanda Bahaya
-
Otak Pembakar Rumah Hakim PN Medan Ternyata Mantan Karyawan, Dendam Pribadi Jadi Pemicu
-
Dari IPB hingga UGM, Pakar Pangan dan Gizi Siap Dukung BGN untuk Kemajuan Program MBG
-
Menhaj Rombak Skema Kuota Haji: yang Daftar Duluan, Berangkat Lebih Dulu
-
Isu Yahya Cholil Staquf 'Dimakzulkan' Syuriyah PBNU, Masalah Zionisme Jadi Sebab?
-
Siap-siap! KPK akan Panggil Ridwan Kamil Usai Periksa Pihak Internal BJB
-
Bukan Tax Amnesty, Kejagung Cekal Eks Dirjen dan Bos Djarum Terkait Skandal Pengurangan Pajak
-
Menhaj Irfan Siapkan Kanwil Se-Indonesia: Tak Ada Ruang Main-main Jelang Haji 2026
-
Tembus Rp204 Triliun, Pramono Klaim Jakarta Masih Jadi Primadona Investasi Nasional