Suara.com - Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera membela Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) yang menyejajarkan pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi dengan Presiden Soeharto. Kasus Desa Wadas dinilai menjadi salah satu contoh kesamaan antara Jokowi dengan Soeharto di sektor pembangunan.
Mardani menilai kalau YLBHI menggunakan data untuk menyusun 10 persamaan antara Jokowi dengan Soeharto. Dengan demikian, ia menganggap wajar terhadap poin-poin kesamaan yang disusun YLBHI.
"YLBHI @YLBHI punya data. Jadi penyamaan itu wajar dan boleh," kata Mardani melalui akun Twitternya @MardaniAliSera pada Rabu (16/2/2022).
Lagipula Mardani juga melihat ada satu contoh kasus yang menurutnya menjadi dasar mengapa pembangunan di era Jokowi tidak jauh berbeda dengan era Orde Baru. Yakni kasus Desa Wadas yang dianggapnya menjadi korban atas nihilnya perencanaan risiko bagi masyarakat yang terdampak pembangunan.
Selain itu, anggota Komisi II DPR RI tersebut juga melihat di era pemerintahan Jokowi dan Soeharto sama-sama mengesahkan kebijakan tanpa melalui penerimaan dari masyarakat.
"Sekilas saya baca 10 kesamaan itu punya dasar. Kasus Wadas bisa menjadi bukti perencanaan risiko jadi catatan. Poin 5, orientasi legal tapi banyak ditolak publik seperti UU Cipta Kerja contohnya," ujarnya.
Sebelumnya, Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) melihat adanya kesamaan antara pemerintahan Presiden Jokowi dengan pemerintahan Presiden ke-2 RI Soeharto atau masa Orde Baru. Setidaknya YLBHI melihat ada 10 kesamaan di sektor pembangunan.
"Mereka mengingkari mandat konstitusi dengan mengabaikan keadilan sosial dan kemanusiaan yang adil dan beradab!," demikian yang disampaikan YLBHI melalui akun Instagramnya @yayasanlbhindonesia pada Minggu (13/2/2022).
YLBHI memandang pembangunan di era Jokowi dengan Soeharto sama-sama menyingkirkan keadilan bagi masyarakat. Alih-alih menyebut kalau pembangunan yang dilakukan akan bermanfaat bagi publik, pada fakta di lapangan tidak sedikit masyarakat yang akhirnya dikorbankan supaya pembangunan tetap berjalan.
Baca Juga: Jokowi Disamakan dengan Soeharto, Politisi PKB: Ya Beda Lah, Bagai Bumi dan Langit
Selain itu, YLBHI juga menilai kalau praktik korupsi tidak pernah lepas dari program pembangunan baik di era Soeharto maupun Jokowi. Adapun 10 kesamaan Jokowi dengan Soeharto menurut YLBHI:
- Mengutamakan pembangunan fisik dan serba "dari atas" ke "bawah" untuk kejar target politik minus demokrasi.
- Pembangunan bernuansa koruptif dan nepotis
- Tidak ada perencanaan resiko untuk masyarakat yang terdampak pembangunan sehingga menciptakan kemiskinan (pemiskinan) struktural
- Pembangunan tidak berizin atau dengan izin yg bermasalah
- Legal (UU dan Kebijakan) namun tanpa legitimasi suara rakyat.
- Melayani kehendak kekuasaan dan elit oligarki dengan cara perampasan dan perusakan lingkungan.
- Menstigma rakyat yang melawan perampasan hak dengan melawan pembangunan, komunis, radikal, anarko
- Menangkap, mengkriminalisasi bahkan tak segan menembaki rakyat yang mempertahankan hak hingga terbunuh
- Pendamping dan warga yang bersolidaritas dihalangi bahkan ditangkap
- Mengontrol narasi, informasi termasuk membelokkan fakta
Berita Terkait
-
Kinerja Tiga Menteri Jokowi yang Tangani Covid-19 Disorot: Plin-plan
-
Penanganan Covid-19 di Indonesia, Pengamat: Pejabat Kita Mulutnya Lebih Kencang dari Otak
-
Jokowi jadi Kemah, Titik Nol IKN Bersolek, Presiden pun Dicolek: Camping Ala Sultan
-
Amien Rais Singgung Prabowo yang Gabung Jadi Menteri Jokowi, Bawa-bawa Soal Mental
-
Resmikan Peluncuran Ekspor 2 Juta Kendaraan PT Toyota Indonesia, Jokowi: Hati-Hati dengan Kompetisi
Terpopuler
- Timur Kapadze Tolak Timnas Indonesia karena Komposisi Pemain
- 5 Body Lotion dengan Kolagen untuk Usia 50-an, Kulit Kencang dan Halus
- 19 Kode Redeem FC Mobile 5 Desember 2025: Klaim Matthus 115 dan 1.000 Rank Up Gratis
- 7 Rekomendasi Sabun Cuci Muka dengan Niacinamide untuk Mencerahkan Kulit Kusam
- John Heitingga: Timnas Indonesia Punya Pemain Luar Biasa
Pilihan
-
Stok BBM Shell Mulai Tersedia, Cek Lokasi SPBU dan Harganya
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
Terkini
-
Hadapi Cuaca Ekstrem, Gubernur Lampung Instruksikan Kepala Daerah Perkuat Mitigasi Bencana
-
Pesan Anies Baswedan untuk Relawan Muda: Demokrasi Tumbuh dari Warga yang Mau Turun Tangan
-
Tanpa Senjata Api, Ribuan Personel Gabungan Amankan Aksi Unjuk Rasa Apdesi di Istana
-
WN China Direktur PT PMT Jadi Tersangka Kasus Radiasi Cikande, Sempat 'Kabur' ke Luar Negeri
-
UMP Jakarta 2026: Tarik Ulur Antara Buruh dan Pengusaha
-
Pesantren Krapyak Dorong Musyawarah, Tegaskan Dukungan pada Kepemimpinan Gus Yahya
-
Bantah Dukung Pleno PBNU, Ponpes Krapyak Tegaskan Dukungan Penuh pada Kepemimpinan Gus Yahya
-
Tangan Terikat, Kaki Diseret di Aspal: Teka-teki Kematian Wanita Jaksel di Bogor
-
Sudah Terima Insentif Rp 6 Juta per Hari, Wakil Kepala BGN Ingatkan Pekerja SPPG Tetap Profesional
-
Dinilai Sarat Kepentingan Politik, Mantan Jubir KPK Tolak Amnesti untuk Sekjen PDIP