Suara.com - Lyudmila Georgievna Vorobieva, Duta Besar Rusia untuk Indonesia, mengkritik pemimpin-pemimpin negara Barat yang mengeluarkan pernyataan menyudutkan pemerintahannya setelah Presiden Vladimir Putin memutuskan operasi khusus militer di Ukraina.
Dia mengatakan, kampanye militer Rusia tersebut tidak ditujukan untuk menjajah ataupun mencaplok Ukraina.
Operasi militer, kata dia, hanya untuk melakukan demiliterisasi serta de-Nazi-fikasi rezim Kiev yang selama ini melakukan penindasan kultural maupun fisik terhadap warga di banyak daerah terutama Luhansk dan Donetsk.
“Kini, pemerintah dan media Barat berteriak tentang operasi militer di Ukraina. Tapi saat militer dan grup Neo Nazi Ukraina menyerang dan membunuhi warga Luhansk dan Donetsk selama 8 tahun terakhir mereka tak pernah berteriak,” kata Lyudmila saat melakoni wawancara khusus dengan Suara.com, Rabu (2/3/2022).
Dia mengatakan, warga Luhansk dan Donetsk hanya mencoba mempertahankan budaya mereka, tapi secara konstan diserang kelompok-kelompok Neo Nazi yang dijadikan voluntir oleh militer Ukraina.
Lyudmila menuturkan, kelompok-kelompok sipil anti-Nazi di Ukraina maupun Rusia memunyai banyak bukti video maupun foto tentang kekejaman militer terhadap warga Luhansk serta Donetsk.
“Kami bisa menunjukkan anda salah satu foto yang memilukan. Foto seorang ibu muda di Donbas dibunuh oleh militer Neo Nazi. Ibu itu terkapar di genangan darah bersama bayinya. Tapi, kami tak pernah melihat itu dalam pemberitaan media-media Barat,” kata dia.
Dia menambahkan, kebanyakan media Barat tak menyiarkan ekspresi sukacita warga Luhanks dan Donetsk saat militer Rusia mengusir militer serta grup Neo Nazi di wilayahnya dalam operasi militer.
“Ini sangat aneh. Saat Perang Dunia II, Rusia dan Ukraina di bawah Uni Soviet berjuang bersama melawan Nazi. Setelah PD II, kami dan seluruh negara Eropa sepakat melarang ideologi Nazi. Tapi sejak 2014, pemerintah Kiev justru mendukung Neo Nazi.”
Dia mencontohkan, pemerintah Ukraina memasukkan Azov Battalion dan Aidar battalion—dua kelompok Neo Nazi—menjadi bagian dari militernya.
“Bahkan, Azov Battalion dan Aidar Battalion kini dijadikan pahlawan nasional oleh Ukraina,” kata Lyudmila.
Dia menjelaskan, kebijakan diskriminatif serta berkembangnya Neo Nazi di Ukraina, maupun operasi militer yang dilancarkan Rusia saat ini erat terkait dengan gelombang massa yang menggulingkan Presiden Ukraina Viktor Yanukovych tahun 2014.
Lyudmila menjelaskan, peristiwa tersebut sebagai kudeta yang berdarah karena proses penggulingan Presiden Yanukovych turut memakan korban warga sipil.
Sejak saat itu, pemerintahan Ukraina selalu dipegang oleh presiden yang didukung oleh negara-negara Barat.
“Ukraina sejak 2014 semakin disetir Barat, masuk dalam apa yang disebut sebagai Anti-Russia Project,” kata dia.
Tag
Berita Terkait
-
Kemenlu RI Evakuasi 80 WNI dari Ukraina dengan Pesawat Garuda
-
Dubes Rusia: Kami Hanya Serang Militer Ukraina Disebut Barbar, Tapi NATO Bom Warga Serbia, Libya, Afghanistan, dan Irak
-
Dubes Rusia di RI: Jika Ukraina Masuk NATO, Nuklir Bisa Hantam Moskow dalam 3 Menit, Kami Harus Lindungi Rakyat
-
Operasi Militer ke Ukraina Disebut Barbar, Dubes Rusia Kritik Standar Ganda Negara Barat
-
Operasi Militer Rusia di Ukraina Disebut Aksi Barbar, Dubes Rusia Kritik Standar Ganda Negara Barat
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
-
Pandu Sjahrir Blak-blakan: Danantara Tak Bisa Jauh dari Politik!
Terkini
-
BPJS Kesehatan Angkat Duta Muda: Perkuat Literasi JKN di Kalangan Generasi Penerus
-
Kondisi Gunung Semeru Meningkat ke Level Awas, 300 Warga Dievakuasi
-
Soal Pelimpahan Kasus Petral: Kejagung Belum Ungkap Alasan, KPK Bantah Isu Tukar Guling Perkara
-
Semeru Status Awas! Jalur Krusial Malang-Lumajang Ditutup Total, Polisi Siapkan Rute Alternatif
-
Babak Baru Korupsi Petral: Kejagung Resmi Limpahkan Kasus ke Tangan KPK, Ada Apa?
-
DPR-Kemdiktisaintek Kolaborasi Ciptakan Kampus Aman, Beradab dan Bebas Kekerasan di Sulteng
-
Fakta Baru Sengketa Tambang Nikel: Hutan Perawan Dibabat, IUP Ternyata Tak Berdempetan
-
Survei RPI Sebut Tingkat Kepuasan Publik Terhadap Polri Tinggi, Ini Penjelasannya
-
Momen Roy Suryo Walk Out dari Audiensi Reformasi Polri, Sentil Otto Hasibuan: Harusnya Tahu Diri
-
Deteksi Dini Bahaya Tersembunyi, Cek Kesehatan Gratis Tekan Ledakan Kasus Gagal Ginjal