Suara.com - Pengamat politik Pangi Syarwi memberikan respons mengenai wacana penundaan Pemilu 2024.
Dikutip dari makassar.terkini--jaringan Suara.com, wacana penundaan Pemilu 2024 disebut bisa membahayakan demokrasi.
"Kita (bangsa, red) tidak boleh mundur kembali dari demokrasi," kata Pangi, seperti dikutip dari makassar.terkini--jaringan Suara.com, Selasa (8/3/2022).
Menurutnya, demokrasi merupakan produk reformasi sehingga perlu diperjuangkan.
Pangi mengatakan, tidak ada rezim yang bisa bertahan tanpa legitimasi rakyat.
"Kalau rakyat menolak penundaan pemilu dan menolak penambahan masa jabatan presiden, itu sebetulnya sama dengan vitamin untuk memperkuat daya tahan tubuh," ujarnya.
Tak hanya itu, menurutnya, penundaan Pemilu 2024 akan menghilangkan kualitas demokrasi negara.
Sebab seharusnya rakyat yang harus berkuasa, bukan kuasa oligarki.
"Negara tidak boleh tergelincir menjadi despotisme (sewenang-wenang)," bebernya.
Baca Juga: Tanggapi Mahfud MD, PPP Minta Tak Ada Lagi Pihak Seret Nama Jokowi Terlibat Wacana Tunda Pemilu
Selain itu, penundaan pemilu dan penambahan masa jabatan presiden merupakan bentuk regresi demokrasi.
"Asumsi itu semakin menempel pada pemerintahan saat ini, anasir Presiden Jokowi sedang bermain dengan konfigurasi aktor politik nondemokratis," jelasnya.
Pangi menjelaskan, bahwa sebanyak 73,7 persen responden mengaku tidak setuju dengan usulan penambahan masa jabatan presiden tiga periode.
Sementara, 34,4 persen beralasan wacana itu mengakibatkan kemunduran demokrasi.
Sisanya menolak karena menilai regenerasi kepemimpinan negara akan mandek.
Kemudian, 9,9 persen dari responden yang menolak usulan tersebut mengaku menghindari KKN dan oligarki.
Berita Terkait
-
Ajak Masyarakat Dukung Presiden Taati Konstitusi, Mantan Menag: Agar Mengakhiri Masa Baktinya Secara Husnul Khatimah
-
Takziah ke Rumah Duka Almarhum Arifin Panigoro, Jokowi jadi Jemaah Salat Jenazah
-
Tanggapi Mahfud MD, PPP Minta Tak Ada Lagi Pihak Seret Nama Jokowi Terlibat Wacana Tunda Pemilu
-
Isu Masa Jabatan Presiden Disebut Jadi Bukti Ketidakyakinan Ganjar Pranowo di Pilpres 2024
-
Riuh Baliho Jokowi Tiga Periode Dipasang di Angkatan 66, Politisi Demokrat Muchendi: Dak Apo-Apo Setia, 2024 Harus Ganti
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO