Suara.com - Beijing menilai kegagalan NATO dan Amerika Serikat menanggalkan “mentalitas Perang Dingin,” menciptakan kegentingan baru yang mengarah pada perang di Ukraina. Benarkah demikian? Analisa Rodion Ebbighausen.
Menteri Luar Negeri Cina, Wang Yi pada hari Senin (7/3) menegaskan, betapa persahabatan dengan Rusia tetap "kokoh serupa batu karang,” di tengah hujan sanksi negara barat akibat invasi terhadap Ukraina.
Menurutnya, kedua negara memadu "hubungan bilateral paling penting di dunia,” karena "membantu mengokohkan stabilitas, pertumbuhan dan perdamaian dunia”.
Menlu Cina menegaskan hal itu, sepekan setelah menolak resolusi yang mengecam agresi Rusia dalam Sidang Umum PBB (2/3).
Wang Yi meyakini eskalasi antara Rusia dan Ukraina disebabkan oleh "mentalitas Perang Dingin” milik Amerika Serikat dan NATO, yang memaksa Cina dan kini Rusia untuk mempertahankan diri.
Istilah tersebut belakangan rajin digunakan pemerintah di Beijing, terutama ketika mengritik Amerika Serikat.
Di Forum Ekonomi Dunia pada pertengahan Januari 2022 lalu, Presiden Xi Jinping mengimbau dunia untuk "menanggalkan mentalitas Perang Dingin dan mendahulukan pendekatan saling menguntungkan,” dalam tatanan politik global.
"Yang lebih berbahaya lagi adalah ambisi untuk mempertahankan hegemoni dan upaya menundukkan mereka yang berusaha melawan arus sejarah,” imbuhnya tanpa menyebut Amerika Serikat.
Perang Dingin antara 1947 hingga 1989, membelah dunia ke dalam dua blok, yakni blok barat di bawah pengaruh AS dan NATO, serta blok timur yang menyatukan negara Eropa Timur dan Asia Tengah ke dalam lingkup pengaruh Rusia, ditambah Cina dan Korea Utara.
Baca Juga: Warga Inggris Bakal Dapat Tunjangan Rp 6,53 Juta Per Bulan Jika Mau Tampung Pengungsi Ukraina
AS sebagai agresor
Menurut Cina, "mentalitas Perang Dingin” menempatkan Rusia sebagai musuh abadi NATO. Sementara di kawasan Indo-Pasifik, kebijakan Amerika Serikat selama ini semakin menajamkan konflik dengan Beijing.
Hal ini ditegaskan Presiden Vladimir Putin dan Xi Jinping dalam pembukaan Olympiade Musim Dingin di Beijing, awal Februari silam.
"Kedua pihak menolak ekspansi NATO dan menuntut pengakuan penuh tehadap kedaulatan, keamanan dan kepentingan negara lain.”
Politisi dan analis barat belakangan juga mulai menggunakan terminologi Perang Dingin untuk menggambarkan ketegangan antara Washington, atau Uni Eropa, dan Beijing.
Pada Maret 2019 lalu Komisi Eropa secara resmi mendeklarasikan Cina sebagai "rival sistematik”.
Berita Terkait
-
Hakim Bebaskan Dua Pegawai WKM, Tekankan Dugaan Tambang Ilegal PT Position di Halmahera
-
UPDATE Klasemen SEA Games 2025: Indonesia Selangkah Lagi Kunci Runner-up
-
Hasil Piala Raja: Real Betis ke 16 Besar, Celta Vigo Tersingkir
-
5 Sunscreen untuk Wanita Usia 50-an, Lembap dan Flek Hitam Tidak Makin Parah
-
Lampaui Target, Ini Daftar Lengkap Peraih Medali Panahan Indonesia di SEA Games 2025
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
UPDATE Klasemen SEA Games 2025: Indonesia Selangkah Lagi Kunci Runner-up
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
Terkini
-
Said Didu Sebut Luhut Lebih Percaya Xi Jinping Ketimbang Prabowo, Sinyal Bahaya bagi Kedaulatan?
-
IACN Endus Bau Tak Sedap di Balik Pinjaman Bupati Nias Utara Rp75 Miliar ke Bank Sumut
-
Sesuai Arahan Prabowo, Ini Gebrakan Menteri Mukhtarudin di Puncak Perayaan Hari Migran Internasional
-
Usai OTT Jaksa di Banten yang Sudah Jadi Tersangka, KPK Serahkan Perkara ke Kejagung
-
Bupati Bekasi Ade Kuswara Kunang Terjaring OTT KPK, Langsung Dibawa ke Gedung Merah Putih
-
KPK Amankan 10 Orang saat Lakukan OTT di Bekasi, Siapa Saja?
-
Stop Tahan Ijazah! Ombudsman Paksa Sekolah di Sumbar Serahkan 3.327 Ijazah Siswa
-
10 Gedung di Jakarta Kena SP1 Buntut Kebakaran Maut Terra Drone, Lokasinya Dirahasiakan
-
Misteri OTT KPK Kalsel: Sejumlah Orang Masih 'Dikunci' di Polres, Isu Jaksa Terseret Menguat
-
Ruang Kerja Bupati Disegel, Ini 5 Fakta Terkini OTT KPK di Bekasi yang Gegerkan Publik