Suara.com - Aktivis 1998 yang kini dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedlilah Badrun, menilai harapan pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) untuk menyelamatkan bangsa dari keterpurukan sudah sangat tipis. Dari skala 100%, Ubedillah menyebut harapan yang tersisa tinggal 30%. Hal itu menyusul banyaknya problem di banyak sektor mulai dari ekonomi, penegakan hukum hingga kesehatan.
Ubedillah menyampaikan pendapat tersebut dalam diskusinya bersama Refly Harun yang diunggah di kanal YouTube Refly Harun, Kamis (14/4/2022).
“Saya melihat arah ke depan bangsa ini bisa jadi persoalan yang cukup serius. Kalau tidak dikritik, tidak dievaluasi, bisa bablas republik ini,” ujar Ubedillah.
Dia menilai sejumlah kebijakan Jokowi saat ini sudah dalam posisi membahayakan nyawa rakyat. Belakangan rakyat memang dihantam naiknya harga kebutuhan pokok hingga BBM. Tarif listrik dan Pertalite bahkan dikabarkan naik sebentar lagi. Hal itu tidak diimbangi naiknya UMK secara signifikan maupun kebijakan perundangan yang berpihak pada rakyat.
“Kita perlu bertanya reflektif, apakah pemerintahan ini bisa sampai 2024. Di tengah problem eknomomi yang sangat berat, di tengah pandemi, krisis multidimensi, bahkan sampai krisis APBN. Ini membahayakan,” ujar analis politik itu.
Persoalan yang tak kalah akut, imbuhnya, adalah penanganan korupsi. Sang dosen menyebut korupsi terbesar sepanjang sejarah seperti Jiwasraya dan Asabri terjadi di rezim Jokowi. Korupsi terjahat sepanjang sejarah Indonesia seperti korupsi bansos, imbuhnya, juga terjadi di rezim kali ini.
“Menurut ICW, kerugian negara karena korupsi bansos Rp2,7 triliun. Versi Novel Baswedan [mantan penyidik KPK] lebih dari Rp100 triliun.”
Saking rumitnya persoalan bangsa, Ubedilah mengaku harapannya terhadap rezim ini hanya tersisa 30%. Dia tidak memberikan 0% karena melihat masih ada orang berkompeten dan jujur di sekeliling Jokowi.
“Mengapa 30%? Karena saya percaya masih ada orang-orang baik di sekitar kekuasaan. Harapan itu bisa terwujud kalau yang 30% itu bergerak,” ujarnya.
Baca Juga: Pengamat Ungkap Peran Penting Luhut Bagi Presiden Jokowi: Ada Simbiosis Antara Keduanya
Jika asa perbaikan itu kian sulit terlihat, dia menilai demokrasi memungkinkan perubahan kekuasaan di tengah jalan. Hal itu, imbuhnya, dapat melalui jalur konstitusional maupun ekstra konstitusional (seperti Reformasi 1998).
“Karena posisi membahayakan nyawa rakyat, ya harus kita selamatkan. Banyak cara yang bisa kita upayakan,” ujar dosen yang belum lama ini melaporkan anak Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep itu.
Ubedilah mengatakan secara konstitusi presiden dapat diberhentikan dengan alasan hukum dan non-hukum. Alasan hukum seperti halnya presiden melakukan pengkhianatan, korupsi, suap hingga perbuatan tercela.
Menurutnya, alasan perbuatan tercela ini layak didiskusikan merespons fenomena yang terjadi belakangan ini. Apalagi rezim Jokowi baru saja menggaungkan tiga periode hingga penundaan pemilu yang dinilai berlawanan dengan konstitusi.
“Sejauh mana perbuatan tercela itu. Apakah seseorang abaikan UU, abaikan perintah konstitusi bisa disebut sebagai perbuatan tercela. Saya anggap bisa ditafsirkan seperti itu,” ujar Ubedilah.
Kontributor : Alan Aliarcham
Berita Terkait
-
Tak Habis Pikir, Refly Harun Semprot Wantimpres Unggah Foto Jenguk Ade Armando
-
Pengamat Ungkap Peran Penting Luhut Bagi Presiden Jokowi: Ada Simbiosis Antara Keduanya
-
Sudah Ada Pernyataan Jokowi dan Gibran, Ketua MPR Minta Isu Tunda Pemilu dan Presiden 3 Periode Tak Digoreng Lagi
-
Yeay! Jokowi Teken PP Soal THR dan Gaji ke-13 Bagi ASN hingga Pensiunan, Ada Bonus Tukin Juga
-
Tidak Mau Ada Lonjakan Kasus Covid-19 Pasca Lebaran, Jokowi: Kita Tengah Buat Aturan Ketat
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
TPG Triwulan III 2025 Cair! Guru Jam Mengajar di Bawah 12 JP Dapat Tunjangan?
-
Ketua GIPI Kritik RUU Kepariwisataan: Pemerintah Tak Pernah Anggap Penting Pariwisata
-
Pemerintah Sebut UU Pers Beri Jaminan Perlindungan Hukum Wartawan, Iwakum Sebut Ini
-
Menpar Widiyanti Targetkan Industri MICE Indonesia Susul Vietnam di Peringkat Global
-
Puji Kepemimpinan Gubernur Ahmad Luthfi, BGN Puji Jateng Paling Siap Jalankan Program Gizi Nasional
-
Jokowi 'Dikepung' Politik? Rocky Gerung Bongkar Alasan di Balik Manuver Prabowo-Gibran 2029
-
'Mereka Ada Sebelum Negara Ini Ada,' Pembelaan Antropolg untuk 11 Warga Maba Sangaji di Persidangan
-
Terungkap! 'Orang Baik' yang Selamatkan PPP dari Perpecahan: Ini Peran Pentingnya
-
Dana Transfer Dipangkas Rp 15 Triliun, APBD DKI 2026 Anjlok dan Gubernur Perintahkan Efisiensi Total
-
Kelurahan Kapuk Dipecah Jadi 3: Lurah Klaim Warga Menanti Sejak Lama, Semua RW dan RT Setuju