Suara.com - Maurcio Ye'kwana sedang mengkhawatirkan masa depannya. Dia berasal dari komunitas Auaris di Brasil utara, dekat perbatasan dengan Venezuela.
Daerah itu merupakan bagian dari Wilayah Adat Yanomami yang kaya akan emas, berlian, dan mineral. Namun, kawasan itu terancam oleh penambang ilegal. Secara keseluruhan, diperkirakan ada 20.000 penambang ilegal di tanah tersebut.
"Dalam beberapa tahun terakhir, penambangan ilegal semakin memburuk," kata Maurcio.
Menurutnya, jumlah pesawat, helikopter, dan kapal yang terkait dengan penambangan ilegal semakin banyak selama pandemi.
Maurcio baru berusia 35 tahun, tetapi generasi yang lebih muda justru membuatnya khawatir karena para pemuda kian terpikat pekerjaan ilegal.
"Para pemuda adalah nahkoda perahu terbaik," katanya. Mereka bisa mendapatkan sebanyak 10.000 reais Brasil (Rp30,7 juta) untuk satu kali perjalanan.
Maurcio datang ke Ibu Kota Brasil, Brasilia, untuk ambil bagian dalam Free Land Camp--sebuah acara tahunan yang menyatukan masyarakat adat Brasil yang ingin mempertahankan hak atas tanah mereka.
Baca juga:
- Perburuan emas menyulut penyerangan terhadap masyarakat adat di hutan Amazon
- Deforestasi di Amazon semakin parah, suku asli tersisa tiga orang dan di ambang kepunahan
- Penelitian: Hidup ribuan tahun di hutan, masyarakat adat Amazon tidak ganggu alam
Di jalan utama Kota Brasilia yang mengarah ke gedung Kongres dan Istana Presiden, komunitas masyarakat adat dari seantero Brasil mendirikan ratusan tenda.
Baca Juga: Perang Rusia dan Ukraina Ternyata Sebabkan Harga Batu Bara dan CPO Naik, Ekspor Makin Monce?
Banyak dari mereka mengenakan hiasan kepala berbulu, perhiasan manik-manik, dan memiliki tato geometris yang mengidentifikasi suku mereka.
Tahun ini, acara tersebut memiliki makna yang lebih besar.
Presiden Jair Bolsonaro memiliki misi mendorong pembangunan ekonomi di Amazon. Dalam upaya terakhirnya untuk menerobos wilayah masyarakat adat, ia menyebut-nyebut perang di Ukraina.
Brasil sangat bergantung pada pupuk impor untuk industri agribisnisnya. Lebih dari 90% pupuknya berasal dari luar negeri, dan Rusia adalah mitra terpentingnya.
"Ini kesempatan bagus buat kita," kata Bolsonaro tentang invasi Rusia ke Ukraina. Dia berpendapat bahwa dengan menambang di wilayah adat, Brasil bisa menumpuk lebih banyak cadangan kaliumnya sendiri.
Ini adalah argumen yang dipertanyakan oleh beberapa ahli.
"Hanya 11% dari cadangan kalium berada di dalam tanah adat. Lagipula negara bagian lain seperti So Paulo dan Minas juga memiliki cadangan kalium," kata politisi Joenia Wapichana, perempuan pribumi pertama yang memilih menjadi anggota Kongres pada 2018.
"Ini adalah narasi palsu yang mencoba membingungkan para penduduk asli Brasil, membuat mereka percaya bahwa hal itu penting, bahwa orang-orang tidak akan memiliki makanan di meja mereka."
Kesempatan yang dimaksud Bolsornaro juga tidak akan terwujud dalam jangka pendek.
"Dari perspektif teknologi dan lingkungan, lisensi dan infrastruktur - semuanya membutuhkan waktu. Untuk dapat menawarkan produk ini ke pasar Brasil mungkin akan memakan waktu tujuh hingga 10 tahun," kata Suzi Huff, Profesor Geologi di University of Brasilia.
"Kita berbicara tentang area yang sangat sensitif, area yang perlu perawatan. Salah jika mengatakan bahwa itu akan menyelesaikan masalah Brasil."
Rancangan undang-undang (RUU) mengenai hal tersebut sudah dibuat sejak 2020. Namun, bulan lalu, majelis rendah memilih untuk mempertimbangkannya di bawah ketentuan darurat, menghilangkan debat komite.
"Ini jelas-jelas merupakan pemerasan," kata Prof Huff. "Bolsonaro melihat peluang untuk melanjutkan proyek yang memungkinkan eksplorasi mineral, termasuk di tanah adat, dan menggunakan kelangkaan pupuk di Brasil untuk melanjutkan proyek ini."
RUU itu diharapkan akan diputuskan di majelis rendah minggu ini, tetapi itu tidak terjadi - dan sedikit yang percaya bahwa pada tahun pemilihan ini, itu akan terjadi.
Bahkan para pemain besar di industri tidak setuju dengan RUU itu. Institut Pertambangan Brasil bulan lalu mengatakan RUU itu "tidak sesuai untuk tujuan yang dimaksudkan", dan menyerukan perdebatan yang lebih luas.
Meski para pemimpin adat lega karena pemungutan suara oleh majelis rendah ditunda, hal itu masih menjadi tantangan di lapangan.
"Wacana politik yang berapi-api, mendorong invasi di tanah adat," kata Joenia Wapichana. "Fakta bahwa Bolsonaro mengatakan dia mendukung pertambangan, bahwa dia akan mengatur pertambangan di tanah adat, itu sudah mengekspos masyarakat adat dan membuat mereka lebih rentan."
Wacana tersebut, tentu saja, sangat politis. Apalagi pemilihan umum sudah semakin dekat. Pada Selasa, mantan presiden Lula da Silva - yang unggul dalam survei untuk memenangkan pemilu pada Oktober - melakukan kunjungan ke kamp tersebut.
"Hari ini tajuk utamanya adalah tentang pemerintah yang tidak segan-segan jika menyinggung dan menyerang masyarakat adat yang sudah ada di tanah ini," katanya.
Pernyataan itu ditanggapi sorakan "Keluar, Bolsonaro!" - tetapi masih ada enam bulan lagi sampai pemilu. Dan inilah Brasil - banyak yang bisa berubah dalam politik di sini, dan masa depan suku asli Brasil lebih tidak pasti dari sebelumnya.
Berita Terkait
-
Emiten Milik Grup Bakrie-Salim dan Prajogo Pangestu, BRMS-BREN Resmi Menghuni Indeks MSCI
-
Terbukti Tak Langgar Kode Etik DPR, Uya Kuya Bongkar Fakta Nyesek di Balik Rumah yang Dijarah
-
Terseret Kasus Ekspor CPO, Dua Raksasa Sawit Bayar Uang Pengganti Triliunan dengan Cara Dicicil!
-
MBG ala Jusuf Hamka, Makan Gratis yang Bikin Anak-Anak SD Tambora Senyum Ceria
-
Yamaha Targetkan Pangsa Pasar 60 Persen di Wilayah NTT
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Terseret Kasus Ekspor CPO, Dua Raksasa Sawit Bayar Uang Pengganti Triliunan dengan Cara Dicicil!
-
MBG ala Jusuf Hamka, Makan Gratis yang Bikin Anak-Anak SD Tambora Senyum Ceria
-
Gubernur Riau Diduga Pakai Uang Pemerasan untuk Jalan-Jalan ke Inggris dan Brasil
-
KPK Lamban Ungkap Tersangka Korupsi Gubernur Riau, Apa Alasannya?
-
Wamenkomdigi: Pemerintah Harus Hadir untuk Memastikan AI Jadi Teknologi yang Bertanggung Jawab
-
Gubernur Riau Jadi Tersangka KPK! Kemendagri Siapkan Pengganti Sementara
-
Pramono Anung Rombak Birokrasi DKI: 1.842 Pejabat Baru, Janji Pelayanan Publik Lebih Baik
-
Gubernur Riau Jadi Tersangka, PKB Proses Status Kader Abdul Wahid Secara Internal
-
Raperda KTR DKI Disahkan! Ini Titik-Titik yang Dilarang untuk Merokok dan Jual Rokok
-
BNN Gerebek Kampung Bahari, 18 Orang Ditangkap di Tengah Perlawanan Sengit Jaringan Narkoba