Suara.com - Rusia mengultimatum para pejuang Ukraina yang masih bertahan di Mariupol agar menyerah, pada Rabu (20/04). Di tengah perang itu, negara-negara Barat menjanjikan lebih banyak bantuan militer ke Kyiv.
Ribuan tentara Rusia terus melakukan serangan dengan artileri dan roket, yang disebut oleh pejabat Ukraina sebagai pertemburan Donbas. Invasi Rusia selama hampir delapan minggu telah gagal merebut salah satu kota terbesar di Ukraina, dan memaksa Moskow kembali fokus menyerang di sekitar wilayah separatis. Rusia memberikan ultimatum terhadap Ukraina agar menyerah pada Rabu (20/04).
Komandan Ukraina telah bersumpah untuk tidak menyerah. Serangan terbesar terhadap negara Eropa sejak 1945 itu telah menyebabkan hampir lima juta orang melarikan diri ke luar negeri dan menghancurkan kota menjadi puing-puing.
Penasihat presiden Ukraina pada Selasa (19/04) malam waktu setempat mengatakan Rusia menyerang pabrik baja Azovstal, benteng utama yang tersisa di Mariupol, dengan bom penghancur bunker. Namun, kantor berita Reuters belum dapat memverifikasi detailnya.
"Dunia menyaksikan pembunuhan anak-anak secara online dan tetap diam," tulis penasihat Mykhailo Podolyak di Twitter. Barat akan kirim lebih banyak senjata Ultimatum agar pihak Ukraina menyerah ternyata gagal. Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan tidak ada satu pun tentara Ukraina yang meletakkan senjata mereka.
"Angkatan bersenjata Rusia, yang murni berdasarkan prinsip-prinsip kemanusiaan, sekali lagi mengusulkan agar para pejuang batalyon nasionalis dan tentara bayaran asing menghentikan operasi militer mereka mulai pukul 14.00 waktu Moskow pada 20 April 2022 dan meletakkan senjata," kata Kementerian Pertahanan Rusia.
Amerika Serikat, Kanada dan Inggris mengatakan mereka akan mengirim lebih banyak persenjataan artileri dan Gedung Putih mengatakan bahwa sanksi baru sedang disiapkan. Presiden AS, Joe Biden diperkirakan akan mengumumkan paket bantuan militer baru dengan ukuran yang sama dengan paket bantuan militer senilai $800 juta atau setara Rp11,2 triliun minggu lalu dalam beberapa hari mendatang, demikian uja seorang sumber kepada Reuters.
Menteri Keuangan AS, Janet Yellen mengatakan bahwa perang Rusia di Ukraina harus disalahkan karena memperburuk kerawanan pangan dunia yang "sudah mengerikan", dan membuat guncangan harga dan pasokan menambah tekanan inflasi global.
Kota-kota Ukraina yang diserang Rusia
Baca Juga: Kesaksian Pendeta Gereja Ortodoks Rusia di Ukraina Berontak Lawan Moskow
Rusia mengatakan jika pihaknya meluncurkan apa yang disebutnya "operasi militer khusus" pada 24 Februari 2022 untuk demitilerisasi dan "denazifikasi" di Ukraina. Kyiv dan sekutu Baratnya menolak pernyataan itu dan menyebutnya sebagai dalih palsu.
Ukraina mengatakan serangan baru itu telah mengakibatkan direbutnya Kremina, sebuah pusat administrasi berpenduduk 18.000 orang di Luhansk, salah satu dari dua provinsi Donbas.
Di Mariupol, tempat pertempuran terberat dan bencana kemanusiaan terburuk, sekitar 120 warga sipil yang tinggal di sebelah pabrik baja Azovstal pergi melalui koridor kemusiaan. Sebuah rekaman drone yang diambil pada Selasa, (19/04) menunjukkan orang-orang membeli makanan dan kebutuhan lainnya di pasar darurat, serta mengisi daya ponsel mereka dari generator sekitar $1,35 atau Rp18.900.
Mariupol telah dikepung sejak awal perang. Puluhan ribu penduduk telah terperangkap dan Ukraina yakin lebih dari 20.000 warga sipil tewas di sana. "Tentara Rusia akan selamanya mencatatkan dirinya dalam sejarah dunia sebagai tentara paling barbar dan tidak manusiawi di dunia," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy.
"Membunuh warga sipil dengan sengaja menghancurkan tempat tinggal dan infrastruktur sipil dan menggunakan semua jenis senjata, termasuk yang dilarang oleh konvesi internasional, sudah menjadi ciri khas tentara Rusia," tambahnya dalam sebuah video.
Rusia membantah menggunakan senjata terlarang atau menargetkan warga sipil dalam invasi ke Ukraina dan mengatakan, tanpa bukti, tanda-tanda kekejaman telah dipentaskan. rw/pkp (Reuters)
Berita Terkait
-
Antrean Panjang di Stasiun, Kenapa Kereta Api Selalu Jadi Primadona di Periode Libur Panjang?
-
Jamie Carragher Tiba-tiba Melunak, Bujuk Mo Salah Balik Lagi ke Liverpool
-
Bongkar Taktik Aston Villa, Bikin Panik Arsenal dan Man City di Perebutan Gelar Premier League
-
Kasus Deforestasi PT Mayawana, Kepala Adat Dayak Penjaga Hutan di Kalbar Dijadikan Tersangka
-
Pep Guardiola Pastikan James Trafford Tetap di Manchester City, Chelsea Gigit Jari
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Antrean Panjang di Stasiun, Kenapa Kereta Api Selalu Jadi Primadona di Periode Libur Panjang?
-
Kasus Deforestasi PT Mayawana, Kepala Adat Dayak Penjaga Hutan di Kalbar Dijadikan Tersangka
-
Eks Pejabat KPI Tepis Tudingan Jaksa Atur Penyewaan Kapal dan Ekspor Minyak
-
Diperiksa KPK Soal Korupsi Haji, Gus Yaqut Pilih Irit Bicara: Tanya Penyidik
-
Buka-bukaan Kerry Riza di Sidang: Terminal OTM Hentikan Ketergantungan Pasokan BBM dari Singapura
-
MBG Dinilai Efektif sebagai Instrumen Pengendali Harga
-
Ultimatum Keras Prabowo: Pejabat Tak Setia ke Rakyat Silakan Berhenti, Kita Copot!
-
Legislator DPR: YouTuber Ferry Irwandi Layak Diapresiasi Negara Lewat BPIP
-
Racun Sianida Akhiri Pertemanan, Mahasiswa di Jambi Divonis 17 Tahun Penjara
-
Ramai Narasi Perpol Lawan Putusan MK, Dinilai Tendensius dan Tak Berdasar