Suara.com - Pemerintahan nasional sering lambat memfasilitasi ekonomi rendah karbon. Di beberapa kota, pemerintah lokal sudah lebih dulu mengambil insiatif. Inilah empat kota terdepan dalam target netral iklim.
Pada Hari Bumi tahun ini, seharusnya pemerintahan memperkenalkan agenda-agenda ekonomi hijau yang ambisius, demi meredam dampak perubahan iklim. Namun sejauh ini, pemerintahan nasional yang menandatangani Perjanjian Iklim Paris sering lambat dalam memfasilitasi ekonomi rendah karbon.
Prakarsa menjanjikan justru muncul di tingkat pemerintahan lokal, ketika kota-kota mulai menggagas berbagai proyek dan memulai tindakan-tindakan untuk menurunkan emisi karbon. Inilah empat kota yang berhasil menetapkan agenda ambisius netral ilklim:
Kopenhagen:
Kota netral iklim pertama di dunia? Tahun 2012, pemerintah kota Kopenhagen meluncurkan Rencana Iklim 2025 dengan tujuan menciptakan kota netral karbon pertama di dunia. Ibu kota Denmark itu kelihatannya akan berhasil mencapai target emisi nol-bersih pada tahun 2025, artinya 25 tahun lebih dulu daripada target pemerintah nasional, yaitu tahun 2050. Sekitar 66% dari emisi Kopenhagen dikaitkan dengan energi dan 34% dengan transportasi.
Karena itu, salah satu strateginya adaIah mereduksi konsumsi dan produksi energi serta meningkatkan mobilitas hijau. Tujuannya adalah untuk mengurangi emisi sebesar 100% dibandingkan tahun 2005, dan pada saat yang sama meningkatkan pertumbuhan ekonomi hampir 25% melalui investasi yang lebih besar dan penciptaan lapangan kerja.
Pada tahun 2020, Kopenhagen hanya perlu mereduksi 20% lagi emisinya untuk mencapai tujuan itu. Karena produksi listrik dan panas adalah sumber emisi CO2 yang terbesar, pemerintah Kopenhagen lalu mengganti batu bara, minyak, dan gas dengan energi terbarukan.
Energi sekarang datang dari tenaga angin, tenaga matahari, dan biomassa. Namun, 50% reduksi CO2 dicapai dari efisiensi energi. Kota telah memasang jaringan energi pintar untuk mengurangi limbah besar di perumahan, ritel, dan produksi.
Dalam hal transportasi, pemerintah Kopenhagen menginginkan setidaknya 75% perjalanan di kota dilakukan dengan berjalan kaki, bersepeda, atau angkutan umum pada tahun 2025. Kendaraan dengan bahan bakar fosil akan dilarang di kota itu pada 2030.
Baca Juga: Hari Bumi 2022: Penyebab Perubahan Iklim yang Wajib Dipahami Umat Manusia
Mumbai:
Pemimpin kebijakan iklim Asia Selatan Ketika Perdana Menteri India Narendra Modi berkomitmen untuk mencapai netralitas karbon pada tahun 2070 di konfrensi iklim COP26, hal itu dipandang sebagai langkah yang menjanjikan dari penghasil emisi CO2 terbesar ketiga dunia itu.
Namun, Mumbai sebagai kota terpadat di negara itu dengan lebih dari 20 juta penduduk, ingin target yang lebih ambisius dan berjanji akan mencapai emisi karbon nol-bersih pada 2050, 20 tahun lebih cepat.
Rencana aksi iklim pertama kota ini diresmikan pada Maret lalu dan dibuat dengan kerja sama dengan lembaga nirlaba Amerika Serikat, World Resources Institute (WRI), dan aksi iklim perkotaan global C40 Cities. Sektor energi bertanggung jawab atas 72% dari total emisi di Mumbai, dengan jaringan energi yang hampir seluruhnya ditenagai oleh batu bara. Dengan meningkatkan sumber energi tenaga surya, Mumbai sekarang ingin mencapai target 50% energi terbarukan pada tahun 2050.
Mumbai juga akan fokus pada efisiensi energi di gedung-gedung yang menghasilkan sebagian besar emisi energi. Fokus utama lainnya adalah transportasi. Sebagai langkah awal, pemerintah kota akan menempatkan lebih dari 2.000 bus listrik di jalan pada tahun 2023.
Mumbai juga membuat rencana pengelolaan sampah tanpa tempat pembuangan akhir, dan menanam hutan kota di seluruh kota untuk mengurangi hampir 10% emisi yang dikaitkan dengan sampah, terutama tempat pembuangan sampah yang memuntahkan metana.
Berita Terkait
-
Negosiasi Tarif Dagang dengan AS Terancam Gagal, Apa yang Terjadi?
-
Legislator DPR: YouTuber Ferry Irwandi Layak Diapresiasi Negara Lewat BPIP
-
Racun Sianida Akhiri Pertemanan, Mahasiswa di Jambi Divonis 17 Tahun Penjara
-
Javier Tebas Balas Serangan Florentino Perez di Skandal Negreira, Jangan Sok Suci
-
BREAKINGNEWS! PSSI Resmi Akhiri Kerja Sama dengan Indra Sjafri
Terpopuler
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- 7 HP Samsung Seri A Turun Harga hingga Rp 1 Jutaan, Mana yang Paling Worth It?
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Legislator DPR: YouTuber Ferry Irwandi Layak Diapresiasi Negara Lewat BPIP
-
Racun Sianida Akhiri Pertemanan, Mahasiswa di Jambi Divonis 17 Tahun Penjara
-
Ramai Narasi Perpol Lawan Putusan MK, Dinilai Tendensius dan Tak Berdasar
-
Jurus Prabowo Setop Wisata Bencana: Siapa Pejabat yang Disentil dan Mengapa Ini Terjadi?
-
Gus Yahya Ajak Warga Nahdliyin Bersatu Hadapi Tantangan, Terutama Bencana Sumatra
-
Ramai Patungan Beli Hutan, Memang Boleh Rimba Dibeli Dan Bagaimana Caranya?
-
Peradilan Militer Dinilai Tidak Adil, Keluarga Korban Kekerasan Anggota TNI Gugat UU ke MK
-
Ria Ricis dan Selebriti Pandu Shopee Live Superstar, Jumlah Produk Terjual Naik Hingga 16 Kali
-
5 Kali Sufmi Dasco Pasang Badan Bela Rakyat Kecil di Tahun 2025
-
Kelola Sendiri Sampah MBG, SPPG Mutiara Keraton Solo di Bogor Klaim Untung hingga 1.000 Persen