Suara.com - BBC telah menemukan bukti nyata bahwa pasukan Rusia menangkapi warga sipil Ukraina dan menggunakan mereka sebagai tameng manusia.
Dalam beberapa wawancara di Desa Obukhovychi, penduduk mengatakan bahwa mereka dibawa dari rumah masing-masing dengan todongan senjata dan ditahan di sebuah sekolah oleh pasukan Rusia yang berusaha menghentikan laju tentara Ukraina.
Penduduk setempat juga memberikan laporan tentang tentara Rusia yang menembaki warga sipil dan menahan lainnya di dalam dan sekitar Ivankiv, desa tetangga.
Pada 14 Maret malam, pasukan Rusia di Obukhovychi diserang dan kehilangan sejumlah personel serta kendaraan lapis baja saat tentara Ukraina tengah mendapatkan kembali wilayahnya.
Saat malam tiba, penduduk setempat, yang berlindung di ruang bawah tanah mereka, mendengar ledakan dan suara gemeretak kendaraan lapis baja yang sedang bermanuver.
Mereka telah berada di bawah pendudukan Rusia sejak awal invasi, daerah itu berada di poros utama laju pasukan Rusia.
Obukhovychi berjarak 100 km dari Kyiv, dekat dengan Belarus dan tepat di selatan zona eksklusif di sekitar lokasi reaktor nuklir Chernobyl.
Kami berhasil berbicara dengan banyak warga tentang apa yang terjadi di malam itu. Mereka semua menceritakan kisah yang sama atas peristiwa selama 24 jam yang membuat trauma penduduk desa itu.
Beberapa keluarga menggambarkan bagaimana pasukan Rusia bergerak dari rumah ke rumah, menangkapi warga dengan todongan senjata, dan menggiring mereka ke sekolah lokal - di mana tentara Rusia lalu menggunakan mereka sebagai tameng.
Baca Juga: Khawatirkan Dampak Perang Rusia-Ukraina, Ini Perintah Mendagri Tito ke Semua Kepala Daerah
Banyak rumah di desa itu bertuliskan kata "warga" yang dicat di pagar-pagar - cara untuk memperingatkan tentara agar berhati-hati dan tidak melukai mereka.
Namun, pada akhirnya, tanda itu dimanfaatkan pasukan Rusia.
Kami diberitahu bahwa jika penghuninya tidak membuka pintu rumah, tentara Rusia akan mendobraknya.
Sekitar 150 warga sipil, termasuk orang tua dan anak-anak kecil, lalu dibawa dari ruang bawah tanah di rumah-rumah mereka menuju ke gedung sekolah.
"Mereka [pasukan Rusia] itu orang-orang fasis, pengacau. Ini adalah kekacauan, anak-anak dan orang-orang menangis...
"Saya tidak ingin berbicara tentang Rusia. Mereka bukan manusia," kata Ivan, warga berusia 60 tahun kepada kami.
Lydmila Sutkova menggambarkan suasana teror saat mereka dikumpulkan ke gedung sekolah.
"Ketika terjadi ledakan, kami mengira langit-langit ruangan akan runtuh, dan ini akan menjadi kuburan massal."
Warga lain memberi tahu kami bahwa beberapa tentara Rusia saat itu tengah mabuk, dan mengancam akan membawa mereka ke Belarus.
Maria Bilohovost, nenek berusia 89 tahun, memberi tahu kami bahwa dia selamat dari Perang Dunia Kedua dan bahwa penjajah Rusia seperti orang Jerman saat itu.
"Kecuali mereka berbicara bahasa Rusia, jadi saya tahu apa yang mereka katakan."
Dia mengatakan orang Rusia meninggalkannya di rumah, tetapi membawa seluruh keluarganya - termasuk cucu perempuannya Maryana dan cicit perempuan Marharyta.
Maria mengatakan Marharyta yang berusia dua tahun masih menunjukkan tanda-tanda kecemasan.
Ibu Maryana, Olena, memberi tahu kami bahwa dia takut mereka semua akan ditembak di ruang gym.
"Saya mengkhawatirkan putri saya. Saya tidak bisa berkata-kata. Saya masih takut. Anak dua tahun seharusnya tidak melihat senapan mesin."
Olena mengatakan bahwa ketika Rusia menduduki desa, para perempuan muda dan remaja bersembunyi di dalam rumah mereka.
"Kami benar-benar ketakutan. Saat seorang perempuan pergi mencari kayu untuk menyalakan api di rumahnya - dia ditembak di kaki. Mereka melakukannya hanya untuk bersenang-senang."
Di Obukhovychi, tidak ada pembantaian massal terhadap warga sipil - tetapi kami diberitahu cerita tentang sejumlah orang, termasuk seorang pendeta lokal, yang dibunuh.
Desa tetangga Termakhivka dibangun di sekitar persimpangan jalan yang sepi, di mana jalan selanjutnya mengarah ke Belarus, Chernobyl, Warsawa, dan Kyiv.
Ada kendaraan dan fasilitas militer yang terbakar - yang pernah dikendalikan pasukan Rusia tetapi sekarang dikuasai oleh Ukraina.
Seorang pria lokal, Bogdan, 25 tahun, mengatakan dia ditahan selama 15 hari di luar ruangan dalam suhu di bawah nol derajat - sering diikat dan disumpal - oleh pasukan Rusia.
Dia menggulung kaki celananya untuk menunjukkan di mana seorang tentara Rusia telah menembaknya.
"Dia mendudukkan saya di bangku dekat rumah, mengarahkan senapan mesinnya ke arah saya dan menembak lutut saya ... alasannya adalah saya punya adik laki-laki.
"Dia berdinas sebagai tentara. Mereka menemukan topi militer dan foto-foto militernya."
Bogdan juga membawa kami melintasi ladang yang tergenang air untuk menunjukkan kepada kami sepetak tanah - yang katanya adalah kuburan dangkal.
Rusia memaksanya untuk menggali lubang, ungkap Bogdan, sehingga mereka bisa mengubur mayat seorang pria yang telah ditembak.
Untuk bisa sampai ke desa-desa ini butuh upaya keras. Itu berarti harus pergi jauh, melintasi jembatan ponton dan melalui hutan lebat.
Wilayah Ukraina ini meliputi sungai-sungai dan rawa. Itu salah satu penyebab mengapa laju pasukan Rusia terhenti.
Sekarang pasukan Rusia telah menarik diri dari daerah ini, yang perlahan-lahan terhubung kembali ke seluruh negeri.
Sementara kami berada di sana, pasukan Ukraina memperbaiki jembatan sementara di atas sungai, di jalan menuju ibu kota, di sebelah reruntuhan salah satu jembatan yang diledakkan Rusia saat mereka mundur ke Belarus.
Puluhan relawan membantu, menyalakan api, membuat sup, menebang pohon, menggali tunggul dan merapikan jalan-jalan yang baru.
Di daerah-daerah di mana pasukan Ukraina memegang kendali, semakin banyak bukti bahwa pasukan Rusia berulang kali melanggar hukum perang.
Pertanyaannya adalah bagaimana pasukan Rusia memperlakukan warga sipil Ukraina di tempat-tempat yang masih mereka tempati.
Berita Terkait
-
Kalah 2-3 dari Arab Saudi, Timnas Indonesia Gagal ke Piala Dunia 2026?
-
Drama 5 Gol dan Kartu Merah! Timnas Indonesia Kalah Terhormat dari Arab Saudi
-
Hasil Babak I Timnas Indonesia vs Arab Saudi: Penalti Kevin Diks Dibalas 2 Gol
-
Curang! Suporter Timnas Indonesia Diblokir Masuk Stadion King Abdullah Sports City
-
LIVE REPORT: Arab Saudi vs Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026
Terpopuler
- 3 Link DANA Kaget Khusus Hari Ini, Langsung Cair Bernilai Rp135 Ribu
- Karawang di Ujung Tanduk Sengketa Tanah: Pemerintah-BPN Turun Gunung Bahas Solusi Cepat
- 5 Fakta Heboh Kasus Video Panas Hilda Pricillya dan Pratu Risal yang Guncang Media Sosial
- 14 Kode Redeem FC Mobile Hari Ini 7 Oktober 2025, Gaet Rivaldo 112 Gratis
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Harga Emas Hari Ini: Antam di Pegadaian Rp 2,4 Juta per Gram, UBS dan Galeri 24 Juga Naik!
-
Ragnar Oratmangoen Ujung Tombak, Ini Susunan Pemain Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
BREAKING NEWS! Tanpa Calvin Verdonk, Ini Pemain Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
Waketum PSI Dapat Tugas dari Jokowi Usai Laporkan Penyelewengan Dana PIP
-
Ole Romeny Diragukan, Siapa Penyerang Timnas Indonesia vs Arab Saudi?
Terkini
-
Dua Prajurit Gugur saat Persiapan HUT ke-80 TNI, Begini Kata Istana
-
Ledakan Dahsyat Hancurkan Gedung Nucleus Farma di Tangsel, Sejumlah Bangunan Terdampak
-
Istana Bantah Kabar Sebut Listyo Sigit Setor Nama Komite Reformasi Polri ke Presiden Prabowo
-
Jejak Rekonsiliasi, Momen PPAD Ziarah ke Makam Pahlawan Timor Leste
-
Dirut PT WKM Tegaskan PT Position Nyolong Nikel di Lahan IUP Miliknya
-
Dirut PT WKM Ungkap Ada Barang Bukti Pelanggaran PT Position yang Dihilangkan
-
NasDem Sentil Projo Soal Isu Jokowi-Prabowo Renggang: Itu Nggak Relevan
-
Seskab Teddy Indra Wijaya dan Mensesneg Prasetyo Hadi Hadiri Rapat Strategis di DPR, Bahas Apa?
-
Cetak Generasi Emas Berwawasan Global, Sekolah Garuda Siap Terapkan Kurikulum Internasional
-
Prabowo Video Call dengan Patrick Kluivert Jelang Timnas Lawan Arab Saudi: Give Us Good News