Suara.com - Taliban memerintahkan semua perempuan pembawa acara di televisi Afghanistan dan para perempuan lainnya di layar kaca untuk menutupi wajah mereka saat sedang siaran.
Ketetapan itu disebarkan ke semua media di Afghanistan pada Rabu (18/05), kata juru bicara kepolisian syariah kepada BBC Pashto.
Aturan tersebut mengemuka dua pekan setelah semua perempuan di Afghanistan diperintahkan memakai penutup wajah di area umum. Perempuan yang melanggar akan dihukum.
Tak hanya itu, para perempuan dilarang bepergian tanpa wali laki-laki dan para anak perempuan tidak diperkenankan mengenyam pendidikan di sekolah menengah atas.
Baca juga:
- Di Afghanistan, jadi perempuan seperti melakukan kejahatan
- Taliban larang pegawai perempuan di Kabul bekerja, 'Penghapusan perempuan berarti penghapusan manusia'
- Ekonomi Afghanistan ambruk, keluarga miskin makin kesulitan bertahan hidup
Seorang wartawan perempuan Afghanistan yang bekerja untuk sebuah stasiun televisi lokal di Kabul mengaku terkejut saat mendengar pengumuman itu.
"Mereka secara tidak langsung menerapkan tekanan kepada kami agar kami berhenti membawakan acara di televisi," katawa wartawan yang menolak disebutkan identitasnya tersebut kepada BBC.
"Bagaimana saya bisa membaca berita dengan mulut tertutup? Saya tidak tahu harus berbuat apa sekarangsaya harus bekerja, saya tulang punggung keluarga," tambahnya.
Ketetapan baru itu akan berlaku secara efektif pada 21 Mei, sebagaimana dilaporkan kantor berita Reuters yang mengutip keterangan juru bicara Kementerian Pencegahan Kejahatan dan Pendorong Kebaikan.
Sang juru bicara menyebut aturan itu sebagai "nasihat"tapi dia tidak menjelaskan apa yang akan terjadi pada pelanggar.
Baca Juga: Bagaimana Taliban Kebiri Hak Perempuan di Afganistan
Keputusan Taliban ini menuai kritik di Twitter. Banyak warganet yang menyebutnya sebagai langkah Taliban dalam mendorong ekstremisme.
"Dunia mengerahkan masker untuk melindungi masyarakat dari Covid. Taliban mengerahkan penutup wajah untuk melindungi orang-orang dari pandangan terhadap wajah wartawan perempuan. Bagi Taliban, perempuan adalah penyakit," demikian cuitan salah seorang pegiat.
Stasiun televisi swasta Shamshad mengunggah foto seorang pembawa acaranya memakai penutup wajah, sebuah foto serupa dibagikan ke media sosial.
https://twitter.com/waliarian/status/1527186840318615554
Saat pertama kali berkuasa pada 1990-an, Taliban memaksa para perempuan memakai burka di tempat umum.
Ketika kelompok tersebut dilengserkan dari kekuasaan oleh pasukan Amerika Serikat pada 2001, banyak aturan dilonggarkan. Perempuan yang menampilkan wajah dalam tayangan televisi menjadi hal jamak.
Setelah kembali berkuasa Agustus 2021 lalu, Taliban tidak serta mengeluarkan aturan baru mengenai cara perempuan berpakaian.
Harapan pun muncul bahwa kali ini Taliban memerintah Afghanistan dengan lebih fleksibel.
Banyak perempuan masih memakai burka, tapi hal yang umum pula melihat perempuan memakai kerudung biasa di kota-kota besar.
Akan tetapi, pada awal Mei, Kementerian Pencegahan Kejahatan dan Pendorong Kebaikan mengumumkan semua perempuan harus menutupi wajah mereka di tempat umum seraya mengindikasikan bahwa burka adalah busana tepat untuk mewujudkannya.
Siapapun yang menolak mematuji aturan ini, berisiko dikenai hukuman secara bertingkat.
Saat ini, perempuan masih bekerja di beberapa sektor di Afghanistan, seperti kesehatan dan pendidikan. Namun, banyak yang diminta tidak lagi bekerja karena Taliban berkuasa.
Negara tersebut terperosok ke dalam krisis ekonomi dan kelaparan di bawah kekuasaan Taliban.
Para diplomat dari negara-negara Barat telah mengindikasikan bahwa aliran dana bantuan untuk pembangunan dan pencairan uang tunai bergantung pada bagaimana Taliban memperlakukan perempuan dengan lebih baik.
Namun, harapan Taliban akan lebih fleksibel tampaknya semakin pudar di tengah munculnya sinyalemen kelompok garis keras di dalam tubuh Taliban semakin berkuasa.
Wartawan di Kabul yang berbicara kepada BBC ingin agar komunitas internasional memberikan tekanan kepada Taliban.
"Mereka [komunitas internasional] seharusnya memberitahu Taliban, 'Anda punya waktu 10 hari untuk berubah, jika tidak kami akan memotong semua relasi dan bantuan'."
Dia meyakini Taliban berencana menghentikan perempuan bekerja di luar rumah.
"Mereka ingin perempuan hidup seperti tahanan di dalam rumah. Setiap hari mereka mengeluarkan aturan terhadap kamisaya pikir kami tidak bisa bertahan."
Reportase tambahan oleh Mahfouz Zubaide
Berita Terkait
-
Kerugian Timnas Indonesia U-22 Pasca Mundurnya Kamboja dari Sepak Bola SEA Games 2025
-
Pertandingan Timnas Indonesia Vs Singapura di SEA Games 2025 Dibatalkan, Kenapa?
-
Francine PSI Tagih Janji Pramono: kalau Saja Ada CCTV yang Memadai, Mungkin Nasib Alvaro Beda
-
Calvin Verdonk Absen, Lille Bantai Dinamo Zagreb 4-0 di Liga Europa
-
LAFC Perpanjang Kontrak Bintang Muda Timnas Indonesia Adrian Wibowo Hingga 2027
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Selevel Innova Budget Rp60 Jutaan untuk Keluarga Besar
- 5 Pilihan Ban Motor Bebas Licin, Solusi Aman dan Nyaman buat Musim Hujan
- 5 HP Memori 128 GB Paling Murah untuk Penggunaan Jangka Panjang, Terbaik November 2025
- 5 Mobil Keluarga Bekas Kuat Tanjakan, Aman dan Nyaman Temani Jalan Jauh
- Cara Cek NIK KTP Apakah Terdaftar Bansos 2025? Ini Cara Mudahnya!
Pilihan
-
Cuaca Semarang Hari Ini: Waspada Hujan Ringan, BMKG Ingatkan Puncak Musim Hujan Makin Dekat
-
Menkeu Purbaya Mau Bekukan Peran Bea Cukai dan Ganti dengan Perusahaan Asal Swiss
-
4 HP dengan Kamera Selfie Beresolusi Tinggi Paling Murah, Cocok untuk Kantong Pelajar dan Mahasiswa
-
4 Rekomendasi HP Layar AMOLED Paling Murah Terbaru, Nyaman di Mata dan Cocok untuk Nonton Film
-
Hasil Liga Champions: Kalahkan Bayern Muenchen, Arsenal Kokoh di Puncak Klasemen
Terkini
-
Francine PSI Tagih Janji Pramono: kalau Saja Ada CCTV yang Memadai, Mungkin Nasib Alvaro Beda
-
Rano Karno: JIS Siap Hidup Lagi, Pemprov DKI Benahi Akses dan Fasilitas Pendukung
-
KPK Sudah Terima Surat Keppres Rehabilitasi, Eks Dirut ASDP Ira Puspadewi dan Rekan Segera Bebas
-
Mulai 2026, Periksa Kehamilan Wajib 8 Kali: Cara Pemerintah Turunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi
-
KPK Ungkap Keppres Rehabilitasi Eks Dirut ASDP Ira Puspitasari Dikirim Pagi Ini
-
Menanti Keppres Turun, Keluarga Eks Dirut ASDP Ira Puspadewi Sudah Tunggu Sejak Subuh di Rutan KPK
-
Isu Pembabatan Mangrove untuk Rumah Pribadi Mencuat, Komisi IV DPR Desak Investigasi Pemerintah
-
Menkes Sesalkan Kematian Ibu Hamil di Papua, Janji Perbaikan Layanan Kesehatan Agar Tak Terulang
-
Danau Maninjau Sumbar Diserbu Longsor dan Banjir Bandang: Akses Jalan Amblas, Banyak Rumah Tersapu!
-
Terungkap! Rangkaian Kekejaman Alex, Bocah Alvaro Kiano Dibekap Handuk, Dicekik, Jasad Dibuang