Suara.com - Nyoman Sunarti masih merindukan mendiang suami dan ayah bagi anak mereka, Azka, yang sebentar lagi enam tahun usianya.
Suaminya, Dede Fredy, mengalami pendarahan di otak di Sydney, Australia.
Akhir September 2020, Dede mengalami kecelakaan ketika bekerja sebagai pengantar makanan untuk perusahaan Uber Eats.
Dede yang berasal dari Sukabumi meninggal dunia pada 27 September 2020 dalam usia 36 tahun.
Di awal tahun 2019, Dede meninggalkan Indonesia dengan harapan bisa menafkahi keluarganya.
Namun, momen tersebut menjadi terakhir kalinya istri dan anaknya melihatnya.
"Kami tidak pernah berjumpa lagi sampai suami saya meninggal," kata Nyoman kepada Natasya Salim dari ABC Indonesia.
"Saya juga sama sekali belum sempat mengunjungi makamnya di Sydney."
Menerima uang kompensasi
Keluarga Dede Fredy mengajukan kompensasi sebanyak lebih dari A$830.000 (lebih dari Rp8M) selepas kecelakaan tersebut.
Baca Juga: Masyarakat Tenang, BPJAMSOSTEK Jamin Biaya Pengobatan Kecelakaan Kerja Tanpa Batas
Namun, menurut Nyoman, uang kompensasi yang diterimanya bahkan tidak mencapai setengah dari jumlah yang diharapkan.
Dia mengaku tidak puas dengan jumlah uang yang diterimanya awal 2022 tersebut.
"Kalau saya sebisanya [jumlah uang kompensasi yang diberikan] sesuai yang diinginkan," ujar Nyoman.
"Karena saya enggak tahu biaya anak saya ke depannya berapa."
Ketika Dede masih hidup, dia mengirim A$175 (sekitar Rp1,75 juta) per minggu dari pendapatannya di Sydney untuk Nyoman dan anak mereka, Azka.
Namun, sejak meninggal, hal ini tidak lagi terjadi dan penghasilan Nyoman mengalami penurunan.
Di masa pandemi, Nyoman pun sempat dirumahkan dari pekerjaannya di hotel dan mengalami pemotongan gaji.
Karena itu, dia pulang ke kampung halamannya di pedesaan Bali untuk membantu orangtuanya yang bekerja sebagai petani sambil berjualan kue.
Nyoman berencana mengalokasikan dana kompensasi yang diterimanya untuk pendidikan Azka hingga selesai dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Ia hingga kini masih mengenang mendiang suaminya yang berjuang merantau untuk keluarga mereka.
"Almarhum suami saya orang yang baik," sambil menambahkan bahwa Dede Fredy menginginkan Azka mengenyam pendidikan yang terbaik.
"Dia menyayangi anak kami dan memberikan dirinya untuk keluarga. Dia adalah bapak yang baik."
Kesepakatan melindungi hak pekerja ekonomi gig
Kejadian yang menimpa Dede tidak hanya dialaminya sendiri. Sepanjang tahun 2020, terdapat tujuh kecelakaan pengantar makanan yang bekerja di industri ekonomi gig.
Hal ini telah mendorong Serikat Pekerja Transportasi (TWU) Australia untuk mengadvokasikan hak-hak para pekerja tersebut.
Namun dilaporkan kemarin (29/06), Uber dan TWU sudah menandatangani kesepakatan yang menjadi "jaring pengaman" bagi pekerja ekonomi gig.
Dalam perjanjian tersebut, dituturkan bagaimana kedua pihak akan menyepakati pendapatan minimum untuk pengemudi antar-jemput dan pengantar makanan.
Badan kolektif untuk mewakili pekerja ini pun akan dibentuk. Perjanjian ini juga akan dipakai sebagai mekanisme menyelesaikan perselisihan.
Direktur Utama Uber Australia Dom Taylor mengatakan perjanjian tersebut akan menciptakan keseimbangan bagi pekerja dalam hal fleksibilitas, selain memberikan perlindungan tambahan bagi pengemudi.
"Yang kami coba lakukan adalah meningkatkan kualitas kerja mandiri pengemudi antar-jemput dan pengemudi pesan-antar makanan online," ujarnya.
Michael Kane dari Serikat Pekerja Transportasi (TWU) mengatakan pekerja ekonomi gig sudah berkontribusi bagi perekonomian Australia sejak tahun 2011.
"Hukum kita sangat ketinggalan zaman. Jika Anda adalah seorang karyawan dan dikategorikan seperti itu, Anda seharusnya mendapatkan semua hak dari apa yang Anda bangun selama beberapa dekade," kata Kaine.
"[Tapi] jika Anda seorang kontraktor independen, terutama yang sangat bergantung pada entitas yang melibatkan Anda, Anda tidak mendapatkan hak dan ketentuan tersebut."
Istri Dede Fredy, Nyoman Suniarti merasa ini adalah perubahan yang menjanjikan.
"Bagus sekarang sudah diperhatikan dan pekerja lainnya sudah punya kesempatan untuk mendapat hak yang layak," kata Nyoman.
Reformasi sistem
Keluarga mantan pekerja perusahaan Hungry Panda, Xiaojun Chen, minggu ini telah menerima kompensasi A$830.000, atau hampir 9 miliar rupiah, setelah pria berusia 43 tahun itu meninggal dunia saat bekerja di Sydney pada September 2020.
Xiaojun adalah tulang punggung keluarganya yang terdiri atas istri, dua orang anak, dan ayahnya yang berusia 75 tahun di China.
Kaine mengatakan kematian mereka menunjukkan adanya kebutuhan mendesak untuk reformasi sistem.
Karena hingga saat ini, pekerja ekonomi gig tidak berhak atas tunjangan seperti upah minimum, kompensasi pekerja atau cuti sakit, karena dianggap kontraktor independen, bukan karyawan.
'Statement of Principles' atau pernyataan prinsip antara Uber dan TWU berisi kesepakatan keduanya untuk melobi pemerintah federal Australia secara langsung.
Mereka akan memperjuangkan reformasi undang-undang hubungan industrial di negara tersebut supaya melindungi para pekerja ekonomi gig.
Dom Taylor dari Uber berharap perubahan ini akan membawa pekerja ekonomi gig menuju ke arah yang lebih baik.
"Kita memiliki sistem hubungan industrial kuno yang menciptakan dikotomi [perbedaan] antara kontraktor dan karyawan," katanya.
"Fleksibilitas perlu ditukar dengan hal-hal seperti tunjangan dan perlindungan, dan menurut kami ini seharusnya tidak masalah."
Kaine setuju dan menambahkan bahwa "fleksibilitas adalah pilihan asli bagi pekerja dan bukan hanya kata kunci yang digunakan untuk menipu orang."
"Jika kita bisa sampai ke tempat di mana kita memiliki sistem yang mendukung pekerja … dan masih ada pilihan maka kita mendapatkan yang terbaik," katanya.
"Dan kita dapat memperbaharui sistem kita agar menguntungkan di masa depan."
Pemerintah federal yang baru dan pemerintah NSW telah menekankan perlunya reformasi hubungan industrial untuk melindungi pekerja ekonomi gig dengan lebih baik.
Sebagian dari artikel ini dirangkum dari laporan ABC News dalam bahasa Inggris dan laporan yang bisa dibaca di sini.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Link DANA Kaget Khusus Hari Ini, Langsung Cair Bernilai Rp135 Ribu
- Karawang di Ujung Tanduk Sengketa Tanah: Pemerintah-BPN Turun Gunung Bahas Solusi Cepat
- 5 Fakta Heboh Kasus Video Panas Hilda Pricillya dan Pratu Risal yang Guncang Media Sosial
- 14 Kode Redeem FC Mobile Hari Ini 7 Oktober 2025, Gaet Rivaldo 112 Gratis
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Istri Thom Haye Keram Perut, Jadi Korban Perlakuan Kasar Aparat Keamanan Arab Saudi di Stadion
-
3 Rekomendasi HP 1 Jutaan Kemera Terbaik, Mudah Tapi Bisa Diandalkan
-
Kontroversi Penalti Kedua Timnas Indonesia, Analis Media Arab Saudi Soroti Wasit
-
6 Rekomendasi HP Murah Baterai Jumbo 6.000 mAh, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
7 Fakta Bakengrind, Roti 'Bebas Gluten' yang Diduga Penipuan dan Membahayakan
Terkini
-
Ketua Dewan Pers Sindir Etika Pejabat: Kalau di Jepang Menteri Gagal Mundur, di Sini Maju Terus
-
Respons Kapuspen TNI Terkait Sorotan PDL Loreng Baru: Distribusi Bertahap, Diskusi Terus Berjalan
-
Bantah Ada 'Rapat Dadakan' DPR dengan Menteri Kabinet, Dasco: Itu Undangan Sudah 4 Hari yang Lalu
-
Mengapa Junta Myanmar Jatuhkan Bom ke Festival Bulan Purnama? Tewaskan 40 Warga
-
Sejumlah Menteri dan Pejabat Rapat Bersama Dasco Kamis Pagi, Ini Bahasannya!
-
Jabat Komite Eksekutif Percepatan Pembangunan Papua, Wamendagri Ribka Siap Kawal Program Pembangunan
-
Sambangi Makam Keluarga Jokowi: Refly dan Dokter Tifa Ungkap Kejanggalan Silsilah Keluarga Presiden
-
Balik Lagi ke Penjara, Kok Bisa Nadiem Makarim Sakit Ambeien sampai Mesti Dioperasi di RS?
-
10 Tips dari Guru Besar Kriminologi UI Ini Jamin Karya Jurnalis Lebih Konstruktif, Antiperpecahan
-
Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2025, Apakah Libur? Ini Ketentuan Pemerintah