Suara.com - Teknologi nuklir bisa berperan mencegah kekerdilan pada anak atau stunting di Indonesia. Hal itu bisa dilakukan dengan teknik analisis nuklir yang mampu mendeteksi kandungan nutrisi pada suatu makanan.
Hal tersebut dikatakan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Dengan mengetahui kandungan nutrisi pada makanan, maka dapat diketahui terjadinya malnutrisi pada anak.
Sehingga menjadi bahan masukan bagi upaya pencegahan kekerdilan di Indonesia.
"Teknis analisis nuklir ini memberikan hasil yang memuaskan dalam penentuan komposisi zat gizi khususnya mineral mikro dan makro," kata peneliti di Pusat Riset Teknologi Deteksi Radiasi dan Analisis Nuklir (PRTDRAN) BRIN Prof Dr Muhayatun, MT dalam keterangan yang diakses di laman resmi BRIN di Jakarta, Jumat.
Data riset hasil analisis tersebut, kata dia, akan digunakan sebagai informasi atau evaluasi status gizi pada bahan pangan dan asupan pada anak sekolah, batita (bayi di bawah tiga tahun dengan usia 2-3 tahun) atau batuta sebagai langkah awal asesmen kecukupan gizi.
Kekerdilan merupakan suatu kondisi terganggunya tumbuh kembang anak yang biasanya disebabkan oleh kekurangan nutrisi, infeksi berulang, atau stimulasi psikologis yang kurang memadai.
Muhayatun menyatakan bahwa teknik analisis nuklir mampu mendeteksi secara baik terkait dengan multi elemen yang ada di dalam sampel yang akan dideteksi.
Menurut dia yang dilakukan di analisis nuklir adalah mengedepankan teknologi berbasis nuklir khususnya yang berbasis sinar gamma yaitu metode Neutron Activation Analysis, X-ray yaitu metode X-ray Fluorescence.
Baca Juga: Perubahan Iklim Jadi Penyebab Transmisi Penyakit Infeksius
Kemudian, gabungan antara gamma ray dan X-ray yaitu Accelerator Based Ion Beam Technique maupun dengan metode yang lebih kompleks yaitu Synchrotron Radiation Technique.
Kelebihan dari teknik analisis menggunakan teknologi nuklir antara lain bersifat simultan, tidak merusak, selektif-sensitif, tidak perlu sampel yang banyak, dan juga efektif dari segi waktu.
Dikemukannya ada beberapa penyebab malnutrisi yang dialami anak-anak, diantaranya adalah kurangnya variasi makanan, pola makan kurang baik, lingkungan tidak sehat, juga permasalahan kemiskinan dan kesetaraan di Indonesia.
"Malnutrisi tidak hanya disebabkan oleh kekurangan nutrisi, namun juga bisa disebabkan oleh kelebihan asupan nutrisi ke dalam tubuh," katanya.
BRIN mengambil dan menganalisis sampel berbagai bahan makanan yang dikonsumsi oleh anak balita dari tiga daerah di Pulau Jawa yaitu Bandung Barat, Lebak dan Lamongan.
Hasil analisis menunjukkan masih banyak anak-anak yang mengalami kekurangan gizi karena jumlah mikronutrien yang dikonsumsinya masih banyak yang di bawah Angka Kecukupan Gizi (AKG) atau Recommended Dietary Allowances (RDA).
Berita Terkait
-
ESDM: Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Bukan Harga Mati untuk Transisi Energi
-
Apotek Bisa Jadi Garda Depan Edukasi dan Deteksi Dini Stunting, Begini Perannya
-
Hujan Mikroplastik, Bukti Krisis Lingkungan Kini Menyentuh Tubuh Kita
-
Rahasia Kehamilan Sehat dan Anak Cerdas: Nutrisi Mikro dan Omega 3 Kuncinya!
-
Perpres Sudah Disiapkan, Pakar Ingatkan Peluang Besar dan Risiko PLTN di Indonesia
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
Terkini
-
Targetkan 400 Juta Penumpang Tahun 2025, Dirut Transjakarta: Bismillah Doain
-
Sejarah Terukir di Samarkand: Bahasa Indonesia Disahkan sebagai Bahasa Resmi UNESCO
-
Tolak Gelar Pahlawan Soeharto, Koalisi Sipil Ungkap 9 Dosa Pelanggaran HAM Berat Orde Baru
-
Judi Online Lebih Ganas dari Korupsi? Menteri Yusril Beberkan Fakta Mengejutkan
-
Bangunan Hijau Jadi Masa Depan Real Estate Indonesia: Apa Saja Keuntungannya?
-
KPK Tangkap Gubernur Riau, PKB 'Gantung' Status Abdul Wahid: Dipecat atau Dibela?
-
Sandiaga Uno Ajak Masyarakat Atasi Food Waste dengan Cara Sehat dan Bermakna
-
Mensos Gus Ipul Tegaskan: Bansos Tunai Harus Utuh, Tak Ada Potongan atau Biaya Admin!
-
Tenaga Ahli Gubernur Riau Serahkan Diri, KPK Periksa 10 Orang Terkait OTT
-
Stop Impor Pakaian Bekas, Prabowo Perintahkan Menteri UMKM Cari Solusi bagi Pedagang Thrifting