Suara.com - Direktur Eksekutif Institute for Democracy & Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam menyebut sosok Ketua DPR yang juga Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani memiliki kendali politik di antara elit politik yang lain untuk diusung sebagai calon presiden (capres) atau calon wakil presiden (cawapres).
Puan juga memiliki kunci untuk untuk menggerakan arah koalisi PDI Perjuangan. Pasalnya, PDI Perjuangan merupakan partai yang memenuhi syarat dalam mengusung capres dan cawapres tanpa harus berkoalisi.
"Fakta menunjukkan bahwa Mbak Puan sendiri adalah mungkin satu-satunya pihak yang memiliki kendali politik yang paling riil, diantara para elit politik yang lain. Kemudian memiliki kunci langsung untuk menggerakkan koalisi 20% tersebut, fakta menunjukkan PDI P adalah the only one partai yang memiliki elektabilitas di atas 20% di pemilu 2019 yang lalu," ujar Umam dalam diskusi bertajuk 'Mengukur Peluang di 3 Figur Poros Utama di Pilpres 2024' yang digelar secara virtual, Rabu (3/8/2022).
Dosen Universitas Paramadina itu memaparkan, jika Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri memutuskan Puan sebagai capres atau cawapres, tak akan dinamika internal. Bahkan, kata Umam, tak ada perlawanan dari Kader PDI Perjuangan terkait keputusan Megawati.
"Hampir tidak ada dinamika dan perlawana dan karena karakter kepemimpinan di PDIP itu relatif mirip dengan model pendekatan yang dulu di introduce oleh bung Karno yaitu mekanisme demokrasi terpimpin," katanya.
Namun kata Umam, berbeda jauh dengan Partai Golkar yang di dalamnya cukup banyak elemen-elemen kekuatan dan kadang saling menguatkan dan kadang saling menjatuhkan. Ia pun menyinggung saat Waketum Golkar Bambang Soesatyo (Bamsoet) yang tiba-tiba menyatakan dukungan pencapresan kepada Airlangga merupakan keputusan final yang harus dijalankan.
"Bahkan juga, kadang juga, kalau misalnya dalam kompetisi bisa juga saling menjatuhkan. Kenapa kemarin nggak ada angin, nggak ada hujan Pak Bambang Susatyo menyatakan bahwa ini sudah final pencapresan Airlangga sebagai sebuah keputusan yang harus dijalankan. Tentu itu ada muatan politik yang cukup besar di sana," katanya.
Lebih lanjut, Umam menjelaskan karakter politik PDI Perjuangan akan cenderung menguatkan dari basis trah Soekarno.
Sebab, bukan hanya soal kepentingan individu, keluarga, tetapi bagian dari selling poin dari PDIP, yang memang memiliki basis pemilih loyal yang memang bisa menguatkan.
Baca Juga: Puan Maharani Bahas Subsidi Pertalite, Komentarnya Dirujak Netizen
"Kita (masyarakat) memahami mengapa misalnya ada jargon-jargon yang coba kemudian di introducer misalnya 'ojo pedot poyote' atau jangan patah akarnya. Siapa akar ini? akar ini adalah dalam konteks ini ya tradisi Soekarnoisme. Itu nah siapa yang kemudian mewarisi basis Soekarnoisme itu dalam konteks ini adalah trah Soekarno," ungkap Umam.
Meskipun secara ideologi tertentu, Umam menyebut semua kader PDIP memiliki kekuatan, kapasitas dan pemahaman yang sama dalam konteks Soekarnoisme. Selain itu kata Umam, jika melihat dari perspektif praktis, penguasaan PDI Perjuangan per hari ini juga belum terjadi perubahan signfikan.
Karena kata dia, di hampir semua survei, tak ada yang mengalami dissenting opinion dan elektabilitas tertinggi saat PDI Perjuangan.
Selanjutnya, Umam memaparkan realitas politik saat ini menunjukkan sejumlah indikator yang berpotensi menguatkan pencalonan Puan dan dominasi PDI Perjuangan.
Indikator pertama, penguasaan PDI Perjuangan pada level basis kekuatan teritorial. Apalagi jumlah kepala daerah yang dimiliki atau diusung PDI Perjuangan relatif cukup besar.
Lalu, indikator kedua yakni instrumen negara. Umam menyebut secara teoritik, tidak boleh instrumen negara dikendalikan oleh elemen kepentingan tertentu. Namun diakui atau tidak, dalam konteks politik praktis ada pengaruh signifikan.
Berita Terkait
-
Puan Maharani Bahas Subsidi Pertalite, Komentarnya Dirujak Netizen
-
Terharu Banyak yang Dukung Dirinya Jadi Capres, Muhaimin: Memberikan Semangat untuk Bekerja Lebih Keras
-
Effendi Simbolon PDIP Sebut Dorongan untuk Puan Maju Jadi Capres Semakin Kuat
-
PDIP Belum Putuskan Soal Capres Maupun Koalisi, Effendi Simbolon: Semuanya Masih Proses
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Penampakan Mobil Pengasuh Ponpes Al Khoziny usai Tertimpa Musala Roboh, Harganya Rp1 M?
-
DNA Dikirim ke Jakarta, Tim DVI Kerja Maraton Identifikasi 6 Jenazah Korban Ponpes Al Khoziny
-
Siapa Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem, Doktor Harvard dan Aktivis '66, Turun Gunung ke Pengadilan
-
Buka SPEKIX 2025, Mendagri: Ruang Merayakan Keberanian dan Kreativitas Anak Istimewa
-
Siapa Pengasuh Ponpes Al Khoziny? Publik Ramai-Ramai Tuntut Tanggung Jawab
-
Tragedi Ponpes Al Khoziny, Prabowo Perintahkan Audit Total Bangunan Pesantren Se-Indonesia
-
Angkat Para Santri Korban Reruntuhan Ponpes Al Khoziny, Seberapa Kaya Cak Imin?
-
Sudah 37 Jenazah Ditemukan di Reruntuhan Al Khoziny, Tim SAR Hadapi Ancaman Penyakit dan Beton
-
Berapa Anak Cak Imin? Angkat Santri Korban Reruntuhan Al Khoziny Jadi Anak
-
Korban Ambruknya Gedung Ponpes Al Khoziny Terus Bertambah, Tim SAR Sudah Temukan 37 Jenazah