Suara.com - Ledakan turis setelah banyak perbatasan dibuka mungkin bagus untuk bisnis, tapi bisa menjadi ancaman juga bagi tempat-tempat seperti Angkor Wat, Borobudur, dan Maya Bay di Thailand.
Pengembangan pariwisata dan banyak hotel di sekitar candi Angkor Wat di Kamboja, misalnya, berisiko terhadap struktur candi tersebut karena posisinya di atas permukaan air yang kian menyusut.
Atau seperti yang terjadi di kawasan Maya Bay di Thailand, yang pernah masuk film The Beach, yang terpaksa ditutup di tahun 2018 karena kerusakan sebagian besar karang dan kehidupan laut, sehingga menyebabkan erosi pantai.
Pada bulan April, hanya empat bulan setelah dibuka kembali untuk turis asing, Pemerintah Filipina mengatakan pemerintah daerah di kawasan pantai Boracay gagal mengendalikan jumlah orang yang datang.
Seperti Maya Bay di Thailand, Boracay sempat ditutup sementara pada tahun 2018 oleh presiden Rodrigo Duterte, dengan alasan untuk pemulihan lingkungan.
Ada sejumlah pertanyaan soal pariwisata, siapa yang diuntungkan, apa dampaknya terhadap lingkungan lokal, seperti dikatakan Fergus Maclaren, presiden Komite Pariwisata Budaya Internasional.
"Dampak sosial, dampak lingkungan, dampak budaya, benar-benar mulai berdampak pada kesejahteraan dan kesehatan lingkungan dan komunitas lokal," kata Fergus.
Ketika jumlah orang-orang mulai bepergian dan turis asing kembali bertambah, tekanan juga meningkat.
Tantangan di Pulau Komodo
Pemerintah Indonesia menemukan cara untuk memerangi dampak pariwisata, salah satunya dengan membatasi jumlah orang yang bisa mendaki Candi Borobudur.
Baca Juga: Teras Malioboro 1: Wajah Baru Malioboro yang Jadi Icon Wisata Jogja
Namun di tempat lain, seperti Taman Nasional Komodo, satu-satunya habitat komodo yang tersisa, rencana pengembangan pariwisata mengkhawatirkan para pemerhati lingkungan dan UNESCO.
Hera Oktadiana, seorang profesor di James Cook University dengan fokus penelitian soal pariwisata di Indonesia, mengatakan turis dari kalangan anak muda menjadi lebih sadar secara dampak sosial dan lingkungan.
Dr Hera mengatakan transparansi seputar proyek Komodo masih kurang dan masih banyak yang harus dilakukan untuk melibatkan masyarakat lokal dalam prosesnya, karena ini adalah bagian penting dari pariwisata berkelanjutan.
Menurut Cypri Jehan Paju Dale dari Kyoto University, dengan mengubah ekosistem hewan punah jadi tujuan wisata ditambah target lebih dari 1 juta pengunjung per tahun, Pemerintah Indonesia sepertinya memprioritaskan bisnis daripada konservasi.
Berdasarkan rencana, pengembangan pariwisata akan dikonsentrasikan di Pulau Rinca, salah satu taman nasional, yang terinspirasi dari film 'Jurassic Park'.
Dr Dale, yang juga meneliti pengembangan pariwisata di Taman Nasional Komodo, mengaku khawatir mata pencaharian penyedia pariwisata lokal berskala kecil akan terancam, karena beberapa perusahaan besar sudah diberikan izin untuk mengembangkan dan beroperasi secara eksklusif di dalam taman nasional tersebut.
"[Ini] menciptakan konflik penggunaan sumber daya antara perusahaan-perusahaan dengan masyarakat lokal, [dan] perusahaan kecil, atau individu yang bekerja dalam konservasi di bawah kerangka pariwisata berbasis masyarakat,” kata Dr Dale.
Dia mengatakan proyek tersebut tidak memiliki rencana pengelolaan konservasi yang lengkap dan khawatir pembangunannya malah akan menghancurkan habitat penting bagi komodo yang terancam punah.
"
"Ini adalah salah satu prinsip pariwisata berkelanjutan, kita bisa mendapatkan manfaat dari ekosistem ... jika kita mempertahankannya."
"
Menteri Pariwisata Indonesia, Sandiago Uno, mengatakan Pemerintah Indonesia berencana untuk berkonsultasi dengan masyarakat setempat dalam beberapa bulan mendatang.
Dia mengatakan kenaikan biaya masuk akan digunakan untuk mendanai proyek konservasi dan kerja sama dengan bisnis pariwisata lokal menjadi prioritas.
"Pemerintah ingin konservasi dan ekonomi melalui pariwisata berjalan seimbang," katanya.
Sandiaga mengatakan Pemerintah Indonesia berusaha melestarikan habitat komodo dengan memusatkan wisatawan hanya di satu area taman: Pulau Rinca.
Risiko yang dialami Angkor Wat
Ketika dunia berhenti pada Maret 2020 akibat pandemi COVID-19 dan turis tak lagi mengunjungi Angkor Wat, Sareth Duch, seorang operator tur di Kamboja mengalami mimpi buruk.
"Ini masih jadi pikiran di benak semua orang, bahkan sampai sekarang kami masih berusaha untuk sembuh," kata Sareth.
Ia mencari cara untuk mempertahankan bisnis pariwisata dan perhotelan yang sudah ia jalani selama satu dekade.
"Kami memutuskan untuk mengubah restoran untuk turis lokal kami, jadi kami menjual makanan Khmer, dan kami mempertahankan tenaga kerja kami," katanya.
Selama hampir satu tahun, penghasilan dari restoran dan tabungan bisa membuat pekerja tetap mendapat gaji.
Tapi saat turis masih belum kembali pada pertengahan 2021, Sareth mulai melepaskan staf dengan janji mereka akan dipanggil kembali ketika pariwisata internasional kembali berlanjut.
Meski banyak perbatasan internasional sudah dibuka kembali untuk pelaku perjalanan yang sudah divaksinasi, industri pariwisata di Kamboja, seperti sebagian besar di kawasan lainnya di Asia Tenggara, masih menderita.
Data yang dirilis United Nations World Tourism Organization (UNWTO) pada awal Agustus lalu menunjukkan pariwisata internasional di kawasan Asia Pasifik mengalami pemulihan paling lambat di mana pun di dunia.
Sementara kedatangan internasional di Eropa turun 30 persen, di kawasan Asia Pasifik mereka turun 90 persen.
Pemulihan yang lambat di kawasan ini sebagian besar disebabkan oleh ketergantungannya terhadap turis asal China, yang masih sulit keluar negeri karena kebijakan COVID-19 yang diterapkan di negara tersebut.
Tingkat pariwisata yang terlihat sebelum pandemi secara international diperkirakan akan tercapai lagi pada tahun 2025 atau 2026, kata Fergus dari Komite Pariwisata Budaya Internasional.
Menurutnya peningkatan ini menimbulkan pertanyaan selanjutnya apakah infrastruktur yang dibangun tujuannya untuk mengakomodir jumlah orang sebanyak itu?
Ia juga mengatakan yang juga harus ditingkatkan adalah kesadaran bahwa berada di tempat-tempat wisata merupakan sebuah 'privilage' atau keistimewaan yang dimiliki seseorang, tapi bukan menjadi hak seseorang.
Artikel ini dirangkum dan diproduksi oleh Erwin Renaldi dari laporan ABC News
Berita Terkait
-
AS Roma Tergelincir di Kandang, Gagal Ambil Puncak Klasemen Serie A Italia
-
Kata-kata Thom Haye Pecah Telur Cetak Gol di Persib Bandung
-
Inara Rusli Laporkan Dugaan CCTV Rumah Dibobol, Nama Virgoun Ikut Terseret?
-
Alexander Isak Minta Liverpool Jaga Kerendahan Hati Usai Hentikan Tren Negatif
-
Gagal Raih Poin Penuh, Arsenal Ditahan 10 Pemain Chelsea di Derby London Liga Inggris
Terpopuler
- 8 Sepatu Skechers Diskon hingga 50% di Sports Station, Mulai Rp300 Ribuan!
- Cek Fakta: Jokowi Resmikan Bandara IMIP Morowali?
- Ramalan Shio Besok 29 November 2025, Siapa yang Paling Hoki di Akhir Pekan?
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70 Persen di Foot Locker
- 3 Rekomendasi Sepatu Lari Hoka Terbaik Diskon 70 Persen di Foot Locker
Pilihan
-
Kids Dash BSB Night Run 2025 Jadi Ruang Ramah untuk Semua Anak: Kisah Zeeshan Bikin Terharu
-
Profil John Herdman, Pesaing Van Bronckhorst, Calon Pelatih Timnas Indonesia
-
Info A1! Orang Dekat Giovanni van Bronckhorst Bongkar Rumor Latih Timnas Indonesia
-
4 HP Snapdragon Paling Murah, Cocok untuk Daily Driver Terbaik Harga mulai Rp 2 Jutaan
-
Dirumorkan Latih Indonesia, Giovanni van Bronckhorst Tak Direstui Orang Tua?
Terkini
-
Tragedi Sumatra: 442 Orang Tewas, 402 Hilang dalam Banjir dan Longsor Terkini
-
Korban Jiwa Bencana di Agam Tembus 120 Orang, Puluhan Lainnya Masih Hilang
-
Sadis! Komplotan Perampok di Tangsel Keroyok Korban, Disekap di Mobil Sambil Dipaksa Cari Orang
-
AHY Pimpin Penyelamatan Korban Banjir Sumatra, Ungkap Penyebabnya Topan Tropis Langka
-
PBNU Makin Panas, Wasekjen Sebut Pemecatan Gus Yahya Cacat Prosedur: Audit Belum Selesai
-
Tangis Ira Puspadewi Kenang Gelapnya Kamar Penjara: Dihindari Teman, Cuma Bisa Ngobrol Sama Tuhan
-
Legislator Nasdem Minta Gelondongan Kayu Pasca-banjir Sumatera Diinvestigasi
-
Update Bencana Sumatera: Korban Meninggal Dunia Jadi 442 Orang
-
Wasekjen PBNU Skakmat Syuriyah: Aneh, Gus Yahya Dipecat Dulu Baru Dicari Faktanya
-
Tragedi Banjir Aceh: Korban Tewas Jadi 96 Orang, 113 Hilang, Puluhan Ribu Keluarga Mengungsi