Suara.com - Istilah Lubang Buaya identik dengan G30S PKI. Sebenarnya apa itu Lubang Buaya? Berikut rangkuman fakta Lubang Buaya yang diambil dari beberapa sumber salah satunya website jurnal ilmiah Sintesis.
Dalam abstrak di salah satu jurnal ilmiah berjudul "LUBANG BUAYA: MITOS DAN KONTRA-MITOS" terbitan Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta itu, disebutkan bahwa istilah Lubang Buaya kerap muncul di masa pemerintahan Orde Baru.
Istilah ini datang dengan narasi yang cenderung menyebarkan ketakutan, ancaman dan menyeramkan sehingga seperti yang kita ketahui, G30S PKI kini dikenal sebagai bagian dari sejarah kelam bangsa Indonesia.
Namun dalam penelusuran Sintesis, istilah Lubang Buaya yang menembus berbagai lini di Tanah Air, mulai dari sejarah, monumen, museum hingga film ternyata telah mengalami proses demitologisasi. Berikut fakta-faktanya.
Fakta Lubang Buaya (G30S PKI)
1. Mengalami Demitologisasi
Masih dari abstrak jurnal yang sama, disebutkan bahwa sastrawan Indonesia memulai proses demitologisasi dengan menciptakan kontra mitos dalam karya-karya mereka.
Sementara itu, demitologisasi adalah istilah yang digunakan oleh teolog bernama Rudolf Bultmann untuk melukiskan suatu cara agar kebenaran dasar Injil dapat diterima oleh orang-orang modern.
Demitologisasi bisa berupa tafsiran terhadap bagian-bagian sastra tertentu yang dianggap mitologis dengan menekankan kebenaran-kebenaran eksistensial yang terkandung dalam mitos itu.
Baca Juga: Profil Kolonel Untung Syamsuri, Dalang Peristiwa Berdarah G30S PKI
2. Mengandung Propaganda Politik
Peristiwa Lubang Buaya mengandung mitos yang yang memiliki unsur propaganda politik, tujuannya agar peristiwa Lubang Buaya dan G30S akan tetap dikenang sebagai tragedi nasional.
Seiring berjalannya waktu, generasi muda kini mulai terbuka untuk mempelajari pengalaman masa lalu dan hal ini perlu dilakukan agar kita bisa membuka fakta Lubang Buaya.
3. Lubang Buaya adalah Nama Kelurahan
Nama Lubang Buaya diambil dari sebuah sumur yang terletak di Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan, Cipayung, Jakarta Timur. Dulunya di lokasi ini terkanal karena adanya penampakan buaya putih hingga diyakini sebagai sarang buaya.
Kawasan itu kini sudah diubah menjadi kompleks Monumen Pancasila Sakti yang berisi Museum Paseban dan museum lainnya terkait dengan peristiwa ini. Itulah fakta Lubang Buaya yang diambil dari berbagai sumber.
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Perkuat Ekosistem Bisnis, BNI dan Anak Usaha Dorong Daya Saing UMKM di wondr JRF Expo
-
Dosen Merapat! Kemenag-LPDP Guyur Dana Riset Rp 2 Miliar, Ini Caranya
-
Lewat Bank Sampah, Warga Kini Terbiasa Daur Ulang Sampah di Sungai Cisadane
-
Tragis! Lexus Ringsek Tertimpa Pohon Tumbang di Pondok Indah, Pengemudi Tewas
-
Atap Arena Padel di Meruya Roboh Saat Final Kompetisi, Yura Yunita Pulang Lebih Awal
-
Hadiri Konferensi Damai di Vatikan, Menag Soroti Warisan Kemanusiaan Paus Fransiskus
-
Nyaris Jadi Korban! Nenek 66 Tahun Ceritakan Kengerian Saat Atap Arena Padel Ambruk di Depan Mata
-
PLN Hadirkan Terang di Klaten, Wujudkan Harapan Baru Warga di HLN ke-80
-
Geger KTT ASEAN: Prabowo Dipanggil Jokowi, TV Pemerintah Malaysia Langsung Minta Maaf
-
88 Tas Mewah Sandra Dewi Cuma Akal-akalan Harvey Moeis, Bukan Endorsement?