Suara.com - Cerita senyap Iptu Umbaran selama 14 tahun menyamar sebagai wartawan tengah menyedot perhatian publik. Betapa tidak, selama itu identitas aslinya yang merupakan seorang polisi tak ada yang mencium, bahkan orang-orang di dekatnya tak ada yang tahu.
Hingga kemudian tiba-tiba ia diangkat menjadi Kapolsek di Blora. Sontak bagi sesama rekan jurnalis yang mengenalnya kaget, bisa-bisanya pria bernama Umbaran Wibowo itu jadi Kapolsek.
Sosok Iptu Umbaran yang identitasnya sebagai intel terkuak setelah belasan tahun menyamar adalah secuil cerita dari banyak kisah para agen intelijen.
Selain Iptu Umbaran, ada satu cerita dari sosok perempuan anggota intelijen AS yang sepak terjangnya justru bikin gaduh negaranya. Sang intel tersebut bahkan sampai dituding membelot ke Iran hingga jadi buruan bekas rekannya sendiri. Begini ceritanya:
Nama aslinya adalah Monica Elfriede Witt, oleh FBI ia disebut memiliki dua nama alias yakni Fatemah Zahra atau Narges Witt. Perempuan yang lahir pada 8 April 1979 itu jadi salah satu sosok paling dicari oleh FBI.
Witt sejatinya adalah orang asli Amerika Serikat, ia lahir di El Paso, Texas. Mulanya ia adalah seorang agen kontra intelijen Angkatan Udara AS. Ia disebut belajar dan mahir bahasa Farsi.
Dia melayani Angkatan Udara AS sebagai ahli kriptologi dan penyidik kontra intelijen selama lebih dari 10 tahun. Kemudian, Witt menjadi analis intelijen untuk Booz Allen Hamilton (kontraktor pertahanan) pada 2008.
Dengan kecakapan yang ia miliki, ia kemudian dikirim ke sejumlah negara Timur Tengah untuk melakukan misi rahasia, seperti di Irak, Arab Saudi hingga Qatar. Witt bahkan memiliki julukan khusus di kalangan pemerintahan dan para pejabat intelijen AS, ia dijuluki "Wayward Storm" atau badai pembangkang.
Pada 2019 lalu ia dituduh membangkang dan berkhianat. Tuduhan itu didasarkan pada 2013, bahwa saat itu Witt mengatakan kecewa dengan pemerintah AS, meski alasannya itu masih tetap jadi misteri sampai saat ini. Hingga kemudian ia meninggalkan militer di Angkatan Udara.
Baca Juga: Soal Polemik Intel Nyamar Jadi Wartawan, Polri Jamin Kebebasan Pers Tak Terganggu
Tuduhan itu diumumkan bersamaan dengan Depertemen Kehakiman AS yang menyebut Witt telah membelot ke Iran pada Agustus 2013 untuk bekerja dengan Korps Pengawal Revolusi Islam Iran.
Witt didakwa dengan dua tuduhan spionase dan kejahatan lainnya. Jaksa menuding Witt membantu pemerintah Iran dalam upaya penangkapan yang menargetkan mantan rekannya. Penyelidik juga mengatakan dia memberi informasi rahasia kepada Iran tentang operasi intelijen Amerika. Hingga 2019 lalu, dia diyakini masih berada di Iran.
Menurut jaksa penuntut, kasus Witt adalah salah satu di antara beberapa kasus yang terjadi di AS, di mana negara asing, khususnya China telah berusaha merekrut mantan pejabat militer atau agen intelijen AS.
"Kasus yang diungkap hari ini menyoroti bahaya bagi profesional intelijen kami dan sejauh mana musuh kita akan mengidentifikasi mereka, mengekspos mereka, menargetkan mereka, dan, dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, pada akhirnya mengubah mereka melawan negara sendiri yang mereka telah bersumpah untuk melindunginya," kata kepala divisi keamanan nasional Departemen Kehakiman, John C. Demers dalam pernyataannya pada Februari 2019 lalu sebagaimana dilansir dari The New York Times.
Surat perintah penangkapan Witt dikeluarkan pada 13 Februari 2019, departemen kehakiman mengungkapkan bahwa ia juga mengambil perinciannya tentang agen-agen kontra-intelijen AS ketika pindah ke Iran pada 2013.
Mereka juga mengklaim bahwa Witt telah memberikan data kepada peretas Iran. Dalam dakwaan, empat peretas juga didakwa bersama Witt. Mereka adalah Behzad Mesri, Mojtaba Masoumpour, Mohamad Paryar, dan Hossein Parvar.
Tag
Berita Terkait
-
Soal Polemik Intel Nyamar Jadi Wartawan, Polri Jamin Kebebasan Pers Tak Terganggu
-
Mabes Polri Buka-Bukaan Terkait Intel 14 Tahun Jadi Penyusup Wartawan, Sebut Bukan hanya di Indonesia
-
Nyamar Jadi Wartawan, Segini Total Gaji Iptu Umbaran Intel yang Punya Dua Job
-
Geger! Polisi Nyamar jadi Wartawan Hingga Belasan Tahun
-
Ninu Ninu Ninu, Kisah-Kisah Intel Polisi, Nyawa Melayang saat Gagal, Jadi Kapolsek saat Sukses
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
Menkeu Purbaya Jawab Kritik, Sebut Gaya 'Koboi' Perintah Langsung dari Presiden Prabowo
-
KPK Ungkap Alasan Penghentian Kasus Lahan RS Sumber Waras
-
Praperadilan Delpedro Ditolak, Pendukung Beri Kartu Merah ke Hakim: Bebaskan Kawan Kami!
-
Tangis Histeris Ibunda Pecah di Pengadilan Usai Praperadilan Delpedro Ditolak
-
Geger Grup WA 'Mas Menteri', Pengacara Nadiem Bantah Atur Proyek Chromebook
-
Sudah Diizinkan Hakim untuk Pindah, Jaksa Agung Ngotot Minta Anak Riza Chalid 'Dikembalikan'!
-
Jakarta Punya 111 Stasiun Aktif Jaga Lingkungan, Warga Akui Pentingnya Data Valid Kualitas Udara
-
Sambangi KPK, Pelapor Ketua Bawaslu Serahkan Bukti Dugaan Korupsi Proyek Renovasi Gedung
-
Prabowo Wacanakan Bahasa Portugis Masuk Kurikulum, DPR Langsung 'Todong' Syarat: Uji Coba di NTT
-
Bikin Merinding, Video Viral Penyelamatan Pria yang Celananya Dimasuki Ular Kobra