Suara.com - Pegiat media sosial Denny Siregar menyoroti pidato Megawati Soekarnoputri di peringatan HUT ke-50 PDI Perjuangan. Pasalnya, banyak pihak yang menganggap jika bahasa yang digunakan oleh putri Presiden Soekarno ini terlalu kasar.
Bahkan, Megawati dinilai telah merendahkan Presiden Joko Widodo karena menyebut Jokowi tidak akan ada apa-apanya jika tidak bersama dengan PDI Perjuangan.
Meski banyak yang mengritik pidato pentolan partai berlambang banteng tersebut, Denny Siregar memiliki pandangan yang berbeda.
Produser film Sayap-Sayap Patah ini menyebut jika Megawati merupakan seseorang yang tidak pintar dalam mengarang kata-kata indah. Ia menilai jika ibu dari Puan Maharani memang suka berkata vulgar dan bahkan kurang elegan.
"Bu Mega setahu saya bukan orang yang pintar mengarang kata-kata indah. Kata-katanya itu selalu straight to the point," kata Denny seperti dikutip Suara.com melalui tayangan kanal YouTube 2045 TV pada Jumat (13/1/2023).
"Kadang bahasanya Bu Mega itu dianggap banyak orang terlalu vulgar, kurang elegan, nggak berkelas," sambungnya.
Meski dinilai melontarkan kata-kata kasar dalam pidatonya, Denny Siregar menyebut jika hal tersebut wajar karena Megawati merupakan 'orang lapangan', sama seperti kader-kader PDI Perjuangan lainnya termasuk Jokowi.
Oleh karena itu, pasti Jokowi bisa memahami tutur kata dan maksud dari Megawati saat berpidato.
"Melihat sejarahnya Bu Mega dan PDI Perjuangan yang dulu di masa Soeharto mereka itu terus dihantam sehingga harus hidup di pinggiran. Jadi bahasa-bahasa seperti itu wajar. Jangan bandingkan dengan bahasa orang di pelabuhan misalnya dengan orang kantoran. Itu beda banget," ujar Denny.
Baca Juga: SBY Tidak Percaya Pemimpin Harus Dipersiapkan Secara Khusus, Sindiran Halus Buat Jokowi?
"Kalau PDI Perjuangan yang terbiasa hidup dipinggiran pakai istilah-istilah yang banyak orang menganggapnya kasar, ya wajar aja, dan Pak Jokowi pasti ngerti banget itu," sambungnya.
Berita Terkait
-
Sindir Etika Demokrasi Pidato Megawati, Rocky Gerung: Bagaimana pun Pak Jokowi Masih Presiden lho!
-
Dear Bu Mega, Guntur Soekarnoputra Sebut Capres Ideal Tak Harus Keturunan Soekarno: Yang Penting...
-
Megawati Emosi! Dia dan Gus Dur Dianggap Pengkhianat Negara saat Diperiksa soal Naga Merah dan Naga Hijau
-
Jokowi Dikasihani di Depan Kader, Megawati Ingin Tunjukkan Kebijakan Presiden Tak Pernah Untungkan PDIP?
-
Didukung Jokowi Nyapres, Harta Kekayaan Yusril Ihza Mahendra Sudah 15 Tahun Belum Dilaporkan
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO