Suara.com - Anggota Provos Polsek Jatinegara, Bripka Madih kembali buka suara. Ternyata keluarganya bukan hanya menjadi penyerobotan tanah oleh mafia tanah. Namun keluarganya, termasuk dirinya juga pernah menjadi korban pengeroyokan.
Terhitung sudah 3 kali ia dikeroyok.Mirisnya lagi, bukannya pelaku pengeroyokan yang ditahan oleh polisi, justru anggota keluarganya yang menjadi korban malah ditahan oleh polisi.
“Bukan hanya penyerobotan, tapi juga ada penganiayaan, kekerasan. Sudah 3 kali tuh ane dikeroyok. Terus pernah sekeluarga kita lapor ke Polsek Pondok Gede, malah satu keluarga ditahan. Emak ditahan, Babe ditahan, Abang ditahan,” kata Madih, saat dikonfirmasi, Minggu (5/2/2023).
Madih menyebut, kekerasan dan keluarga yang dialaminya diduga dilakukan oleh oknum yang disuruh oleh mafia tanah. Hal tersebut dilakukan agar Madih sekeluarga gentar menghadapi persoalan dan menyerahkannya pad mafia tersebut.
“Intinya orang mafia ini minta tanah. Kan kurang ajar banget,“ ungkapnya.
Terbaru, lanjut Madih, dirinya mendapat kekerasan pada tanggal 23 Januari kemarin. Meski oknum mafia tanah ini mengetahui Madih sebagai anggota Polri, namun ia tetap mendapat kekerasan lantaran mereka menganggap laporan Madih soal penyerobotan lahan ini tidak juga diproses.
“Kemarin ada yang terbaru 2023, tanggal 23 ane dikeroyok sama Napis dan kawan-kawan. Mereka tahu saya anggota, mungkin meremehkan karena laporan saya aja gak diproses segala macem,” ungkapnya.
Sebelumnya diberitakan, anggota Provos Polsek Jatinegara, Bripka Madih mengaku telah mengundurkan dari institusi Polri, gegara sakit hati. Sakit hati Madih lantaran ia kecewa, menjadi korban pemerasan oleh oknum anggota Polda Metro Jaya.
Madih mengaku, pengunduran dirinya dari korps Bhayangkara, sudah sejak 3 bulan lalu.
Baca Juga: Nenek Korban Pencabulan Surati Presiden Usai Dipolisikan Pelaku, Kapolres Sukabumi Kota Buka Suara
“Sudah lama, udah tiga bulan, semenjak kecewa. Sakit hati,” ucap Madih, saat dikonfirmasi awak media, Minggu (5/2/2023).
Sakit hati Madih sendiri gegara ia merasa menjadi korban pemerasan oleh oknum penyidik Polda Metro Jaya. Saat ia melaporkan penyerobotan lahan miliknya, oknum tersebut malah meminta uang senilai Rp100 juta untuk biaya penyelidikan kepadanya.
Selain uang, madih juga dimintai hadiah tanah seluas 1.000 meter persegi, oleh penyidik yang sama. Aksi polisi peras polisi ini mencuat setelah diposting di sosial media.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Menhaj Irfan Siapkan Kanwil Se-Indonesia: Tak Ada Ruang Main-main Jelang Haji 2026
-
Tembus Rp204 Triliun, Pramono Klaim Jakarta Masih Jadi Primadona Investasi Nasional
-
Nestapa Ratusan Eks Pekerja PT Primissima, Hak yang Tertahan dan Jerih Tak Terbalas
-
Ahli Bedah & Intervensi Jantung RS dr. Soebandi Jember Sukses Selamatkan Pasien Luka Tembus Aorta
-
Wamen Dzulfikar: Polisi Aktif di KP2MI Strategis Perangi Mafia TPPO
-
Anggota DPR Ini Ingatkan Bahaya Pinjol: Banyak yang Ngira Itu Bisa Selesaikan Masalah, Padahal...
-
Gibran Wakili Prabowo di Forum KTT G20, DPR: Jangan Cuma Hadir, Tapi Ikut Dialog
-
Mahfud MD Sebut Prabowo Marah di Rapat, Bilang Bintang Jenderal Tak Berguna Jika Tidak Bantu Rakyat
-
RUU PPRT 21 Tahun Mandek, Aktivis Sindir DPR: UU Lain Kilat, Nasib PRT Dianaktirikan
-
KSPI Desak RUU PPRT Disahkan: Pekerja yang Menopang Ekonomi Justru Paling Diabaikan