Suara.com - "Saya hidup tanpa harapan di dunia, saya lelah dan muak dengan kehidupan ini. Saya khawatir nasib ibu saya yang saya tidak ketahui. Terkadang, saya lebih suka tidak berbicara dengan ibu saya, karena dia tidak mengetahui kondisi saya di sini.”
Begitu sepenggal catatan harian Rahima, seorang perempuan pengungsi asal Afghanistan yang merindukan sang Ibu di kampung halaman.
***
Di bangku pesawat, di atas langit Kabul, air mata Bibi Rahima Farhangdost, perlahan menetes. Perasaan mendung menggelayuti wanita 31 tahun ini.
Sebait pesan dari orang sang Ayah, Sayed Mohammad Husein dan Ibunya, Bibi Sabargul mondar-mandir dalam ingatan Rahima. "Kami hanya punya kamu. Kami tidak mau kamu juga meninggal. Kamu harus keluar dari sini."
Ingatan Rahima juga melayang pada sebuah peristiwa yang membawanya duduk di bangku pesawat bersama 30 orang lainnya. Aktivitasnya sebagai guru demi menghidupi keluarga menjadi penyebab pasukan Taliban hendak membunuhnya.
Tok...tok...tok!!
Bunyi ketukan pintu rumah pada pukul 1 dini hari itu membangunkan seisi penghuni rumah. Waktu itu tahun 2014. Kondisi keamanan di Afghanistan tengah berkecamuk. Pasukan Taliban berada di sejumlah wilayah, salah satunya di Provinsi Ghazni, kampung halaman Rahima.
Bibi Sabargul bergegas ke arah pintu. Ketika dibuka, dia mendapati beberapa pasukan Taliban dengan menenteng senapan seraya mencari anaknya. "Siapa anda?" tanya Bibi Sabargul.
Baca Juga: Pervez Musharraf Meninggal di Pengasingan, Akibat Penyakit Langka yang Dideritanya Menahun
"Kami memiliki urusan dengan Nona Rahima," jawab seorang dari pasukan Taliban.
Sementara itu, Rahima sudah bersiaga di pintu belakang rumah. Selepasnya, dia kabur ke rumah tetangga agar pasukan Taliban yang memburu tidak mengetahui keberadaannya. "Dia tidak di rumah," ucap Bibi Sabargul.
Mendengar jawaban itu, para pasukan Taliban tak percaya begitu saja. Salah satu dari mereka masuk ke dalam rumah untuk mencari Rahima. Namun pencarian itu tak membuahkan hasil, Rahima sudah tidak ada.
Ancaman semacam itu bukan kali pertama dialami Rahima. Aktivitasnya sehari-hari sebagai guru dan perawat membuat pasukan Taliban berang. Sebab, di negara itu perempuan dilarang bekerja dan mengenyam pendidikan.
Rahima adalah bungsu dari empat bersaudara. Dua kakak lelakinya, Sayed Nasir dan Sayed Aiwas yang berprofesi sebagai polisi telah meninggal dibunuh Taliban pada 2013 silam. Satu tahun sebelumnya, kakak perempuan Rahima, Bibi Yasamin juga tewas dibunuh pasukan yang sama ketika hendak berangkat mengajar ke sekolah.
Rahima selamat dari peristiwa mencekam malam itu. Dari rumah tetangganya, dia kabur dari Desa Haji Khan-e- Sarab, Distrik Jeghato, Provinsi Ghazni menuju Kabul.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Fakta Menarik Skuad Timnas Indonesia Jelang Duel Panas Lawan Arab Saudi
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 27 September 2025, Kesempatan Raih Pemain OVR 109-113
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
- Rumahnya Dijadikan Tempat Kebaktian, Apa Agama Krisna Mukti?
- Tak Cuma di Indonesia, Ijazah Gibran Jadi 'Gunjingan' Diaspora di Sydney: Banyak yang Membicarakan
Pilihan
-
Misi Bangkit Dikalahkan Persita, Julio Cesar Siap Bangkit Lawan Bangkok United
-
Gelar Pertemuan Tertutup, Ustaz Abu Bakar Baasyir Ungkap Pesan ke Jokowi
-
Momen Langka! Jokowi Cium Tangan Abu Bakar Ba'asyir di Kediamannya di Solo
-
Laga Klasik Timnas Indonesia vs Arab Saudi: Kartu Merah Ismed, Kemilau Boaz Solossa
-
Prabowo 'Ngamuk' Soal Keracunan MBG: Menteri Dipanggil Tengah Malam!
Terkini
-
Presiden Prabowo Sebut Kesalahan Sistem Jadi Penyebab Kebocoran Anggaran Negara
-
Game-Changer Transportasi Jakarta: Stasiun KRL Karet dan BNI City Jadi Satu!
-
Ingin Benahi Masalah Keracunan MBG, Prabowo Minta Ompreng Dicuci Ultraviolet hingga Lakukan Ini
-
Gedung Bundar Siapkan 'Amunisi' untuk Patahkan Gugatan Praperadilan Nadiem Makarim
-
Waspada! 2 Ruas Jalan di Jakarta Barat Terendam: Ketinggian Air Capai...
-
Viral SPBU Shell Pasang Spanduk 'Pijat Refleksi Rp1000/Menit', Imbas BBM Kosong
-
Tok! Lulusan SMA Tetap Bisa Jadi Presiden, MK Tolak Gugatan Syarat Capres-Cawapres Minimal Sarjana
-
Amnesty Tanggapi Pencabutan Kartu Identitas Liputan Istana: Contoh Praktik Otoriter
-
Tak Ada Damai, Penggugat Ijazah Gibran, Subhan Palal Beri Syarat Mutlak: Mundur dari Jabatan Wapres!
-
Dari OB dan Tukang Ojek Jadi Raja Properti, 2 Pemuda Ini Bikin Prabowo Hormat, Cuan Rp150 M Setahun!