Suara.com - Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) adalah sebuah partai politik yang indentik dengan salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia Nahdlatul Ulama (NU). Bahkan digadang-gadang awal mula berdirinya PKB tak lepas dari peran masyarakat Nahdliyin. Untuk mengetahui lebih jelasnya, simak pembahasan terkait sejarah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) berikut ini.
Melansir dari berbagai sumber, kelahiran pantai politik berlambang bola dunia yang dikelilingi 9 bintang ini disebut tidak bisa lepas dari sosok Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Sejarah partai politik yang lekat dengan warga Nahdlatul Ulama (NU) ini resmi berdiri di masa reformasi, sampai saat ini.
Kini, nama besar NU kembali dikaitkan dengan politik setelah Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, resmi menjadi bakal calon wakil presiden (cawapres) mendampingi bakal calon presiden (capres) Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Anies Baswedan.
Sejarah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
Melansir dari laman resmi PKB, pkb.id, sejarah PKB dimulai pada tanggal 23 Juli 1998. Partai ini digagas oleh para kiai dari Nahdlatul Ulama. Beberapa diantaranya yaitu Munasir Ali, Abdurrahman Wahid, Ilyas Ruchiyat, Mustofa Bisri, dan A Muhith Muzadi.
Diketahui, Parpol ini didirikan setelah berakhirnya masa pemerintahan Orde Bru. Saat itu, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mendapat banyak usulan dari masyarakat NU di seluruh pelosok Tanah Air.
Kemudian, sejarah PKB dimulai ketika ada yang mengusulkan supaya PBNU membentuk sebuah partai politik, mengusulkan nama parpol, lambang parpol, hingga pengurusnya. Setidaknya, ada sekitar 39 usulan nama untuk parpol PBNU ini, termasuk Nahdlatul Ummah, Kebangkitan Umat, dan yang terakhir Kebangkitan Bangsa.
Kelahiran PKB
Dengan adanya beragam usulan ini, tokoh PBNU kemudian menyikapinya dengan sangat hati-hati. Lantaran, berdasarkan hasil Muktamar yang ke-27 di Situbondo pada tahun 1984, NU dinyatakan sebagai organisasi masyarakat yang tidak pernah melakukan kegiatan politik, maupun terkait dengan partai politik.
Baca Juga: Di Hadapan Barikade Gus Dur, Yenny Wahid: Tunggu Bulan Oktober, Saya Umumkan ke Mana Arah Kita
Dari sini, PBNU dinilai belum bisa memenuhi keinginan masyarakat, dan sejumlah kalangan NU pin mulai mendeklarasikan berdirinya parpol yang bertujuan untuk mewadahi sejumlah aspirasi masyarakat setempat. Lahirlah beberapa partai seperti Partai Bintang Sembilan di Purwokerto dan Partai Kebangkitan Ummat di Cirebon.
Selepas itu, PBNU melakukan Rapat Harian Syuriyah pada tanggal 3 Juni 1998. Hasilnya dibentuklah Tim Lima dengan tugas utama untuk memenuhi berbagai aspirasi dari warga NU. Tim Lima ini diketuai oleh KH Ma'ruf Amin, dengan beranggotakan, KH M Dawam Anwar, Dr KH Said Aqil Siroj, HM Rozy Munir, serta Ahmad Bagdja.
Seiring dengan tingginya keinginan warga NU untuk membentuk parpol, maka digelarlah rapat kembali pada tanggal 29 Juni 1998. Melalui Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU ini, Tim Lima kemudian diperkuat dengan dibentuknya Tim Asistensi. Tim Asistensi diketuai oleh Arifin Djunaedi (Wakil Sekjen PBNU), yang ditugaskan untuk membantu Tim Lima.
Selang beberapa waktu, tepatnya tanggal 22 Juni 1998, Tim Lima dan Tim Asistensi melakukan sebuah pertemuan untuk mengelaborasikan tugas-tugas mereka. Selanjutnya antara tanggal 26-28 Juni 1998, kedua tim tersebut kembali melakukan rapat.
Hasil pertemuan kedua ini untuk menyusun rancangan awal pembentukan sebuah parpol. Akan tetapi, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur merasa bimbang dengan adanya usulan untuk pendirian parpol ini. Lantaran, usulan ini terkesan mengaitkan agama dengan politik partai.
Arti Lambang PKB
Berita Terkait
-
Pasca Deklarasi Bakal Cawapres Anies, Cak Imin Lakukan Ziarah Makam Wali Songo
-
Dari Pengamat Politik, Politisi PDIP Hingga Golkar Kompak Kecam KPK yang Dinilai 'Jegal' Cak Imin
-
Cak Imin Kasih Keterangan usai Diperiksa KPK: Saya Sudah Jelaskan Semua
-
Lika-liku Anies Baswedan Lebih Pilih Cak Imin dan Depak AHY: Rapat Sampai Gebrak Meja
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Gak Perlu Mahal, Megawati Usul Pemda Gunakan Kentongan untuk Alarm Bencana
-
5 Ton Pakaian Bakal Disalurkan untuk Korban Banjir dan Longsor Aceh-Sumatra
-
Kebun Sawit di Papua: Janji Swasembada Energi Prabowo yang Penuh Risiko?
-
Bukan Alat Kampanye, Megawati Minta Dapur Umum PDIP untuk Semua Korban: Ini Urusan Kemanusiaan
-
Tak Mau Hanya Beri Uang Tunai, Megawati Instruksikan Bantuan 'In Natura' untuk Korban Bencana
-
Jaksa Bongkar Akal Bulus Proyek Chromebook, Manipulasi E-Katalog Rugikan Negara Rp9,2 Miliar
-
Mobil Ringsek, Ini 7 Fakta Kecelakaan KA Bandara Tabrak Minibus di Perlintasan Sebidang Kalideres
-
Giliran Rumah Kajari Kabupaten Bekasi Disegel KPK
-
Seskab Teddy Jawab Tudingan Lamban: Perintah Prabowo Turun di Hari Pertama Banjir Sumatra
-
7 Fakta Warga Aceh Kibarkan Bendera Putih yang Bikin Mendagri Minta Maaf