Suara.com - Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) Sudrajad Djiwandono bongkar cerita mengapa ia harus diberhentikan dari jabatannya di detik-detik keruntuhan Orde Baru (Orba).
Sudrajad Djiwandono merupakan Gubernur BI ke-10. Ia memimpin bank sentral dari Maret 1993 hingga Februari 1998. Sudrajad notabene ialah kakak ipar dari capres nomor urut 02, Prabowo Subianto.
Sudrajad berstatus sebagai suami dari salah satu anak Biantiningsih Miderawati. Bianti merupakan anak pertama dari Soemitro Djojohadikusumo dan Dora Marie Sigar.
Baca juga:
Sudrajad memimpin Bank Indonesia di tengah badai ekonomi yang mengguncang negara-negara dunia era 1998. Badai ekonomi itu yang kemudian menjadi titik awal terjadinya krisis moneter dan membuat kekuasaan Orba selama 32 tahun runtuh.
Saat menjadi bintang tamu di kanal Youtube ROSI, Sudrajad menceritakan mengapa ia harus menjadi pelarian sama seperti adik iparnya, Prabowo Subianto jelang kejatuhan Orde Baru.
"Pada waktu saya jadi Gubernur Bank Indonesia, saya harus mengelola yang bertugas menghadapi perkembangan yang sedang bergejolak waktu itu di dunia moneter, di dunia perbankan. Ini yang menyebabkan harus putar otak, dalam beberapa bulan hampir tidur di kantor," cerita Sudrajad seperti dikutip, Jumat (29/3).
Sudrajad menjelaskan hal itu ia lakukan bersama rekan-rekannya demi memikirkan cara bagaimana agar Indonesia bisa selamat dari badai ekonomi yang saat itu sudah menumbangkan banyak negara.
Baca juga:
Baca Juga: Sengketa Pilpres 2024, Otto: Kalau Dia Minta Menteri, Kami Juga Minta Ibu Megawati Dipanggil
Diceritakan oleh Sudrajad bahwa dirinya saat itu sangat grogi melihat bagaiaman penurunan nilai rupiah terhadap dollar AS yang begitu cepat. Kondisi ini jelas mengkhawatirkan karena penurunan mata uang ini membuat cadangan devisa Indonesia menjadi berkurang.
"Dalam beberapa bulan, rupiah terdepresiasi beberapa persen. Jadi sebagai gubernur BI saya sangat grogi rasanya karena melihat penurunan dari cadangan yang kita miliki," jelasnya.
Bagi Sudrajad jika mengingat momentum tahun itu, ia merasakan bahwa hal tersebut jadi cobaan berat baginya dan sejumlah rekan. Apalagi kemudian Sudrajad mengambil langkah berani yang banyak dikatakan sebagai perbuatan melawan Presiden Soeharto.
Sudrajad Djiwandono mengambil keputusan untuk menutup sejumlah bank di Indonesia yang memiliki nilai kapital sangat kurang dari persyaratan. Sudrajad menyebut setidaknya ada 16 bank yang saat itu ia tutup.
Nahas bagi Sudrajad, 3 dari 16 bank yang ia tutup itu ternyata milik dari keluarga Soeharto. Sudrajad mengatakan bahwa itu sebagai ketidakberuntungannya.
"Ada Bank Jakarta, itu milik Probosutedjo, adik beliau (Soeharto), Bank Andromeda, 25 persen (sahamnya) milik perusahaan Bambang Tri putra Presiden dan Bank Industri milik Titiek Prabowo, sebetulnya juga ipar saya," jelas Sudrajad.
Berita Terkait
-
Sengketa Pilpres 2024, Otto: Kalau Dia Minta Menteri, Kami Juga Minta Ibu Megawati Dipanggil
-
Otto Hasibuan Lawan Balik Usulan Hadirkan Sri Mulyani-Risma di MK: Kami Minta Ibu Megawati Dipanggil, Mau Gak?!
-
Gerindra Sebut Komunikasi Terus Jalan, Sinyal PDIP Bakal Merapat ke Prabowo-Gibran?
-
Tanggapi Gugatan Ganjar-Mahfud, Tim Hukum Prabowo-Gibran Singgung Pencalonan Gibran di Solo Didukung PDIP
-
Duduk Satu Meja Saat Buka Puasa di Istana, Ketum Projo Tepis Rumor Hubungan Jokowi dan Prabowo Retak Pasca Pilpres
Terpopuler
- 4 Sepatu Lokal Senyaman On Cloud Ori, Harga Lebih Terjangkau
- 5 Body Lotion Niacinamide untuk Cerahkan Kulit, Harganya Ramah Kantong Ibu Rumah Tangga
- Menguak PT Minas Pagai Lumber, Jejak Keluarga Cendana dan Konsesi Raksasa di Balik Kayu Terdampar
- 5 HP Murah Terbaik 2025 Rekomendasi David GadgetIn: Chip Mumpuni, Kamera Bagus
- 55 Kode Redeem FF Terbaru 9 Desember: Ada Ribuan Diamond, Item Winterlands, dan Woof Bundle
Pilihan
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
-
PT Tusam Hutani Lestari Punya Siapa? Menguasai Lahan Hutan Aceh Sejak Era Soeharto
-
Harga Minyak Melonjak: AS Sita Kapal Tanker di Lepas Pantai Venezuela
Terkini
-
Polisi Buka Peluang Tersangka Baru dalam Tragedi Kebakaran Ruko Terra Drone
-
Puslabfor 'Bongkar' Ulang TKP Kebakaran, Buru Bukti Jerat Bos Terra Drone
-
Korban Tewas Bencana di Agam Tembus 192 Orang, 72 Masih Hilang
-
Lonjakan Pemilih Muda dan Deepfake Jadi Tantangan Pemilu 2029: Siapkah Indonesia Menghadapinya?
-
MKMK Tegaskan Arsul Sani Tak Terbukti Palsukan Ijazah Doktoral
-
Polisi Kembali Lakukan Olah TKP Terra Drone, Apa yang Dicari Puslabfor?
-
MyFundAction Gelar Dapur Umum di Tapsel, Prabowo Janji Rehabilitasi Total Dampak Banjir Sumut
-
Ikuti Arahan Kiai Sepuh, PBNU Disebut Bakal Islah Demi Akhiri Konflik Internal
-
Serangan Kilat di Kalibata: Matel Diseret dan Dikeroyok, Pelaku Menghilang dalam Sekejap!
-
10 Saksi Diperiksa, Belum Ada Tersangka dalam Kasus Mobil Berstiker BGN Tabrak Siswa SD Cilincing