Suara.com - Kurikulum Merdeka Belajar merupakan bentuk tindakan politisasi pendidikan. Pernyataan tersebut disampaikan pengamat pendidikan Darmaningtyas.
Menurutnya hal tersebut nampak jelas dengan pemberian label kurikulum yang sengaja diberi label 'Merdeka Belajar'. Padahal, kata Darmaningtyas, pemerintah sebelumnya tidak pernah spesifik memberikan label kurikulum.
Sementara kurikulum Merdeka Belajar ini seolah-olah sudah menjadi 'produk' dari Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim.
"Kurikulum tidak boleh bermerek. Kalau kurikulum Merdeka itu otomatis merek Nadiem. Kurikulum itu harus generik, bersifat nasional. Tidak melekat pada individu pembuat kebijakan," kata Darmaningtyas kepada Suara.com dihubungi Senin (22/7/2024).
Dia memprediksi nantinya nama kurikulum Merdeka Belajar itu bisa jadi kembali diubah bila Mendikbudristek berganti.
Padahal, merujuk dari kebijakan sebelumnya, kurikulum maupun kebijakan Pendidikan hanya dinamai berdasarkan tahun pembuatan kebijakan.
Dia mencontohkan berbagai kurikulum pendidikan yang pernah ada selalu merujuk pada tahun pembuatannya. Seperti kurikulum 1947, 1968, 1975, 1984, 1994, 2006, dan 2013.
"Ini lebih netral. Oleh karena itu, saya berharap ganti Menteri nanti kurikulum yang bermerk itu tidak boleh dilanjutkan, selagi belum melangkah jauh," ujarnya.
Dia menyampaikan bahwa perubahan kurikulum memang wajar saja terjadi, seiring mengikuti perkembangan zaman. Hanya saja, menurutnya, tidak seharusnya kurikulum pendidikan diberi label tertentu.
"Ini bukan hanya politisasi, tapi kapitalisasi juga. Karena dengan mencanangkan kurikulum Merdeka Belajar, mencanangkan seri-seri, tayang lewat online misalnya, menurut saya, itu bagian dari proses kapitalisasi," tuturnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Berapa Harga Mobil Bekas Toyota Yaris 2011? Kini Sudah di Bawah 90 Juta, Segini Pajaknya
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
Pilihan
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
-
Sesaat Lagi! Ini Link Live Streaming Final Futsal ASEAN 2025 Indonesia vs Thailand
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
Terkini
-
Mendagri: Pemerintah Siapkan Bantuan Renovasi dan Hunian bagi Warga Terdampak Bencana Sumatra
-
Kemendagri Kirim 1.054 Praja IPDN ke Aceh untuk Pulihkan Desa Terdampak Bencana
-
Profil Amal Said, Dosen Viral Ludahi Pegawai Kasir Terancam Dipenjara
-
Bundaran HI Siap Sambut Tahun Baru 2026, Panggung Hampir Selesai
-
Begini Kata Hasto Soal Sejumlah Ketua DPD PDIP Masih Rangkap Jabatan di Partai
-
Kecelakaan Beruntun di Tol Dalam Kota, Arus Arah Slipi Macet Panjang hingga 4 Kilometer!
-
Bukti Kehadiran Negara, Kemen PU Turun Langsung Bersihkan Pesantren Darul Mukhlisin
-
Waketum PAN Sebut Pilkada Lewat DPRD Layak Dipertimbangkan: Bisa Tekan Politik Uang dan Dinasti
-
Wakil Ketua MPR Eddy Soeparno Singgung Sila ke-4: Pilkada Lewat DPRD Layak Dikaji dan Konstitusional
-
KPK Sebut Penyidikan Kasus Haji Segera Rampung, Bagaimana Nasib Gus Yaqut hingga Bos Maktour?