Suara.com - Kepala Divisi Psikiatri Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kristiana Siste Kurniasanti tak setuju bila pemerintah memberi bansos kepada pengguna judi online (judol).
Dokter spesialis kejiwaan itu menyampaikan bahwa memberikan uang tunai kepada pengguna judol justru membuat tingkat kecanduan jadi lebih parah. Sehingga tidak bisa menjadi solusi dalam menangani hal tersebut.
"Bansos memberikan uang bukan sesuatu yang menjawab permasalahan. Dari pattern perilaku yang kita dapatkan dari mereka yang berjudi online, mereka mendapatkan bantuan dari keluarga lalu mendapatkan gaji, itu memicu mereka untuk berjudi kembali, bukannya berpikir untuk melunasi utang," kata Kristiana dalam diskusi media secara virtual, Jumat (26/7/2024).
Kristiana mengungkapkan, kebiasaan pecandu judol saat menerima uang akan terpacu untuk kembali berjudi. Kondisi itu terjadi lantaran masih terjadi gangguan fungsi otak berupa tidak mampu berpikir rasional.
"Misalnya, dia akan berpikir dulu pernah taruhan dengan Rp 500 ribu lalu dapat Rp 80 juta. Sekarang pegang uang satu juta, dan berharap bisa dapat Rp 150 juta. Jadi yang muncul itu pikiran yang salah, yang masih dominan adalah pikiran irasional," papar Kristiana.
Kecanduan judol sendiri telah disebut sebagai gangguan psikologis yang bahkan sama parahnya seperti pecandu narkoba. Sehingga penangan pecandu judol juga perlu dilakukan dengan terapi medis.
"Bansos bukan solusi. Penyelesaiannya adalah tata laksana bagaimana mereka mendapatkan layanan terapi, asuransi kesehatan yang masuk dalam JKN untuk mendapatkan layanan," usulnya.
Penanganannya juga perlu dilakukan lintas sektoral, tak hanya dari sisi kesehatan. Kristiana meminta agar pemerintah sigap menangani situs maupun aplikasi judol yang masih mudah diakses siapa pun lewat ponsel.
"Bagaimana bisa memblok website seperti di luar negeri sehingga tidak bisa diakses," ujarnya.
Baca Juga: Dokter Spesialis Jiwa RSCM Sebut Pasien Kecanduan Judi Online Naik Tajam, Kebanyakan Gen X?
Tindakan itu penting untuk membantu pecandu judol yang sedang jalani terapi tidak alami kekambuhan. Sehingga bisa sembuh lebih cepat dari kecanduannya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Perkuat Ekosistem Bisnis, BNI dan Anak Usaha Dorong Daya Saing UMKM di wondr JRF Expo
-
Dosen Merapat! Kemenag-LPDP Guyur Dana Riset Rp 2 Miliar, Ini Caranya
-
Lewat Bank Sampah, Warga Kini Terbiasa Daur Ulang Sampah di Sungai Cisadane
-
Tragis! Lexus Ringsek Tertimpa Pohon Tumbang di Pondok Indah, Pengemudi Tewas
-
Atap Arena Padel di Meruya Roboh Saat Final Kompetisi, Yura Yunita Pulang Lebih Awal
-
Hadiri Konferensi Damai di Vatikan, Menag Soroti Warisan Kemanusiaan Paus Fransiskus
-
Nyaris Jadi Korban! Nenek 66 Tahun Ceritakan Kengerian Saat Atap Arena Padel Ambruk di Depan Mata
-
PLN Hadirkan Terang di Klaten, Wujudkan Harapan Baru Warga di HLN ke-80
-
Geger KTT ASEAN: Prabowo Dipanggil Jokowi, TV Pemerintah Malaysia Langsung Minta Maaf
-
88 Tas Mewah Sandra Dewi Cuma Akal-akalan Harvey Moeis, Bukan Endorsement?