Suara.com - Di tengah perang yang berkepanjangan di Gaza, ribuan anak-anak termasuk Yasmine al-Shanbari, yang berusia tiga tahun, menderita penyakit kulit tanpa ada tanda-tanda kesembuhan. Kekurangan obat-obatan dan terbatasnya operasional rumah sakit di daerah yang dikepung Israel ini memperburuk kondisi kesehatan mereka.
Selama sepuluh bulan terakhir, konflik antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas telah menghancurkan infrastruktur penting di Jalur Gaza. Akibatnya, wilayah ini mengalami kekurangan air bersih, obat-obatan, dan penumpukan limbah, yang memicu berbagai penyakit kulit dan masalah kesehatan lainnya.
Ayah Yasmine, Ahmed al-Shanbari, merasa tidak berdaya melihat putrinya menderita bercak-bercak merah dan gatal di wajahnya.
"Penyakit ini sudah ada hampir 10 hari dan belum hilang," ungkapnya saat memangku Yasmine di sebuah sekolah yang rusak parah di kamp pengungsi Jabalia, Gaza utara.
Kondisi lingkungan yang tidak higienis dengan sampah membusuk dan serangga yang beterbangan memperburuk situasi mereka.
Di Rumah Sakit Kamal Adwan, Ammar al-Mashharawi, balita berusia dua tahun, juga menderita ruam merah di seluruh tubuhnya.
Ayahnya, Ahmed, mengungkapkan kesulitannya dalam mencari perawatan medis bagi anaknya.
"Kami orang dewasa entah bagaimana bisa bertahan, tetapi anak-anak, semoga Tuhan menolong mereka, tidak memiliki makanan atau obat-obatan," katanya.
Dr. Wissam al-Sakani dari Rumah Sakit Kamal Adwan menyatakan bahwa penyakit kulit bukan satu-satunya ancaman kesehatan yang dihadapi warga Gaza.
Baca Juga: Gagal Lolos, Kenapa Malaysia Gelar Pertandingan Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026?
"Kemarin kita berbicara tentang hepatitis, dan hari ini kita berbicara tentang penyakit kulit menular. Setiap hari ada penyakit baru yang menyebar di kalangan anak-anak," jelasnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan penyebaran penyakit seperti Hepatitis A dan polio di kalangan anak-anak Gaza.
Laporan WHO sebelumnya menyoroti risiko tinggi penyebaran penyakit menular karena kekurangan air dan sistem pembuangan limbah yang runtuh di Gaza. Limbah menumpuk di jalanan dan akses ke fasilitas dasar seperti toilet menjadi tantangan besar bagi penduduk.
Pihak Israel membantah bertanggung jawab atas keterlambatan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza, menyatakan bahwa PBB dan organisasi lain bertanggung jawab atas distribusi bantuan tersebut.
Hingga saat ini, jumlah korban tewas di Gaza terus meningkat, dengan hampir 40.000 warga Palestina kehilangan nyawa, menurut otoritas Gaza. Konflik ini bermula ketika Hamas melancarkan serangan ke Israel pada 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang, berdasarkan data dari Israel.
Berita Terkait
-
Gagal Lolos, Kenapa Malaysia Gelar Pertandingan Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026?
-
Tolak Embargo! Kamala Harris Dukung Pengiriman Senjata ke Israel
-
Panas! Houthi Berjanji Balas Serangan Israel di Pelabuhan Hodeida
-
Israel Klaim Telah Lenyapkan Seorang Pejabat Senior Hamas di Jalur Gaza
-
Israel Kena Blacklist di Peringatan Bom Hiroshima Nagasaki, AS dan Uni Eropa 'Ngambek' Ancam Tak Datang
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah untuk Aktivitas Harian Pemula, Biaya Operasional Rendah
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 7 Rekomendasi Bedak Padat Anti Dempul, Makeup Auto Flawless dan Anti Cakey
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 8 Desember 2025, Klaim Skin Langka Winterlands dan Snowboard
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
Pilihan
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Shell hingga Vivo sudah Ajukan Kuota Impor 2026 ke ESDM: Berapa Angkanya?
-
Kekhawatiran Pasokan Rusia dan Surplus Global, Picu Kenaikan Harga Minyak
-
Survei: Kebijakan Menkeu Purbaya Dongkrak Optimisme Konsumen, tapi Frugal Spending Masih Menguat
Terkini
-
Mensos Sebut Donasi Bencana Boleh Disalurkan Dulu, Izin dan Laporan Menyusul
-
Usai dari Pakistan, Prabowo Lanjut Lawatan ke Moscow, Bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin
-
Tragedi Terra Drone: Kenapa 22 Karyawan Tewas? Mendagri Siapkan Solusi Aturan Baru
-
Solidaritas Nasional Menyala, Bantuan Kemanusiaan untuk Sumatra Tembus 500 Ton
-
Nestapa Korban Tewas di Kebakaran Kantor Drone, KemenPPPA Soroti Perlindungan Pekerja Hamil
-
Ketua DPD RI Soal Bencana Sumatera Masih Tutup Keran Bantuan Asing: Bangsa Kita Masih Mampu
-
Kebakaran Gedung Terra Drone Jadi Alarm, Mendagri Panggil Kepala Daerah Bahas Izin Bangunan
-
Geger PBNU: Klaim Restu Ma'ruf Amin Dibantah Keras Keluarga, Siapa yang Sah?
-
Respons Gerakan 'Patungan Beli Hutan', Ketua DPD RI: Itu Sebenarnya Pesan Kepada Negara
-
Satpol PP Tindak Rumah Makan dan Tempat Pemotongan Anjing di Jakarta Timur