Suara.com - Desakan kepada Iran agar menahan diri dari serangan Israel terus dikumandangkan sejumlah negara, seperti Amerika Serikat (AS), Prancis dan Jerman.
Hal itu tentunya menjadi pertanyaan besar, kenapa Amerika Serikat, Prancis dan Jerman tidak mendesak Israel agar menyudahi gencatan senjata hingga menyebabkan kondisi memburuk di Timur Tengah.
Berdasarkan pemberitaan yang diterbitkan Pemerintah Inggris, desakan agar Iran menahan diri oleh AS, Prancis dan Jerman diklaim untuk tidak memperburuk situasi di Timur tengah.
"Kami mendesak Iran dan sekutunya untuk menahan diri dari serangan yang akan semakin memperburuk ketegangan regional dan membahayakan kesempatan untuk menyepakati gencatan senjata serta pembebasan sandera," demikian bunyi pernyataan bersama itu.
"Mereka (Iran dan sekutunya) akan bertanggung jawab atas tindakan yang membahayakan kesempatan untuk perdamaian dan stabilitas. Tidak ada negara atau bangsa yang akan mendapatkan keuntungan dari eskalasi lebih lanjut di Timur Tengah," bunyi pernyataan tersebut lebih lanjut.
Para pemimpin negara-negara itu mengatakan bahwa mereka prihatin dengan perkembangan ketegangan di wilayah Timur Tengah dan bersatu dalam "komitmen untuk de-eskalasi dan stabilitas regional."
"Kami, para pemimpin Prancis, Jerman, dan Inggris, menyambut baik kerja tanpa henti dari mitra kami di Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat menuju kesepakatan mengenai gencatan senjata dan pembebasan sandera," kata pihak-pihak tersebut dalam pernyataannya.
Gerakan Palestina Hamas telah menolak undangan dari Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir untuk berpartisipasi dalam putaran akhir pembicaraan dengan Israel mengenai gencatan senjata di Jalur Gaza, yang dijadwalkan pada 15 Agustus, lapor portal Axios, mengutip pernyataan gerakan tersebut.
Pekan lalu, Presiden Mesir Abdel Fattah Sisi mengumumkan bahwa Mesir, Qatar, dan AS telah mengeluarkan pernyataan yang mendesak Israel dan Hamas untuk melanjutkan pembicaraan gencatan senjata pada 14-15 Agustus. Para pemimpin ketiga negara menyatakan kesiapan untuk mengajukan proposal akhir guna menjamin gencatan senjata.
Baca Juga: Cahaya Utara Menari di Atas Amerika, Hujan Meteor Perseid Tambah Semarak Langit Malam
Sebelumnya pada akhir Juli, tentara Israel (IDF) telah melancarkan serangan udara terhadap sebuah bangunan tempat tinggal di pinggiran selatan Beirut, menewaskan komandan Hizbullah Fuad Shukr.
Sementara itu, pemimpin politik gerakan Palestina Hamas, Ismail Haniyeh, dibunuh di kediamannya di Teheran tak lama kemudian. Gerakan Palestina menuduh Israel membunuh Haniyeh dan bersumpah akan membalas dendam.
NBC News melaporkan, mengutip seorang pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya, bahwa negara Yahudi tersebut sedang bersiap untuk kemungkinan serangan berkepanjangan oleh Hamas dan Hizbullah yang ingin membalas kematian para pemimpin mereka.
Sebelumnya pada 7 Oktober 2023, Israel menjadi sasaran serangan roket yang belum pernah terjadi sebelumnya dari Jalur Gaza yang dikuasai Hamas.
Selain itu, pejuang Hamas menyusup ke daerah perbatasan, menembaki militer dan warga sipil, serta mengambil lebih dari 200 sandera.
Menurut Israel, sekitar 1.200 orang tewas. IDF kemudian meluncurkan Operasi Pedang Besi di Jalur Gaza dengan tujuan yang dinyatakan untuk menghancurkan Hamas dan membebaskan para sandera.
Berita Terkait
Terpopuler
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
- Ditunjuk Jadi Ahli, Roy Suryo Siapkan Data Akun Fufufafa Dukung Pemakzulan Gibran
Pilihan
-
Belajar dari Cinta Kuya: 5 Cara Atasi Anxiety Attack Saat Dunia Terasa Runtuh
-
Kritik Menkeu Purbaya: Bank Untung Gede Dengan Kasih Kredit di Tempat yang Aman
-
PSSI Diam-diam Kirim Tim ke Arab Saudi: Cegah Trik Licik Jelang Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
Pemain Eropa Telat Gabung, Persiapan Timnas Indonesia Terancam Kacau Jelang Hadapi Arab Saudi
-
STY Sudah Peringati Kluivert, Timnas Indonesia Bisa 'Dihukum' Arab Saudi karena Ini
Terkini
-
Kasus Korupsi Sritex Resmi Masuk Meja Hijau, Iwan Lukminto Segera Diadili
-
Pesan Mendalam Jelang Putusan Gugatan UU TNI: Apakah MK Bersedia Berdiri Bersama Rakyat?
-
Pemerintah Finalisasi Program Magang Nasional Gaji Setara UMP Ditanggung Negara
-
Korupsi Bansos Beras: Kubu Rudy Tanoesoedibjo Klaim Sebagai Transporter, KPK Beberkan Bukti Baru
-
Polisi Ringkus 53 Tersangka Rusuh Demo Sulsel, Termasuk 11 Anak di Bawah Umur
-
DPR Acungi Jempol, Sebut KPU Bijak Usai Batalkan Aturan Kontroversial
-
Manuver Comeback dari Daerah: PPP Solok 'Sodorkan' Epyardi Asda untuk Kursi Ketua Umum
-
Mengapa Penculik Kacab Bank BUMN Tak Dijerat Pasal Pembunuhan Berencana? Ini Logika Hukum Polisi
-
PT Gag Nikel di Raja Ampat Kembali Beroperasi, Komisi XII DPR: Tutup Sebelum Cemari Geopark Dunia!
-
KPK Dinilai 'Main Satu Arah', Tim Hukum Rudy Tanoe Tuntut Pembatalan Status Tersangka