Suara.com - Solidaritas Keadilan untuk Tobias Silak (SPKTS) menggelar aksi damai di Goa Maria, Gereja Katolik Kristus Sabat Kita (KSK) Bukit Meriam, Nabire, Papua Tengah, Jumat (11/10/2024).
Dalam aksi solidaritas tersebut diisi dengan menyalakan seribu lilin, refleksi doa, dan diskusi terbuka. Aksi tersebut dilakukan dalam rangka memperjuangkan hak asasi manusia dan menuntut pertanggungjawaban atas kasus penembakan yang menimpa Tobias Silak.
"Kami di Nabire juga melakukan aksi yang sama dalam rangka mendukung perjuangan Keadilan untuk Tobias Silak yang sedang di perjuangkan entah itu di jalur hukum," kata salah satu peserta aksi, Yohanes Gobai.
Ia menggambarkan bahwa situasi di Nabire tak ubahnya dengan Yahukimo, tempat di mana Tobias menjadi korban.
"Penembakan dan kriminalisasi tanpa alasan sering terjadi di sini. Kasus ini bukan hanya tentang Tobias, tetapi tentang kita semua," lanjutnya.
Gobai juga menyinggung kejadian serupa juga terjadi di Intan Jaya dengan pola kekerasan yang terus berulang.
"Masyarakat Papua terus menghadapi ancaman intimidasi, pembunuhan, dan penembakan tanpa alasan yang jelas. Ini bukan hanya persoalan hukum, tapi persoalan kemanusiaan yang mendesak," tambahnya.
Lebih dari sekadar aksi protes, solidaritas ini mencerminkan rasa persatuan antara masyarakat Yahukimo dan Nabire, melampaui batas-batas suku, ras, agama, dan budaya.
"Yang tertinggi dari semua ini adalah kemanusiaan," tegas Gobai.
Baca Juga: Plt Bupati Nabire Ingatkan ASN Bijak Gunakan Media Sosial
Menurutnya dengan aksi ini menunjukkan bahwa perjuangan mereka bukan hanya untuk keadilan di atas kertas, tetapi demi martabat manusia yang telah direnggut.
Koordinator aksi, Josia Sani menekankan urgensi keadilan bagi Tobias Silak.
"Orang asli Papua telah lama menjadi korban penembakan, intimidasi, dan tuduhan tanpa dasar oleh aparat. Kita tidak bisa diam," katanya penuh semangat.
Aksi ini juga menyerukan kepada gereja dan masyarakat untuk membuka mata dan hati, menyadari penderitaan yang dialami masyarakat Papua di tanah mereka sendiri.
Ketidakadilan yang berlarut-larut ini menjadi alasan kuat mengapa solidaritas seperti ini terus digalakkan.
Seribu lilin yang menyala malam itu bukan sekadar simbol, tetapi sebuah harapan—bahwa keadilan akan datang, dan suara rakyat Papua akan didengar.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
- Viral Murid SD Kompak Tolak Makan Gratis, Anak-Anak Jujur Masalahnya di Menu?
Pilihan
-
3 Kontroversi Purbaya Yudhi Sadewa di Tengah Jabatan Baru sebagai Menteri
-
Indonesia di Ujung Tanduk, Negara Keturunan Jawa Malah Berpeluang Lolos ke Piala Dunia 2026
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaru September 2025
-
IHSG Jeblok Hingga 1 Persen di Sesi I Perdagangan Selasa Setelah Sertijab Menteri Keuangan
-
19 Tewas di Aksi Demo Anti Korupsi, Eks Persija Jakarta: Pemerintah Pembunuh!
Terkini
-
6 Gurita Bisnis Ustaz Khalid Basalamah, Diperiksa KPK Terkait Skandal Haji
-
Eks Wamenaker Noel Sudah Buka-bukaan, KPK Telusuri Dugaan Penerimaan Gratifikasi
-
Drama Jenderal TNI Vs Ferry Irwandi: 'Ide Tak Bisa Dibunuh!'
-
Analis Bongkar Alasan Prabowo Copot Budi Gunawan: Imbas 'Agustus Kelam', Loyalitas Ganda Disorot
-
Punya Usaha Travel Haji, Kenapa Ustaz Khalid Basalamah Diperiksa KPK?
-
Geger Nepal: Gaya Hidup Mewah Pejabat Bikin Rakyat Marah, Rumah Menteri dan Presiden Dibakar
-
Detik-detik Menkeu Nepal Kabur Ditendang di Jalanan Saat Demo Massa Gen Z yang Muak Korupsi
-
Viral usai Tampang Terekam CCTV, 2 Perampok Rumah Kosong di Jaktim Diciduk Polisi
-
Profil Lengkap Franka Franklin, Istri Nadiem Makarim: Cucu Artis Legendaris, Ini Gurita Bisnisnya
-
CEK FAKTA: Presiden Prabowo Temui Pendemo dan Meminta Maaf?