Suara.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dianugerahi medali kehormatan keamanan dan keselamatan publik “Loka Praja Samrakshana” dan gelar warga kehormatan Brimob, hari ini, Senin (14/10/24).
Pemberian penghormatan itu dilaksanakan di Markas Komando Korps Brigade Mobil (Mako Brimob), Kelapa Dua, Depok.
Medali itu disebut bentuk apresiasi Kepolisian RI kepada Jokowi yang dinilai berperan besar dalam pengembangan organisasi Korps Bhayangkara.
Selain itu, Jokowi juga memberikan tanda kehormatan Nugraha Sakanti kepada 7 satuan kerja Polri dalam apel gelar pasukan pengamanan pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI terpilih.
Momen pemberian tanda kehormatan itu menjadi tradisi yang biasa saja bagi seorang pengamat politik, Rocky Gerung.
“Itu tradisi yang biasa saja sebetulnya, bahwa di akhir masa jabatan selalu ada tanda penghargaan dari Institusi-Institusi yang berada di sekitar kekuasaan Pak Jokowi,” ujar Rocky, dikutip dari Kanal Youtube Rocky Gerung Official, Senin (14/10/24).
Namun, meskipun menjadi tradisi yang biasa, Rocky sontak mengatakan bahwa momen itu tentu mengundang berbagai macam tafsir dari rakyat.
“Maksudnya apa itu? Tentu orang akan melihat ada maksud politik, mungkin Pak Jokowi kasih sinyal bahwa kalangan kepolisian itu tetap ada di dalam kondisi yang bisa dimaksimalkan untuk menjaga transisi nanti tanggal 20 Oktober,” sebutnya.
“Tetapi interpretasi bisa muncul lagi, karena saling memberi penghargaan kan artinya saling punya kepentingan,” tambahnya.
Rocky tak memungkiri bahwa berbagai macam tafsir akan lahir sendiri dari pikiran masyarakat Indonesia. Terlebih Sudah banyak huru-hara yang terjadi selama masa pemerintahan Jokowi.
“Jadi buat saya iya biasa saja, tapi pasti ada tafsir lain itu,” ujarnya.
“Silahkan saja, yang penting tanggal 20 Oktober Pak Prabowo harus tetap dilantik supaya tidak ada kekosongan,” tambahnya.
Kontributor : Kanita
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Istana Tanggapi Gerakan 'Stop Tot Tot Wuk Wuk' di Media Sosial: Presiden Aja Ikut Macet-macetan!
-
Emil Audero Jadi Kunci! Cremonese Bidik Jungkalkan Parma di Kandang
-
DPR Usul Ada Tax Amnesty Lagi, Menkeu Purbaya Tolak Mentah-mentah: Insentif Orang Ngibul!
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
Terkini
-
Digerebek Satpol PP Diduga Sarang Prostitusi, Indekos di Jakbar Bak Hotel: 3 Lantai Diisi 20 Kamar!
-
Usai Siswa Keracunan Massal, DPR Temukan Ribuan SPPG Fiktif: Program MBG Prabowo Memang Bermasalah?
-
RUU Perampasan Aset Mesti Dibahas Hati-hati, Pakar: Jangan untuk Menakut-nakuti Rakyat!
-
Ucapan Rampok Uang Negara Diusut BK, Nasib Wahyudin Moridu Ditentukan Senin Depan!
-
Survei: Mayoritas Ojol di Jabodetabek Pilih Potongan 20 Persen Asal Orderan Banyak!
-
Sambut Putusan MK, Kubu Mariyo: Kemenangan Ini Milik Seluruh Rakyat Papua!
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi