Suara.com - Jaringan Pemantau Pendidikan Indonensia (JPPI) menemukan fakta di lapangan bahwa masih banyak siswa SMP yang belum bisa baca. Fenomena itu ditemukan ketika Koordinator Nasional JPPI, Ubaid Matraji lakukan kunjungan ke sekolah-sekolah di berbagai daerah.
Ubaid mengaku, dirinya terkejut ketika mendapati banyak siswa SMP justru tidak bisa membaca.
"Ada dua model anak SMP, yang pertama dia enggak bisa baca, kedua dia bisa baca tapi enggak paham yang dibaca apa," kata Ubaid dalam diskusi 'Catatan Masyarakat Sipil Untuk Perbaikan Sektor Pendidikan' di Jakarta, Selasa (22/10/2024).
Ubaid kemudian coba menelusuri penyebab siswa SMP tidak bisa baca. Dia memulai dengan melihat buku-buku ajar di sekolah dasar (SD) tentang pelajaran membaca. Ubaid menemukan bahwa proses belajar membaca memang dibebankan pada materi ajar kelas 1 SD.
Hal itu berdasarkan arahan Menteri Pendidikan era Nadiem Makarim bahwa masuk SD tidak perlu tes baca tulis. Dan pendidikan anak usia dini hanya khusus mengasah kemampuan kognitif, motorik, dan imajinasi anak. Tetapi sayangnya, materi belajar membaca pada kelas 1 SD, dinilai Ubaid, waktunya terlalu singkat.
"Ketika saya membaca buku-buku Bahasa Indonesia kelas 1 SD, itu pelajaran membaca A, B, C, D, sampai Z, hanya ada dalam satu Bab dari sekian Bab yang ada di buku itu. Pertanyaannya, satu Bab itu diajarkan di sekolah, bisa sampai berapa kali pertemuan? Sementara di pelajaran yang lain, seperti matematika instruksinya membaca. Di pelajaran olahraga instruksinya juga membaca," tuturnya.
Dia menemukan bahwa buku pelajaran lain siswa kelas 1 SD kebanyakan sudah dalam siap membaca. Padahal saat itu, anak-anak juga belum bisa membaca.
Masalah keterlambatan bisa membaca lebih banyak terjadi pada anak-anak dengan keterbatasan ekonomi maupun orang tuanya yang tidak terlalu memperhatikan perkembangan proses belajar anaknya.
"Orang tua yang pada umumnya, misalnya nggak punya kemampuan untuk mengajari anak, enggak punya uang untuk bimbel membaca, otomatis pelajaran semakin lama, anak akan ketinggalan. Sehingga SMP kita ketemu fenomena nggak bisa baca. Atau pun dia bisa baca, enggak ngerti maksudnya," ujar Ubaid.
Menurutnya, fenomena itu menunjukan bahwa pendidikan dasar saat ini telah gagal menumbuhkan literasi, numerasi, dan sains pada anak.
Berita Terkait
-
Revolusi Mental Jokowi Gagal? Integritas Guru dan Murid Jalan di Tempat Selama 10 Tahun
-
Nyelekit! Bagi-bagi Makan Siang Gratis di Hari Ketiga jadi Wapres, Aksi Gibran Dicap Tiru Jokowi: Like Father Like Son
-
Baru Jabat Menteri HAM Sudah Minta Dana Rp20 Triliun, Veronica Koman Semprot Pigai: Mau Buat Apa Lu Duit Segitu, Surem!
-
Kekayaan Otto Hasibuan, Pengacara Kondang yang Jadi Wakil Menko Hukum dan HAM Kabinet Prabowo-Gibran
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
Aksi Jatuh Bareng: Rupiah dan Mata Uang Asia Kompak Terkoreksi
-
4 HP RAM 12 GB Paling Murah, Pilihan Terbaik untuk Gamer dan Multitasker Berat
-
Perusahaan BUMN dan Badan Negara Lakukan Pemborosan Anggaran Berjamaah, Totalnya Rp43 T
-
RKUHAP Resmi Jadi UU: Ini Daftar Pasal Kontroversial yang Diprotes Publik
-
Permintaan Pertamax Turbo Meningkat, Pertamina Lakukan Impor
Terkini
-
Melihat 'Kampung Zombie' Cililitan Diterjang Banjir, Warga Sudah Tak Asing: Kayak Air Lewat Saja
-
Jakarta Dikepung Banjir: 16 RT Terendam, Pela Mampang Paling Parah Hingga 80 cm
-
Program SMK Go Global Dinilai Bisa Tekan Pengangguran, P2MI: Target 500 Ribu Penempatan
-
21 Tahun Terganjal! Eva Sundari Soroti 'Gangguan' DPR pada Pengesahan RUU PPRT: Aneh!
-
110 Anak Direkrut Teroris Lewat Medsos dan Game, Densus 88 Ungkap Fakta Baru
-
Jejak Hitam Eks Sekretaris MA Nurhadi: Cuci Uang Rp308 M, Beli Vila-Kebun Sawit Atas Nama Orang Lain
-
Jaksa KPK Ungkap Pertarungan Gengsi dengan Penasihat Hukum di Kasus Hasto Kristiyanto
-
Sebut Indonesia Darurat Bullying, Puan Siapkan Panggilan Menteri dan Tim Psikolog
-
Pembahasan KUHAP Diperkarakan ke MKD, Puan Sebut DPR Sudah Libatkan Banyak Pihak: Prosesnya Panjang
-
Adies Kadir Mulai Aktif Lagi, Puan Bilang DPR Tak Perlu 'Woro-woro'