Suara.com - Besok Kamis, 14 November 2024, menjadi hari bersejarah bagi Korps Brigade Mobil atau Brimob. Di hari itu, pasukan paramiliter Polri ini berulang tahun ke-79.
Sejarah panjang Brimob tak lepas dari satu nama, yaitu Komjen (Purn) Moehammad Jasin. Dia merupakan tokoh yang ikut mendirikan Brimob di era kemerdekaan.
Berkat jasanya itu, Jasin mendapat julukan sebagai Bapak Brimob Polri. Lalu siapakah sebenarnya sesepuh Brimob ini? Berikut profilnya.
Profil Moehammad Jasin
Moehammad Jasin lahir pada 9 Juni 1920 di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Ayahnya, Haji Mekkah, adalah pedagang kelontong asal Bone, Sulawesi Selatan. Ibunya, Siti Rugayah, adalah perempuan asal Maros.
Jasin melewati masa kecilnya di Kota Baubau. Setelah menyelesaikan pendidikan di MULO, Jasin mendaftar latihan penerbangan militer di Koninklijk Nederlandsch-Indische Lucht Macth di Bandung.
Namun keinginannya ini tidak mendapat restu keluarga. Kakak iparnya menghubungi Komisaris Polisi di Makassar meminta agar Jasin diterima menjadi polisi. Sampai akhirnya Jasin diterima menjadi Leering Inspecteur Politie di Sukabumi.
Awalnya Jasin keberatan menjadi polisi. Setelah dibujuk kakak iparnya, Jasin mau juga mengikuti pendidikan inspektur polisi di Sukabumi.
Sayangnya pendidikan Inspektur Polisi sudah penuh. Jasin dialihkan ke pendidikan Hoofd Agent van Politie. Lulus dari situ, Jasin ditempatkan di Seksi III-Standspolitie di Surabaya.
Baca Juga: 300 Brimob Dikirim ke Papua Amankan Pilkada, Antisipasi Ancaman KKB
Di awal tahun 1942, Jepang mendarat di Tuban. Mereka lalu merebut Kota Surabaya dari Belanda. Jasin dan enam kader polisi lain diperintah mengikuti latihan polisi militer Jepang di kompleks asrama polisi Bubutan.
Setelah itu Jasin kembali mengikuti pendidikan kader polisi di Sukabumi namun dengan instruktur para tentara Jepang. Selesai pendidikan, dia dikembalikan ke Surabaya sebagai kepala polisi kantor kabupaten Surabaya yang bermarkas di Gresik.
Dia juga menjadi instruktur senior sekolah polisi di Surabaya dan tergabung dalam kesatuan Tokubetsu Keisatsu Tai (Polisi Istimewa).
Setelah Proklamasi 17 Agustus 1945, para anggota Tokubetsu Keisatsu Tai sepakat mengganti nama Tokubetsu Keisatsu Tai menjadi Polisi Istimewa.
Kesatuan Polisi Istimewa lalu mengambil langkah-langkah perlawanan terhadap Jepang. Ada yang mengambil alih kantor polisi dan mengusir orang Jepang. Ada yang dengan menaikkan bendera Merah Putih.
Pada tanggal 19 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia menempatkan Kepolisian Dalam Negeri.
Berita Terkait
Terpopuler
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- 7 HP Samsung Seri A Turun Harga hingga Rp 1 Jutaan, Mana yang Paling Worth It?
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Eks Pejabat KPI Tepis Tudingan Jaksa Atur Penyewaan Kapal dan Ekspor Minyak
-
Diperiksa KPK Soal Korupsi Haji, Gus Yaqut Pilih Irit Bicara: Tanya Penyidik
-
Buka-bukaan Kerry Riza di Sidang: Terminal OTM Hentikan Ketergantungan Pasokan BBM dari Singapura
-
MBG Dinilai Efektif sebagai Instrumen Pengendali Harga
-
Ultimatum Keras Prabowo: Pejabat Tak Setia ke Rakyat Silakan Berhenti, Kita Copot!
-
Legislator DPR: YouTuber Ferry Irwandi Layak Diapresiasi Negara Lewat BPIP
-
Racun Sianida Akhiri Pertemanan, Mahasiswa di Jambi Divonis 17 Tahun Penjara
-
Ramai Narasi Perpol Lawan Putusan MK, Dinilai Tendensius dan Tak Berdasar
-
Jurus Prabowo Setop Wisata Bencana: Siapa Pejabat yang Disentil dan Mengapa Ini Terjadi?
-
Gus Yahya Ajak Warga Nahdliyin Bersatu Hadapi Tantangan, Terutama Bencana Sumatra