Suara.com - Seorang hakim di Delaware, Amerika Serikat, menolak upaya Tesla untuk menghidupkan kembali paket kompensasi Elon Musk senilai $55,8 miliar (sekitar Rp881 triliun) melalui pemungutan suara pemegang saham. Keputusan ini menegaskan putusan sebelumnya yang menyatakan bahwa paket tersebut terlalu besar dan tidak adil bagi pemegang saham.
Hakim Kathaleen McCormick dari Pengadilan Chancery Delaware dalam dokumen pengadilan pada Senin menyatakan bahwa upaya Tesla untuk meratifikasi paket tersebut melalui pemungutan suara pada Juni gagal memenuhi standar hukum. Ia menemukan adanya kesalahan besar dalam dokumen yang diberikan kepada pemegang saham, termasuk informasi yang salah tentang dampak pemungutan suara mereka.
"Mosi untuk merevisi ditolak," tulis McCormick dalam keputusannya.
"Argumen kreatif dari tim pembela Tesla bertentangan dengan berbagai prinsip hukum yang telah mapan." lanjut Mosi.
Keputusan ini memberikan pukulan keras bagi Tesla dan Elon Musk, yang sebelumnya mengklaim bahwa paket gaji tersebut dirancang untuk menghargai pertumbuhan besar Tesla. Pemegang saham awalnya mendukung paket tersebut pada Maret 2018, namun gugatan yang diajukan oleh Richard Tornetta, seorang pemegang saham Tesla, menuduh bahwa dewan direksi gagal menjalankan tugasnya.
Tornetta juga mengklaim bahwa Musk secara tidak adil memperkaya dirinya sendiri melalui paket gaji ini dan menuduh bahwa dewan direksi tidak cukup independen dari pengaruh Musk.
"Musk pada dasarnya menentukan syarat-syaratnya sendiri," kata Tornetta, seraya meminta pembatalan paket gaji yang menjadikan Musk orang terkaya di dunia.
Selama persidangan pada 2022, Musk membela diri dengan menyatakan bahwa investor Tesla adalah "beberapa yang paling cerdas di dunia" dan mampu mengawasi manajemennya. Musk juga menekankan bahwa Tesla dulunya menjadi bahan ejekan di industri otomotif hingga keberhasilan besar Model 3 mengubah nasib perusahaan.
Musk bersikeras bahwa ia tidak berperan dalam merancang paket kompensasi tersebut dan tidak mendiskusikan detailnya dengan anggota dewan, meskipun beberapa di antara mereka adalah teman dekatnya.
Baca Juga: Elon Musk Gugat OpenAI Usai Masuk Kabinet Trump, ChatGPT Dituduh Monopoli AI!
Selain menolak mosi Tesla, pengadilan juga menetapkan biaya pengacara sebesar $345 juta (sekitar Rp5,4 triliun) untuk tim hukum Tornetta. Jumlah ini jauh lebih kecil dari permintaan awal sebesar $5,6 miliar, dengan hakim menyebut bahwa angka tersebut merupakan "penghasilan berlebihan" meskipun metode perhitungannya sah menurut hukum Delaware.
Pengadilan Chancery Delaware, yang menjadi pusat bagi dua pertiga perusahaan Fortune 500 AS, kembali menunjukkan perannya sebagai penjaga integritas korporasi di Amerika Serikat. Keputusan ini tidak hanya berdampak pada Tesla tetapi juga memberikan sinyal penting bagi perusahaan besar lainnya terkait tanggung jawab mereka terhadap pemegang saham.
Sementara itu, Elon Musk, yang juga dikenal karena perannya di SpaceX dan kepemilikan platform X (sebelumnya Twitter), belum memberikan tanggapan resmi atas keputusan terbaru ini.
Berita Terkait
-
Elon Musk Gugat OpenAI Usai Masuk Kabinet Trump, ChatGPT Dituduh Monopoli AI!
-
Penampakan Perdana! SUV Listrik Xiaomi MX11 Tertangkap Kamera, Tesla Ketar-ketir?
-
Apresiasi Profesionalitas Aparat di Pilkada Jakarta, Jubir Pram-Rano: TNI-Polri Tetap Jaga Netralitas
-
Gagal di Pilkada 2024, Dulu Alam Mbah Dukun Sudah Dinasihati Irfan Hakim: Kalau Sama Raffi Ahmad ...
-
Baru Dibeli Seharga Rp 1,5 Miliar: Mobil Listrik Ini Minta Baterai Baru Meski Jarak Tempuh Masih 0 Kilometer
Terpopuler
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- 7 HP Samsung Seri A Turun Harga hingga Rp 1 Jutaan, Mana yang Paling Worth It?
Pilihan
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
-
29 Unit Usaha Syariah Mau Spin Off, Ini Bocorannya
-
Soal Klub Baru usai SEA Games 2025, Megawati Hangestri: Emm ... Rahasia
Terkini
-
Cirebon Dipilih Jadi Titik Strategis Siaga SPKLU PLN Saat Nataru
-
Jaksa Bongkar 3 Nama Titipan Walkot Semarang untuk Nadiem di Kasus Pengadaan Chromebook
-
Jangan ke MA, Mahfud MD Dorong Presiden Ambil Alih Pembatalan Perpol Jabatan Sipil Polri
-
Proyek Chromebook Diduga Jadi Bancakan, 3 Terdakwa Didakwa Bobol Duit Negara Rp2,18 Triliun
-
Inovasi Penanganan Bencana di Indonesia, Tiga Pelajar SMA Memperkenalkan Drone Rajawali
-
Pascabanjir di Padang, Penyintas Mulai Terserang ISPA dan Penyakit Kulit
-
Prabowo Panggil Semua Kepala Daerah Papua ke Istana, Sinyal Gebrakan Baru?
-
Pakai Analogi 'Rekening Koran', Hasan Nasbi Tantang Balik Penuduh Ijazah Jokowi
-
Pengelola SPPG di Bogor Klaim 90 Persen Sumber Pangan MBG Sudah Lokal
-
Kagetnya Roy Suryo Usai Lihat LP di Polda Metro Jaya: Ternyata Jokowi Dalang Pelapor