Suara.com - Perdana Menteri Qatar baru-baru ini mengungkap keinginan Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump sebelum dirinya dilantik pada 20 Januari 2024 nanti.
Kata Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim al-Thani, Trump menginginkan gencatan senjata di Gaza sudah dilakukan sebelum dia dilantik.
"Kami mendengar hal ini dari timnya, setidaknya, seperti yang saya ingat dari percakapan yang saya lakukan dengan mereka, bahwa mereka ingin masalah ini diselesaikan sekarang - bahkan hari ini," katanya.
Sebagai tokoh utama dalam negosiasi tersebut, Perdana Menteri Qatar itu mengatakan bahwa ia memilih untuk tidak memberikan banyak rincian demi "melindungi proses ini semaksimal mungkin."
"Kami berusaha sebaik-baiknya. Kami telah melakukan yang terbaik," katanya.
"Kami semua sepakat, dan kami berharap situasi ini bisa segera berakhir sebelum Presiden (Trump) menjabat, karena prioritas kami adalah menstabilkan situasi. Prioritas kami adalah memulihkan keamanan regional," imbuhnya.
Upaya mediasi yang dilakukan oleh AS, Mesir, dan Qatar untuk mencapai gencatan senjata di Gaza dan kesepakatan pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas telah gagal karena penolakan Netanyahu untuk menghentikan perang tersebut.
Israel meluncurkan perang genosida di Jalur Gaza menyusul serangan Hamas Oktober 2023, menewaskan lebih dari 44.530 orang, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan melukai lebih dari 105.500 orang lainnya.
Tahun kedua genosida di Gaza, Israel telah menuai kecaman internasional yang semakin besar, dengan sejumlah pejabat dan lembaga menyebut serangan dan pemblokiran pengiriman bantuan sebagai upaya yang disengaja untuk menghancurkan suatu populasi.
Baca Juga: Krisis Politik Guncang Korea Selatan, Masa Depan Negara Dipertanyakan
Pada 21 November, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan mantan menteri pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas perangnya yang mematikan di Gaza.
Selama masa jabatan pertamanya sebagai presiden, sebelum digantikan oleh Presiden saat ini, Joe Biden, Trump mengambil langkah-langkah seperti memindahkan Kedutaan Besar AS di Israel ke Yerusalem, yang membuat marah warga Palestina karena menganggap Yerusalem timur yang diduduki sebagai ibu kota negara Palestina di masa depan.[Antara].
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Gak Perlu Mahal, Megawati Usul Pemda Gunakan Kentongan untuk Alarm Bencana
-
5 Ton Pakaian Bakal Disalurkan untuk Korban Banjir dan Longsor Aceh-Sumatra
-
Kebun Sawit di Papua: Janji Swasembada Energi Prabowo yang Penuh Risiko?
-
Bukan Alat Kampanye, Megawati Minta Dapur Umum PDIP untuk Semua Korban: Ini Urusan Kemanusiaan
-
Tak Mau Hanya Beri Uang Tunai, Megawati Instruksikan Bantuan 'In Natura' untuk Korban Bencana
-
Jaksa Bongkar Akal Bulus Proyek Chromebook, Manipulasi E-Katalog Rugikan Negara Rp9,2 Miliar
-
Mobil Ringsek, Ini 7 Fakta Kecelakaan KA Bandara Tabrak Minibus di Perlintasan Sebidang Kalideres
-
Giliran Rumah Kajari Kabupaten Bekasi Disegel KPK
-
Seskab Teddy Jawab Tudingan Lamban: Perintah Prabowo Turun di Hari Pertama Banjir Sumatra
-
7 Fakta Warga Aceh Kibarkan Bendera Putih yang Bikin Mendagri Minta Maaf