Suara.com - Kejadian resistensi antibiotik telah menjadi perhatian secara global. Kepala BPOM RI Taruna Ikrar menjelaskan, resistensi terjadi ketika berbagai mikroorganisme seperti, bakteri, virus, jamur, atau parasit tidak lagi bisa dimatikan dengan obat antibiotik.
Taruna menguraikan beberapa faktor pendorong resistansi, salah satunya penggunaan antibiotik yang tidak rasional, baik dalam bidang kesehatan manusia maupun peternakan, menjadi faktor pendorong utama. Faktor tersebut kemudian menciptakan tekanan yang mendorong evolusi percepatan mikroorganisme.
"Ketika antibiotik digunakan secara berlebihan atau tidak tepat, hal ini menciptakan tekanan seleksi yang kuat bagi mikroorganisme untuk beradaptasi dan berkembang. Selain itu, globalisasi, perpindahan penduduk, dan perdagangan global semakin mempercepat penyebaran strain resistan lintas wilayah dan benua," jelas Taruna saat menyampaikan orasi ilmiah usai mendapatkan penghargaan gelar ilmuan berpengaruh di Indonesia dari Universitas Prima Indonesia (Unpri) Medan, Sabtu (4/1/2025).
Penanganan resistensi antibiotik itu membutuhkan pendekatan multidisipliner yang melibatkan mikrobiologi, genetika, epidemiologi, kebijakan kesehatan, dan kesadaran masyarakat.
Menurut Taruna, penelitian di bidang resistansi antimikroba itu di masa depan akan semakin difokuskan pada pendekatan inovatif seperti terapi fago. Terapi itu menggunakan bakteriofage yang dapat membunuh bakteri secara spesifik menjadi salah satu alternatif yang menjanjikan.
Dia menekankan bahwa kekhawatiran terhadap resistansi antibiotik tidak berlebihan karena bukan sekadar fenomena medis, melainkan tantangan multidisipliner yang memerlukan kerja sama lintas bidang. Setiap intervensi harus mempertimbangkan kompleksitas biologis, sosial, dan ekologis yang terlibat dalam proses ini.
"Dampak ekonomi dari resistansi antimikroba sangatlah signifikan dan berpotensi menimbulkan krisis global yang mengancam fundamental sistem pelayanan kesehatan di seluruh dunia," ujarnya.
Fenomena itu tidak hanya memengaruhi kemampuan medis dalam menangani penyakit menular, tetapi juga mengancam seluruh arsitektur kemajuan pengobatan.
Berdasarkan data Bank Dunia, pada tahun 2050 diperkirakan kerugian ekonomi global akibat resistansi antimikroba dapat mencapai 100 triliun dolar atau setara dengan hilangnya 3,8 persen produk domestik bruto global. Aspek kesehatan masyarakat akibat resistansi antimikroba jauh lebih kompleks daripada sekadar statistik.
Baca Juga: Menkes Akui Harga Obat di Indonesia Tiga Kali Lebih Mahal dari Negara Tetangga
"Setiap kali satu spesies mikroba menjadi resistan terhadap pengobatan, maka tidak hanya mengancam individu yang terinfeksi tetapi juga menciptakan reservoir genetik potensi bahaya bagi seluruh populasi," pungkasnya.
Berita Terkait
-
Kepala BPOM Ingatkan Bahaya Resistensi Antibiotik, Sebabkan Bakteri Hingga Parasit 'Kebal' di Dalam Tubuh
-
Awal Mula Dokter Detektif Viral di Media Sosial, Kini Mau Dipanggil BPOM
-
Fitri Salhuteru Tertawakan Nikita Mirzani yang Sudah Pede Dipanggil BPOM: Malu ya Dihargai Kayak Influencer?
-
Terkuak Sebab Obat Kanker Baru di Indonesia Lama Dapat Izin Edar, Kepala BPOM: 1 Obat Butuh 300 Hari Kerja!
-
Menkes Akui Harga Obat di Indonesia Tiga Kali Lebih Mahal dari Negara Tetangga
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- 7 Sunscreen yang Wudhu Friendly: Cocok untuk Muslimah Usia 30-an, Aman Dipakai Seharian
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- Pria Protes Beli Mie Instan Sekardus Tak Ada Bumbu Cabai, Respons Indomie Bikin Ngakak!
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 23 Oktober 2025: Pemain 110-113, Gems, dan Poin Rank Up Menanti
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Kemenag Bentuk Satgas Tangani Kekerasan, Perkuat Komitmen Wujudkan Pesantren Ramah Anak
-
Menteri PPPA Sesalkan Vonis Ringan Kematian Anak oleh TNI di Deli Sedang, Dorong Naik Banding
-
Akhir Penantian Panjang, Warga Murung Raya Kini Resmi Nikmati Terang Listrik PLN
-
Datangi Pabrik Aqua Lagi, Dedi Mulyadi Ungkap Sumber Airnya yang Tak Sesuai Iklan
-
Tragedi Prada Lucky: Sidang 22 Seniornya Digelar, Sang Ibu Tuntut Keterbukaan
-
Terbang ke Kualalumpur, Selain Gaza, Isu 'Nuklir' Jadi Bahasan Panas Prabowo di KTT ASEAN
-
'Cuma Omon-omon?' Refly Harun Skeptis Prabowo Bisa Lepas dari Pengaruh Jokowi
-
Siap-siap, Sidang Dimulai: KPK Limpahkan Berkas Eks Kadis PUPR Sumut ke Jaksa
-
PDIP Gagas Sumpah Pemuda Baru, Ini Kata Hasto Kristiyanto
-
Airbus A400M Milik TNI AU Akan Bermarkas di Halim