Suara.com - Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dukung rencana Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk membuat omnibus law politik. Ketua DPD Sultan Najamuddin, mengatakan rancangan omnibus law politik bisa jadi diperlukan untuk mengikat sejumlah undang-undang terkait dengan politik.
"Banyaknya atau beberapa regulasi undang-undang itu yang memang terkait dengan urusan politik, ada undang-undang pemilu, undang-undang Pemda, undang-undang Pilpres dan lain-lain. Maka ide untuk memunculkan omnibus politik ini, menurut saya ide yang harus kita apresiasi," kata Sultan ditemui di Nusantara V Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (14/1/2025).
DPD sendiri akan ikut terlibat aktif dalam merumuskan omnibus law politik tersebut. Sultan menyampaikan kalau DPD akan mengusulkan tim, salah satunya dari anggota Komite I yang berkaitan dengan Pilkada. nanti ketika ini memang dimulai.
Dia turut menyinggung mahalnya biaya politik setiap kali perhelatan pemilu. Hal tersebut yang dia ungkap akan digaungkan oleh DPD untuk diatur dalam omnibus law tersebut.
"DPD sudah punya banyak bahan, salah satunya adalah bagaimana melihat demokrasi kita yang makin hari makin mahal. Kita tunggu apakah memang omnibus politik ini segera akan diluncurkan. Dan DPD tidak akan pasif, kami akan secara aktif memberikan masukan," kata Sultan.
Sultan berpandangan kalau Indonesia telah memiliki banyak regulasi setingkat undang-undang yang terkait dengan demokrasi dan politik. Sehingga dengan adanya omnibus law politik, menurutnya, bisa sekaligus memperbarui sistem demokrasi Indonesia.
"Lebih lagi kepada urusan pilkada dan lain-lain, itu yang harus mulai kita upgrade, harus mulai kita koreksi, harus mulai kita evolusi dan perbaharui dengan kondisi terkini, termasuk demokrasi kita," ucapnya.
Sementara itu, Ketua Komisi II DPR RI, Rifqinizamy Karsayuda, sebelumnya pernah menjelaskan bahwa omnibus law politik bakal mengatur tentang partai politik, pemilu, pilkada, MPR, DPR, DPRD, hingga tentang sengketa hukum acara pemilu. Selain itu, pengalaman DPR RI tentang apapun terkait sistem politik pun akan menjadi bahan untuk menyusun undang-undang tersebut.
Komisi II DPR RI juga akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan pilpres, pileg, hingga pilkada, setelah memasuki masa sidang di tahun 2025. Menurut dia, evaluasi itu akan menghasilkan beragam rekomendasi yang akan menjadi bahan untuk menyusun legislasi.
Baca Juga: Prabowo Sebut Ongkosnya Mahal, Ketua DPD Akui Proses Pilkada Bikin Semua Khawatir, karena...
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
Terkini
-
Akal Bulus Pasutri Polisi Gadungan: Pura-pura Istri Pendarahan, Mobil Sopir Online Lenyap
-
Geger Siswa SMPN 19 Tangsel Tewas Diduga Dibully, Mendikdasmen: Saya Akan Dalami Kasus Ini!
-
Operasi Langit di Cilacap: BNPB 'Halau' Hujan Demi Percepat Evakuasi Korban Longsor
-
Perjalanan Cinta Rugaiya Usman dan Wiranto
-
RUU KUHAP Dikebut Tanpa Suara Publik, Anggota Komisi III DPR Terancam Dilaporkan ke MKD
-
Viral Hewan Ragunan Kurus Diduga Dana Jatah Makan Ditilep, Publik Tuntut Audit
-
Kabar Duka! Istri Wiranto, Rugaiya Usman Meninggal Dunia di Bandung
-
Geger Bayi di Cipayung: Dibuang di Jurang, Ditemukan Hidup dalam Goodie Bag Saat Kerja Bakti
-
Tegas! Pramono Anung Larang Jajarannya Persulit Izin Pembangunan Rumah Ibadah di Jakarta
-
Pramono Bantah Isu Tarif LRT Rp160 Ribu: Jadi Saja Belum