Suara.com - Rezim junta di Myanmar dan pemberontak telah menandatangani kesepakatan gencatan senjata, demikian diumumkan China pada Senin menurut laporan media pemerintah.
"Sebuah kesepakatan gencatan senjata resmi mulai berlaku pada pukul 00:00 pada 18 Januari, waktu Beijing, yang mengarah pada penghentian permusuhan segera," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Mao Ning kepada wartawan di ibu kota China, Beijing.
Gencatan senjata ditandatangani oleh junta dan Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (MNDAA) saat putaran ketujuh perundingan perdamaian di Kunming, ibu kota provinsi Yunnan selatan di China.
"Kedua pihak menyampaikan rasa terima kasih kepada China atas upayanya dalam memfasilitasi hasil perundingan yang sukses," kata Mao.
De-eskalasi situasi di Myanmar utara "sejalan dengan kepentingan bersama semua pihak di Myanmar dan negara-negara di kawasan tersebut, yang berkontribusi pada keamanan, stabilitas, dan pembangunan wilayah perbatasan China-Myanmar," tambahnya.
Myanmar utara telah mengalami bentrokan hebat dalam beberapa bulan terakhir, yang mengakibatkan ribuan orang mengungsi.
Secara terpisah, Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) telah menunjuk diplomat Malaysia Othman Hashim sebagai utusan khusus untuk Myanmar.
Menteri Luar Negeri Malaysia Mohamad Hasan mengumumkan penunjukan Othman pada Minggu (19/1) setelah memimpin pertemuan para menteri luar negeri blok tersebut.
Othman adalah utusan khusus kelima ASEAN untuk Myanmar sejak kudeta militer Februari 2021 yang memicu krisis politik dan kemanusiaan di negara itu.
Baca Juga: Hapus Dosa di Tahun Kelinci Air, Umat Tri Dharma Solo Gelar Ritual Pao Oen
Dalam pertemuan mereka, para menteri luar negeri negara anggota ASEAN itu juga menegakkan keputusan para pemimpin mereka untuk melarang para jenderal junta berpartisipasi dalam KTT ASEAN dan pertemuan para menteri luar negeri.
Segera setelah kudeta Februari 2021 yang dilancarkan oleh militer Myanmar, yang dikenal sebagai Tatmadaw, ASEAN mengeluarkan rencana Konsensus Lima Poin, atau 5PC, ketika Brunei berada di pucuk pimpinan blok regional tersebut, untuk menormalkan situasi politik.
Hal itu termasuk membangun kepercayaan dan keyakinan untuk menciptakan dialog di antara semua pihak yang berkepentingan, mengakhiri kekerasan dan meringankan penderitaan penduduk.
Sejak kudeta, 28.096 orang telah ditangkap atas tuduhan politik, dengan 21.499 orang masih ditahan.
Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik melaporkan bahwa sedikitnya 6.106 warga sipil telah dibunuh oleh pasukan keamanan, meskipun ini tidak termasuk korban dari pertempuran yang sedang berlangsung.
Berita Terkait
-
Tragedi Amuk Mobil dan Penusukan Massal Tewaskan 35 Orang, China Eksekusi Mati 2 Pelaku
-
Naga China Unjuk Kesaktian di Negeri Sakura: Manuver BYD Bikin Toyota Harus Waspada
-
Bagikan Tips Lolos Bea Cukai: WNA China Diduga Pernah Berbagi Trik Lepas dari Tilang Polisi Modal Rp 500 Ribu
-
Branko Ivankovic: Pergantian Pelatih Menunjukkan Timnas Indonesia...
-
Hapus Dosa di Tahun Kelinci Air, Umat Tri Dharma Solo Gelar Ritual Pao Oen
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
- Ini 5 Shio Paling Beruntung di Bulan Oktober 2025, Kamu Termasuk?
- Rumah Tangga Deddy Corbuzier dan Sabrina Diisukan Retak, Dulu Pacaran Diam-Diam Tanpa Restu Orangtua
- 5 Promo Asus ROG Xbox Ally yang Tidak Boleh Dilewatkan Para Gamer
Pilihan
-
3 Rekomendasi HP 1 Jutaan Baterai Besar Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Menkeu Purbaya Pernah Minta Pertamina Bikin 7 Kilang Baru, Bukan Justru Dibakar
-
Dapur MBG di Agam Dihentikan Sementara, Buntut Puluhan Pelajar Diduga Keracunan Makanan!
-
Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
-
Harga Emas Antam Terpeleset Jatuh, Kini Dibanderol Rp 2.235.000 per Gram
Terkini
-
Aksi Bobby Razia Truk Pelat Aceh Dikecam Pimpinan DPR: Kita Ini NKRI, Tidak Boleh Ada Ego Daerah!
-
Jokowi Beri Arahan ke Petinggi PSI di Bali, Resmi Jadi Ketua Dewan Pembina?
-
Bongkar Borok Kemenag Lewat 5 Saksi, KPK: Kuota Petugas Haji Diduga juga Disalahgunakan!
-
Tragedi Al Khoziny Disorot Dunia, Media Asing Laporkan Kepanikan Orang Tua dan Penyelamatan Santri
-
Ngamuk Kontrak Sekuriti tak Diperpanjang, Pria di Serang Ajak 3 Teman Rusak Aset Pabrik
-
HUT ke-80 TNI 2025 Kapan? Monas Jadi Etalase Kekuatan Pertahanan Bangsa
-
Terima Keluhan Petani, Pimpinan DPR Janji Dorong Pemerintah Bentuk Badan Reforma Agraria
-
Diancam Bakal Dipolisikan Terduga Pelaku Pelecehan di Bekasi, Richard Lee: Perlukah Saya Minta Maaf?
-
Viral Petugas SPPG Cuci Ompreng MBG Asal-asalan: Dilempar hingga Ngambang di Air Kotor!
-
Momen Langka, Puan Atas Nama DPR Tiba-tiba Minta Maaf ke Rakyat Indonesia: Kami Belum Sempurna