Suara.com - Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI), Aditya Perdana, memperkirakan bahwa dinamika kekuatan partai politik ke depan tidak akan mengalami perubahan signifikan dibandingkan kondisi saat ini.
"Jika koalisi partai-partai yang mendukung pemerintah terus bertahan dan semakin dominan, bukan tidak mungkin akan muncul dorongan menuju penggabungan partai atau lahirnya satu partai dominan," ujar Aditya Perdana di Depok, Minggu.
Ia menilai, kondisi semacam ini dapat berdampak pada demokrasi Indonesia yang kini tengah menghadapi tantangan besar.
Menurutnya, keberadaan koalisi permanen memang dapat menciptakan keselarasan antara presiden dan DPR dalam menjalankan pemerintahan.
Tantangan Sistem Presidensial
Namun, Aditya menekankan bahwa Indonesia menganut sistem presidensial, di mana kekuasaan eksekutif dan legislatif tidak harus berasal dari partai yang sama.
"Berbeda dengan sistem parlementer yang memungkinkan pembentukan koalisi secara formal, dalam sistem presidensial seperti di Indonesia, tidak ada kewajiban untuk mempertahankan koalisi setelah pemilu," jelasnya.
Sejak diberlakukannya pemilihan langsung pasca-2004, hampir semua partai cenderung enggan untuk membangun koalisi pemerintahan secara permanen. Biasanya, koalisi hanya terbentuk saat pemilihan presiden, sedangkan setelahnya, partai-partai lebih memilih untuk memberikan dukungan tanpa terikat dalam bentuk koalisi formal.
"Hal ini memberikan fleksibilitas bagi partai untuk berpindah posisi sesuai kepentingan politik mereka, sehingga tidak ada keharusan untuk berkoalisi secara tetap," tambahnya.
Baca Juga: Ujian Berat Hadang Patrick Kluivert, Pelatih Baru Australia Penuh Pengalaman
Dinamika Politik dan Masa Depan Koalisi
Jika koalisi yang mendukung Presiden Prabowo terus bertahan dalam jangka panjang, Aditya menilai partai-partai perlu merefleksikan kembali sikap mereka terhadap praktik politik yang selama ini dijalankan.
"Sistem politik kita adalah sistem multipartai dengan berbagai ideologi yang beragam. Saya yakin dinamika multipartai yang terus berkembang ini merupakan cerminan dari keragaman masyarakat Indonesia," ujar Aditya yang juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif Algoritma Research and Consulting.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pratama Arhan dan Azizah Salsha Dikabarkan Rujuk, Ini Penjelasaan Pengadilan Agama Tigaraksa
- Selamat Datang Elkan Baggott Gantikan Mees Hilgers Bela Timnas Indonesia, Peluangnya Sangat Besar
- Hari Pelanggan Nasional 2025: Nikmati Promo Spesial BRI, Diskon Sampai 25%
- Maki-Maki Prabowo dan Ingin Anies Baswedan Jadi Presiden, Ibu Jilbab Pink Viral Disebut Korban AI
- Buktinya Kuat, Pratama Arhan dan Azizah Salsha Rujuk?
Pilihan
-
Waktu Rujuk Hampir Habis! Jumat Minggu Depan Pratama Arhan Harus Ikrar Talak ke Azizah Salsha
-
Nadiem Makarim Jadi Menteri Ke-7 Era Jokowi yang Jadi Tersangka Korupsi, Siapa Aja Pendahulunya?
-
Jadwal dan Link Streaming Timnas Indonesia vs Taiwan Malam Ini di GBT
-
Pelatih Persija Kasihan dengan Gerald Vanenburg, Soroti Situasi Timnas Indonesia U-23
-
Harga Emas Antam Lebih Murah Hari Ini Jadi Rp 2.042.000 per Gram
Terkini
-
Dilema KPK: Sita Mercy Antik Habibie dari Ridwan Kamil, tapi Pembayarannya Ternyata Belum Lunas
-
Bantah Tegas Kabar Darurat Militer, TNI: Tidak Ada Niat, Rencana Memberlakukan
-
Didesak Bebaskan Seluruh Demonstran yang Ditahan, Polri Klaim Tidak Antikritik
-
Zetro Staf KBRI Diduga Tewas di Tangan Pembunuh Bayaran, Presiden Peru Surati Prabowo
-
Kapuspen TNI Jawab Tuntutan 17+8 'Kembali ke Barak': Kami Hormati Supremasi Sipil
-
Tunjangan Rumah Setop, DPR Pastikan Pensiun Tetap Ada: Ini Rincian Gaji Anggota Dewan
-
DPR Setop Kunjungan Kerja ke Luar Negeri, Dasco Janji Buka-bukaan
-
Pemprov DKI Genjot Pengerjaan SJUT, Jakarta Lebih Rapi dan Modern
-
Apa Itu Tobat Nasional? Seruan Kardinal Ignatius Suharyo
-
Nadiem Tersangka Kasus Pengadaan Chromebook, Pukat UGM Soroti Buruknya Tata Kelola Sektor Pendidikan